Ancelotti dan Hubungan Mesranya di Liga Champions

Berita

by redaksi

Ancelotti dan Hubungan Mesranya di Liga Champions

Manajer Real Madrid, Carlo Ancelotti, telah tujuh kali merasakan atmosfer partai Final Liga Champions. Dari enam partai yang telah dilewati, ia hanya kalah dua kali. Sebuah rekor yang membuatnya bisa sedikit berbusung dada nanti malam.

Carletto, panggilan Ancelotti, pertama kali menginjakkan kakinya di final ketika membela AS Roma pada musim 1983-84. Namun, di partai final pertamanya tersebut, ia tidak dimainkan, bahkan tidak masuk line up. Sebuah hal menyesakan mengingat Ancelotti adalah seorang kapten tim dan laga final itu digelar di depan publik Roma sendiri yaitu di Stadion Olimpico. Luka itu semakin membekas setelah Roma dikalahkan Liverpool lewat adu pinalti.

Pada 1987, ia hijrah ke AC Milan. Di musim keduanya bersama Milan, dia mampu membawa Milan menggondol trofi Liga Champions tahun 1989. Permainannya selama 90 menit sebagai gelandang menjadi salah satu penyebab kemenangan Milan atas Steaua Bucuresti dengan skor telak 4-0.

Ancelotti kembali bermain di partai Final Liga Champions, setahun berselang tepatnya pada final Liga champions 1990. Ini merupakan final kedua Carletto secara berturut-turut. Di Final, AC Milan menghadapi tim asal Portugal, Benfica. Bertanding di Praterstadion, Wina, klub yang ditangani Arrigo Sacchi ini menang tipis 1-0. Ini merupakan gelar kedua bagi Ancelotti dan gelar ke empat bagi AC Milan. Di musim itu pula Carletto pensiun sebagai pemain sepakbola.

Kejayaan pria kelahiran 1959 ini kembali memuncak ketika ia kembali ke AC Milan. Bukan sebagai pemain, tapi sebagai pelatih. Ancelotti membawa AC Milan tiga kali ke Final Liga Champions pada musim 2002-03, 2004-05 dan 2006-07. Tiga final yang akan selalu diingat di kepala Ancelotti.

Pada 2002-03 mereka harus menghadapi rival di Serie A, Juventus. Pertandingan harus dilanjutkan ke babak adu penalti karena hingga 120 menit, kedudukan masih imbang 0-0. Milan akhirnya memenangi gelar Liga Champions ke-6 mereka di Old Traffold.

Carletto kembali membawa Milan ke final pada 2004-05. Lawan yang dihadapi adalah Liverpool, klub pengoleksi 18 gelar liga juara Liga Inggris. Sempat unggul tiga gol, Liverpool berhasil menyamakan kedudukan dan memaksakan hasi seri hingga 120 menit pertandingan. Impian Carletto untuk menambah trofi Liga Champions pun pupus ketika Andriy Shevcenko gagal melaksanakan tugasnya. Liverpool pun menang lewat adu tendangan penalti.

Ancelotti sepertinya sangat berjodoh dengan partai Final Liga Champions. Di musim 2006-07, memori final 2004-05 kembali terulang. Liverpool siap menjadi mimpi buruk bagi AC Milan. Dua gol Filippo Inzaghi hanya mampu dibalas satu gol oleh Liverpool. Gelar ini merupakan raihan ketujuh bagi AC Milan, dan gelar keempat bagi Carletto.

Malam nanti, Carletto dihadapkan pada sebuah sejarah baru. Ia tak lagi berseragam AC Milan. Kini, ia bersama tim kaya dari Ibukota Spanyol, Real Madrid. Real merupakan klub peraih gelar Liga Champions terbanyak dengan sembilan trofi. Carletto ditantang untuk mengembalikan kejayaan Real Madrid di final.

Real Madrid terakhir kali juara Liga Champions pada musim 2001-02. Mereka dituntut meraih gelar ke-10 meski tanpa dukungan Jendral Franco. Mampukah Ancelotti melaksanakan tugasnya?

Sumber gambar: uefa.com

[fva]

Komentar