Bagi banyak negara dunia ketiga, mendirikan partai politik bisa jadi sebuah tren tersendiri. Hal itu juga terjadi di Yunani, salah satu negara Uni Eropa yang belum mampu keluar dari krisis ekonomi. Di negeri itu, orang-orang berduyun-duyun membuat partai.
Setelah Olympiakos Piraeus berhasil meraih gelar juara Liga Yunani ke-41 mereka, April lalu, wakil presiden klub Olympiakos, Ioannis Moralis, mendeklarasikan sebuah partai baru yang sedianya akan ikut serta dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) kota Piraeus pertengahan Mei lalu. Partai yang dipimpin Moralis itu dinamai Victorious Piraeus.
Dengan mengusung program pembenahan pelabuhan Athena dan  akan menjadikannya seperti pelabuhan-pelabuhan di  Singapura, akhirnya partai Moralis itu mendulang banyak suara. Pada putaran pertama mereka memimpin raihan suara, dengan 37% suara. Sedangkan pada putaran ke-2, mereka menang telak atas calon incumbent, Vassilis Michaloliakos. Pada putaran penentuan itu Moralis memperoleh 60% suara. Sungguh raihan luar biasa untuk ukuran partai baru yang ikut dalam ajang pemilihan umum.
Kemenangan Ioannis Moralis itu pun dirayakan secara istimewa. Para pendukung Moralis berbondong-bondong turun kejalan dan menyalakan flare. Layaknya perayaan kemenangan Olympiakos.
Memang, prestasi Victorious Piraeus dalam pemilu kali ini tak terlepas dari dukungan para suporter Olympiakos. Maklum, jauh-jauh hari sebelum pemilu, kelompok suporter garis keras Olympiakos Piraeus, Hardcore Gate 7, telah menyatakan kesediaannya untuk mendukung sang wakil presiden klub dalam Pilkada kota Piraeus itu.
Tak ada salahnya juga memanfaatkan suporter untuk mendulang suara dalam pemilu. Namun sejauh ini, ketika petinggi klub juga turun ke panggung politik, akan menghasilkan pemerintahan yang otoriter. Misalnya saja Silvio Berlusconi, atau mantan presiden Boca Juniors Mauricio Macri, di Argentina.
Belum lagi jika berbicara ideologi. Sebagai partai baru, tentu Victorious Piraeus belum punya landasan ideologi yang kuat. Para pemilih partai pimpinan Moralis itu mayoritas adalah para suporter Olympiakos, yang memilih partai itu karena merasa kenal dengan Ioannis Moralis, bukan lantaran ideologi yang diusung oleh partai.
Warga Piraeus tampaknya perlu waspada, pasalnya dengan majunya petinggi klub ke kancah politik, atau sebaliknya, akan membuat batasan antara politik dan sepakbola semakin samar. Dan imbasnya? Kita semua telah tahu itu. Sepakbola akan menjadi carut marut.
Ya, ada baiknya warga Piraeus melakukan studi banding ke Indonesia? Agar bisa melihat carut marutnya sepakbola manakala dikotori oleh banyak kepentingan politik. Atau, memang sudah begini rupa suporter sepakbola, dimanfaatkan oleh seseorang  atau golongan untuk mencari jabatan?
[foto:Â aftodioikisi.gr]
(mul)
Komentar