Cerita di Balik Gol Salto Okazaki

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cerita di Balik Gol Salto Okazaki

Shinji Okazaki kerap menjadi bahan olokan. Postur tubuhnya terbilang tidak biasa untuk pesepakbola. Pun halnya ketika berlari atau menggiring bola. Tidak sedikit yang mengejeknya sebagai pramusaji restoran Jepang yang tak sengaja bermain bola.

Postur tubuh yang aneh tak memengaruhi sama sekali ketajaman Okazaki. Di FSV Mainz 05, ia mencetak 27 gol dari 65 pertandingan. Ia pun menjadi salah seorang pemain Asia yang berpengaruh di Bundesliga kala itu. Sejumlah kesebelasan besar pun meminatinya pada akhir musim 2014/2015.

Okazaki membuat keputusan mengejutkan setelah memilih Leicester City yang pada akhir musim tersebut berjuang di papan bawah. Namun, pada akhirnya, keputusannya membela The Foxes tidaklah salah. Okazaki menjadi bagian integral di lini serang bersama Jamie Vardy.

Vardy memang pujaan, tapi Okazaki punya faktor lain yang membuatnya mampu memengaruhi hasil akhir pertandingan. Kala menghadapi Newcastle, ia mencetak satu gol yang bukan hanya mampu memenangkan Leicester, tapi juga tercatat sebagai salah satu gol terindah pada musim ini. Okazaki melakukan tendangan salto untuk menjebol gawang Newcastle yang dikawal Robert Elliot.

Gol tersebut bisa dibilang sebuah keberuntungan. Pasalnya, Newcastle pun bermain lebih agresif dengan melepaskan 13 attemps berbanding 10 milik Leicester. Gol itu pula yang merupakan satu-satunya attemps yang mengarah ke gawang lawan.

Kemenangan membawa Leicester menjaga jarak lima poin dengan Tottenham Hotspur yang berada di peringkat kedua. Secara matematis, Leicester bisa juara dengan memenangi tujuh pertandingan dari delapan pertandingan sisa, dengan catatan Spurs selalu menang.

Berdasarkan The Guardian, publik selalu menganggap kalau manajer Leicester, Claudio Ranieri, adalah sosok yang tenang dan seringkali enggan menanggapi soal peluang juara Leicester. Namun, Okazaki mengakui kalau Ranieri mengucapkan sejumlah kata kasar pada anak asuhnya saat turun minum.

“Kami menjaga jarak menjadi lima poin lagi. Jadi ini adalah pertandingan penting untuk dimenangi. Namun, manajer sangat marah saat turun minum,” ucap Okazaki, “Di sebagian besar waktunya dia tersenyun, tapi ketika turun minum dia menggila. Dia selalu bercanda, tapi mungkin melihatnya marah itu bagus buat kami.”

Menurut Okazaki salah satu hal yang membuat Leicester menang adalah bermain tanpa tekanan. Daya juang para pemain pun dianggapnya sangat baik. “Karakter para pemain sangatlah baik. Vardy, Mahrez, mereka begit utenang. Mereka tertawa dan bercanda sepanjang waktu. Tidak ada tekanan dan itu bagus,” tutur Okazaki.

Leicester akan menghadapi Crystal Palace di Selhurst Park pada Sabtu mendatang sebelum international break. Hal ini akan membuat The Foxes tetap di puncak klasemen (apapun hasil mengadapi Palace) pada awal April dan Okazaki tahu pentingnya gol yang ia cetak.

“Aku telah mencetak gol seperti itu sebelumnya di Bundesliga menghadapi Hanover, tapi itu situasinya berbeda. Ini jauh lebih penting karena gol itulah kami menang, dan itu membuatnya amat berbeda. Aku tidak berlatih tendangan salto. Aku sebenarnya jauh lebih senang dengan tendangan langsung. Satu sentuhan dan tendang. Gol itu dari insting, dan itulah karakterku,” tutup Okazaki.

foto: beinsport

Komentar