Seiring dengan banyaknya keluhan terkait kinerja wasit lokal di Liga 1 Indonesia 2017, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kemudian melakukan gebrakan dengan menghadirkan wasit asing untuk memimpin beberapa pertandingan krusial di kompetisi level utama Indonesia itu. Laga antara Persib Bandung melawan PS TNI di putaran kedua Liga 1 menjadi pertandingan pertama yang dipimpin oleh wasit asing.
Saat itu, wasit asal Australia Shaun Roberts Evans (wasit utama), serta Wilson Brown Kenneth dan George Lakrindis (asisten wasit) memimpin jalannya pertandingan yang dimenangkan Persib dengan sor 3-1 itu. Kepemimpinannya menuai pujian, karena keputusan-keputusannya yang tepat dan juga adil. Dua pelatih, Herrie Setyawan dan Ivan Kolev mengungkapkan hal tersebut.
"Wasit asing kinerjanya baik, ia cukup adil dan tidak memihak salah satu kesebelasan. Ia profesional menjalankan pekerjaannya. Kita bisa ambil positifnya dari wasit asing, sebagai pembelajaran bagi wasit Indonesia," kata Herrie seusai pertandingan.
"Wasit asing ini bagus sekali. Ia tidak membuat bahkan satu kesalahan pun. Kepemimpinannya baik sekali dalam laga ini," timpal Kolev.
Setelah itu PSSI semakin percaya diri untuk menggunakan jasa wasit asing, hasilnya rata-rata cukup memuaskan. Namun seiring berjalannya waktu, kepemimpinan wasit asing akhirnya menuai sorotan. Paling disorot tentunya di laga Persija Jakarta melawan PSM Makassar di Stadion Candrabhaga, Bekasi, pada 15 Agustus lalu. Kinerja wasit asal Iran, Bonyadifard Mooud, dianggap tidak memuaskan oleh PSM.
Hal tersebut bermuara pada gol Willem Jan Pluim yang dianulir, saat itu Bonyadifard menganggap Pluim terlebih dahulu melakukan pelanggaran handball, sebelum menceploskan bola melalui tendangannya. Dari tayangan ulang terlihat kalau kontrol yang dilakukan Pluim bersih, bola mengenai lutut sebelum jatuh ke tanah. Sontak hal tersebut membuat kubu PSM berang, protes dilakukan pelatih Robert Rene Alberts, namun hal tersebut justru membuat Alberts diusir wasit.
“Dengan kejadian ini kami kecewa. Kekecewaan terbesar kami adalah wasit yang dibawa dari negeri jauh, tetap masih di bawah standar kualitasnya. Kekecewaan terbesar kami juga terhadap keputusan wasit memberi kartu kuning kepada Pluim. Padahal setelah gol itu dianulir, Pluim tidak menghampiri wasit, dan tidak melakukan protes keras. Dia tidak melakukan apapun ke wasit, tapi dia malah dapat kartu kuning,” terang Robert seusai pertandingan.
Dengan kejadian tersebut, tentu kita tidak bisa mengambil kesimpulan kalau semua wasit asing yang memimpin pertandingan di Liga 1 kepemimpinannya kurang baik. Sebab banyak wasit-wasit asing kepemimpinannya juga menuai pujian seperti misalnya Evans. Namun polemik terhadap penggunaan wasit asing kemudian melebar ke ranah yang lebih serius saat periode kedua penggunaan wasit asing akan berakhir.
Masalah tersebut terkait izin kerja, sebab wasit asing yang bekerja di Indonesia belum mengantongi IMTA. Dalam menjalankan tugasnya, mereka hanya dibekali Visa Kunjungan Usaha (VKU). Hal tersebut kemudian mengundang tanda tanya, terutama dari BOPI. Mereka menginginkan agar wasit asing menggunakan IMTA, karena berkaitan dengan surat izin ketenagakerjaan wasit asing. Sementara PSSI beranggapan bahwa cukup hanya dengan VKU.
Karena tidak ada titik terang, Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia kemudian menggelar pertemuan dengan PSSI dan BOPI untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati bahwa setiap wasit asing yang memimpin pertandingan Liga 1 Indonesia 2017 harus mengantongi IMTA.
Seperti dilansir dari Detik.com, dalam rapat tersebut Deputi Sekjen bidang sepakbola PSSI, Marco Garcia Paulo, menjelaskan bahwa penggunaan wasit asing di Liga 1 baru sebatas uji coba program. Rencananya wasit asing baru akan diterapkan secara resmi pada 2018. Dikatakan bahwa ujicoba tersebut telah mendapat bantuan dari AFC selaku Federasi Sepakbola Asia, dan beberapa federasi sepakbola dari negara-negara terkait.
Dalam kesepakatan bersama AFC dan federasi negara asal wasit tersebut, disepakati bahwa satu wasit hanya memimpin maksimal dua pertandingan. Marco menjelaskan bahwa, karena sifatnya uji coba maka pihaknya tidak memberikan kontrak kerja dengan federasi negara asal wasit asing yang bertugas di Indonesia.
"Kami pun tidak menggunakan Visa on Arrival, melainkan Visa Kunjungan Usaha. Saat ini ada 12 wasit asing dari Iran, Kyrgizstan, dan Australia. Tapi yang Australia kami minta keluarkan VKU dari Sydney atau Canberra, tapi karena wasit tersebut masih bertugas di negaranya,” katanya.
“Maka yang dapat cuma satu (wasit asing) VKU-nya karena dia mewakili. Karena salah komunikasi akhirnya mau enggak mau menggunakan VOA (dua wasit). Tapi kami lapor ke Direktorat untuk mengambil di VKU tapi karena sudah telat. Kami mengakuilah ada yang miss karena sudah kadung masuk (Indonesia)," sambungnya.
Karena aturan bahwa wasit asing yang memimpin jalannya pertandingan di Liga 1 harus terlebih dahulu mengantongi IMTA, PSSI kemudian memutuskan untuk menunda dulu penggunaan wasit asing di Liga 1. Marco mengungkapkan bahwa PSSI tetap akan menggunakan jasa wasit asing, namun tidak dalam waktu dekat ini. Menurutnya bahwa kemungkinan penggunaan kembali wasit asing di Liga 1 akan dilakukan pada saat mendekati akhir musim nanti.
"Kemungkinan itu pun jumlahnya tidak akan banyak. Ya mau bagaimana lagi. Kami harus mengurus IMTA. Jadi di-pending dulu. Tapi perlu diketahui memutuskan wasit itu tidak gampang seperti pemain, butuh waktu," tukasnya.
Komentar