Jelang berakhirnya jendela transfer musim dingin 2018, Manchester City sibuk berburu bek baru. Krisis pemain belakang melatarbelakangi hasrat Man City mendatangkan sosok anyar di lini pertahanan.
Kedalaman skuat Man City di lini belakang memang mengkhawatirkan saat ini. Setelah Vincent Kompany kembali mengalami cedera, tinggal Nicolas Otamendi, John Stones, dan Eliaquim Mangala yang bisa diandalkan di sektor bek tengah. Masih ada sosok lain yang sebenarnya bisa diandalkan bila kepepet, seorang pemain muda bernama Tosin Adarabioyo.
Sekilas Man City yang saat ini cenderung menerapkan skema empat bek sejajar seharusnya tidak perlu risau, karena mereka memiliki dua pelapis untuk dua bek tengah. Tapi masalahnya, Adarabioyo masih terlalu muda, agak berisiko bila mengandalkannya, terlebih di laga penting.
Sementara Mangala, penampilannya saat ini masih belum sesuai ekspektasi. Walhasil, hanya Otamendi dan Stones yang secara kompetitif bisa diandalkan Josep Guardiola menggalang barisan pertahanan Man City.
Ada dua sosok pemain belakang yang menjadi incaran Man City di jendela transfer musim dingin 2018, Jonny Evans dari West Bromwich Albion dan Aymeric Laporter dari Athletic Bilbao. Kabarnya, The Citizens ingin mendatangkan keduanya sekaligus pada Januari 2018 ini.
Namun dilansir dari Daily Mail, Man City diprediksi sulit untuk mendatangkan Evans dan Laporte sekaligus. Man City lebih berpeluang untuk mendatangkan Laporte ketimbang Evans. Sebab Evans kabarnya lebih berpeluang pindah ke Arsenal, yang juga menjadikannya sebagai objek buruan.
Sementara Marca melaporkan bahwa Man City telah bersepakat untuk menebus klausul pelepasan Laporte sebesar 65 juta euro (kira-kira 1 triliun rupiah) dari Bilbao. Kabarnya, Laporte akan diresmikan sebagai pemain anyar Man City pada pekan depan. Marca melanjutkan bahwa Man City akan mengikat Laporte dengan kontrak berdurasi lima tahun.
Man City memang menginginkan agar kesepakatan untuk mendatangkan Laporte rampung pada jendela transfer musim dingin ini. Sebab bila menunggu sampai jendela transfer musim panas mendatang, harga Laporte yang memiliki kontrak hingga 2020 di Bilbao bisa melambung hingga 70 juta euro.
Laporte menjadi sosok idaman Pep Guardiola, usianya yang masih 23 tahun membuat Laporte dipandang sebagai aset masa depan Man City. Selain itu, Laporte juga dianggap sebagai sosok potensial sebagai regenerasi Kompany yang semakin menua, dan lebih sering berkutat dengan cedera.
Kemampuan Laporte pun dianggap mumpuni bila dijadikan tumpuan di lini belakang City. Meski usianya tergolong muda, namun ia memiliki ketenangan dalam mengawal lini pertahanan, layaknya pemain belakang berpengalaman. Selain itu, ia pun cukup baik dalam membaca arah serangan lawan.
Musim ini, catatan statistik aksi bertahan Laporte bersama Bilbao di La Liga pun terbilang mengesankan. Dilansir dari Squawka, per pertandingan Laporte bisa melakukan 1,58 intersep. Jumlah tersebut terbilang lebih baik dari John Stones dengan rataan 1,13 intersep per laga. Namun, masih kalah dari Otamendi yang mencatatkan 2,60 intersep per pertandingan.
Meski begitu merunut pada catatan statistik blok dan sapuan, Laporte unggul atas Otamendi dan Stones. Per laga, Laporte bisa melakukan 0,58 blok, sementara Stones 0,33 blok, dan Otamendi 0,40 blok. Sementara dari aspek clearance atau sapuan, per laga Laporte melakukan 4,79 sapuan, Stones 2,20 sapuan, dan Otamendi 4,40 sapuan.
Dalam urusan duel pun Laporte terhitung lebih baik ketimbang Stones dan Otamendi. Per laga Laporte setidaknya memenangkan 2,32 duel udara dan melakukan 1,37 tekel bersih. Sementara Stones rata-rata memenangkan 0,73 duel udara dan melakukan 1,47 tekel bersih, serta Otamendi mencatatkan 1,60 kemenangan duel udara dan melakukan 1,20 tekel bersih.
Satu hal lain yang membuat Laporte dipandang potensial adalah kemampuannya menjadi bek modern. Ia tidak hanya piawai dalam urusan mematahkan serangan lawan, namun juga lihai menjadi orang pertama yang memulai serangan bagi timnya. Di Bilbao pada musim ini, Laporte tercatat sebagai pemain dengan jumlah operan sukses terbanyak, 740 operan sukses dengan akurasi mencapai 83 persen.
“Evolusi terpenting di posisiku adalah tentang menjadi lebih dari sekadar pemain bertahan. Bagian besar dari permainanku adalah memainkan bola dari lini belakang. Para pemain bertahan lebih sering melakukan hal ini jika dibandingkan dengan dahulu. Aku menghabiskan waktu latihan untuk memulai serangan sama banyaknya dengan waktu yang aku habiskan untuk menghentikan serangan,” kata Laporte, dikutip dari FourFourTwo beberapa waktu lalu.
Foto: Twitter @Laporte
Komentar