Kampl ke Dortmund: Sebuah Kemunduran?

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kampl ke Dortmund: Sebuah Kemunduran?

Ballspielverein Borussia Dortmund tidak membuang waktu untuk memperbaiki diri. Begitu kesibukan bertanding di Bundesliga berakhir untuk sementara, klub berjuluk die Schwarzgelben ini langsung bergerak di pasar pemain. Kevin Kampl menjadi rekrutan pertama Dortmund di bursa transfer musim dingin. Kesepakatan ini adalah sebuah keuntungan bagi Dortmund; namun bisa saja tidak begitu adanya bagi sang pemain.

“Kevin Kampl adalah seorang gelandang serang serbabisa yang telah kami amati cukup lama. Gaya bermainnya cocok dengan kami,” ujar direktur olahraga Dortmund, Michael Zorc, sebagaimana diwartakan oleh situs resmi klub.

Pujian Zorc bukanlah sebuah usaha untuk melebih-lebihkan kualitas seorang pemain yang tidak ternama. Ketika Zorc mengatakan bahwa Kampl memiliki gaya bermain yang cocok dengan Dortmund, dirinya tahu benar apa yang ia maksud. Pemain berusia 24 tahun ini memang memiliki gaya bermain yang cocok dengan Dortmund.

Kampl didatangkan dari Red Bull Salzburg, peraih lima gelar juara dalam delapan musim terakhir Österreichische Fußball-Bundesliga (kasta tertinggi liga sepakbola Austria). Walaupun ia hanya menghabiskan dua setengah musim bersama Red Bull Salzburg – dan selama itu hanya berhasil mempersembahkan satu gelar Österreichische Fußball-Bundesliga dan satu gelar ÖFB-Cup – masa-masa yang ia habiskan di kota Wals-Siezenheim adalah modal penting yang membuat dirinya tak akan membutuhkan banyak waktu untuk beradaptasi di Dortmund.

Malah, Kampl bisa saja tidak benar-benar harus berjuang keras untuk dapat menjadi andalan di Dortmund. Dua tahun pertama dari dua setengah musim yang ia habiskan bersama Red Bull Salzburg telah membuatnya lebih dari siap untuk bermain di bawah komando Jürgen Klopp. Aktor utama di balik semua kesiapan itu tidak lain dan tidak bukan adalah Roger Schmidt, pelatih kepala Bayer Leverkusen saat ini.

Kampl dan Schmidt bergabung dengan Red Bull Salzburg pada tahun yang sama; tahun 2012. Di bawah asuhan Schmidt, pemain tim nasional Slovenia ini menjadi pemain kunci Red Bull Salzburg. Menjadi pemain kunci memang membanggakan, namun bersama Schmidt hal ini menjadi melelahkan. Gaya bermain Red Bull Salzburg membuat para pemainnya tidak memiliki waktu untuk bersantai dalam pertandingan. Menekan dan terus menekan, baik dengan atau tanpa bola, adalah inti strategi Schmidt, yang ia namai pressing machine.

“Untuk apa membiarkan lawan dalam keadaan tenang?” tanya Schmidt retoris ketika menjelaskan gaya bermain timnya kepada FourFourTwo. Gaya bermain Red Bull Salzburg di bawah asuhan Schmidt adalah versi ekstrem dari Gegenpressing yang diperkenalkan oleh Klopp. Pressing machine sempat membuat Ajax Amsterdam mengalah dengan agregat 6-1 di ajang Europa League musim lalu. Karena alasan itulah, di Dortmund, Kampl tak akan membutuhkan waktu lama untuk dapat diterima di tim utama.

Bagaimanapun, hijrah ke Dortmund bukanlah keputusan yang sepenuhnya tepat. Jika saja Kampl mau menunggu, bisa saja ia mendapatkan tawaran dari Leverkusen: klub pertama yang memberinya kontrak profesional sekaligus klub pertama tempatnya gagal menembus tim utama.

Jika saja Kampl mau menunggu, bisa saja ia kembali bekerja sama dengan Schmidt dan tetap mengembangkan diri di bawah gaya bermain yang sama, bukan di Dortmund, klub yang sedang dilanda krisis identitas dan perlahan mulai meninggalkan Gegenpressing – strategi yang membawa mereka final Champions League.

Komentar