Mimpi buruk bagi Arsenal terjadi Stadion Anfield, Minggu (27/8) malam WIB, setelah takluk dari Liverpool di pekan ketiga Liga Primer Inggris. Tidak hanya kalah, malam itu Arsenal koyak setelah diberondong empat gol oleh empat penyerang Liverpool; Roberto Firmino, Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Daniel Sturridge. Ironisnya tidak ada satu pun gol balasan yang berhasil diciptakan Arsenal untuk sekadar memperkecil ketertinggalan. Akibatnya mereka harus puas menelan kekalahan telak 4-0.
Sekitar 3000 suporter Arsenal di Anfield tampak tak mampu menyembunyikan kekecewaan mereka. Beberapa dari pendukung Arsenal di Anfield terus menutupi muka dengan jersey Arsenal yang menempel di badan. Sementara beberapa menunjukkan ekspresi lunglai dengan bahu yang terkulai lemas dan kepala menunduk. Entah sebuah ekspresi kekecewaan, sindiran kepada tim, atau upaya membangkitkan motivasi pemain, karena seusai pertandingan choir mereka bergemuruh bernyanyi "We`re gonna win the league" (kami akan memenangkan Liga).
Apapun itu, namun Arsenal telah mengalami Minggu kelam yang amat ironis. Kekalahan telak dari Liverpool mengingatkan kita pada tragedi kekalahan 2-8 yang dialami Arsenal dari Manchester United pada 2011 lalu. Ironis karena kekalahan terbesar sepanjang sejarah The Gunners itu terjadi pada 29 Agustus. Jadi satu hari setelah kekalahan dari Liverpool, para pendukung Arsenal harus meratapi peringatan enam tahun kekalahan tragis kesebelasan yang mereka cintai itu dari Manchester United.
Seusai laga, Wenger memasuki ruang konferensi pers dengan mimik wajah yang tak kalah kecewa dengan apa yang diekspresikan para pendukung. Ia mengungkapkan bahwa kekalahan tim asuhannya dalam laga tersebut adalah akibat permainan timnya yang buruk. Menurutnya Arsenal kalah segala-galanya dari Liverpool baik itu soal fisik, teknis, dan mental.
"Tentu saja, Anda bisa menganalisis peluang yang kami dapatkan, tapi saya kira keseluruhan kinerja pemain tidak sesuai dengan harapan. Hasilnya adalah kekalahan, dan itu adalah konsekuensi dari penampilan kami. Kami tidak cukup baik. Kami dipukuli di segala posisi oleh mereka,” katanya seperti dikutip dari The Guardian.
Saat akan memasuki area teknis di babak kedua, Wenger mendapat cemoohan dari beberapa pendukung. Wenger enggan berkomentar mengenai hal tersebut, paling penting baginya adalah berpikir untuk mengembalikan Arsenal ke performa terbaiknya, agar para pendukung merasa puas dengan pencapaian positif tim setelah kekalahan menyakitkan yang mereka alami di Merseyside.
"Saya tidak ingin menjawabnya. Itu adalah bagian dari perasaan orang banyak. Jika saya masalahnya, saya minta maaf, tapi saya yakin semua bersama kami ketika kalah. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah kembali dan memberi mereka tingkat kinerja yang lebih baik," tukasnya.
Seusai kekalahan yang diderita Arsenal, mantan penyerang mereka, Ian Wright, mengkritisi kebijakan manajemen tim yang memberi perpanjangan kontrak selama dua tahun kepada Wenger. Menurutnya, era Wenger sudah habis. "Saya tidak mengerti mengapa Wenger menandatangani kesepakatan baru saat dia melakukan hal yang sama di sisi lain manajemen mengharapkan perubahan, ini adalah kegilaan," katanya seperti dikutip dari ESPNFC.
Wright mungkin benar. Sepakbola terus berkembang, pelatih-pelatih muda penuh inovasi bermunculan, kesebelasan lain di Liga Primer juga sudah saling bersahutan berganti pelatih pada setiap periodenya. Tapi Wenger yang datang ke sepakbola Inggris di era 90-an masih menukangi Arsenal.
Ada beberapa hal yang sepertinya sulit untuk dikejar Wenger dari pelatih-pelatih muda. Banyak yang berpendapat bahwa salah satu hal yang sulit dikejar Wenger adalah taktik permainan. Wenger sering kalah jauh dari pelatih muda seperti misalnya Juergen Klopp yang dengan pola permainan yang diterapkan mampu menghantam Arsenal, bukan hanya sekali tapi tiga kali bila dihitung dengan jumlah kemenangan Klopp atas Wenger dari musim lalu.
Selain itu, dalam enam tahun terakhir mereka agak kesulitan meraih kemenangan dari tim-tim besar, terutama anggota The Big Four. Tapi pada musim lalu, seringnya mereka kalah dari tim-tim besar membuat The Gunners keluar dari posisi empat besar, mereka harus puas finis di posisi lima pada akhir kompetisi.
Dalam 10 kali pertemuan menghadapi Chelsea, Tottenham, Manchester City, Liverpool dan Manchester United musim lalu, mereka hanya menang dua kali. Hal tersebut kemudian membuat mereka gagal lolos ke Liga Champions untuk kali pertama dalam 21 tahun terakhir. Selain itu, selisih poin mereka dengan Chelsea sebagai pemuncak klasemen juga terpaut cukup jauh yaitu 29 poin.
Meski begitu pada tahun-tahun sebelumnya mereka selalu berada di posisi empat besar. Salah satu alasan kenapa Arsenal stabil di posisi empat besar meski kerap kesulitan kala menghadapi kesebelasan papan atas, karena Arsenal bisa menjadikan tim-tim yang kelasnya berada di bawah mereka sebagai lumbung poin.
Tapi, kekalahan dari Stoke City sebelum laga melawan Liverpool sedikit banyaknya menjadi sinyal bahaya untuk pemilik 13 gelar Liga Inggris itu. Sebab kekalahan tersebut menyiratkan bahwa mereka tidak bisa lagi dengan mudah meraih kemenangan atas tim-tim medioker.
Ada tekad dari Wenger untuk memperbaiki kinerja Arsenal di musim ini. Biar bagaimanapun mereka memang harus sesegera mungkin bangkit dari keterpurukan. Harus ada yang berubah mengingat saat ini tampak ada masalah-masalah krusial yang dialami Arsenal.
Tentunya harus ada perubahan yang sesegera mungkin dilakukan, karena kalau tidak ada kemungkinannya Arsenal akan mengalami kesulitan berbicara banyak di kompetisi domestik musim ini. Hal yang kemudian memungkinkan mereka bakal menjalani musim yang panjang nan berat di kompetisi musim ini.
Foto: Lensa Gol, The Mag
Komentar