Ketika seorang pesepakbola sudah mencapai puncak karirnya, biasanya pemain tersebut mulai memikirkan waktu yang tepat untuk gantung sepatu. Merasa sudah tak mampu berkembang dan kalah bersaing dengan para pemain muda, membuat pemain tersebut mulai berpikir untuk tinggal menikmati apa yang telah ia dapatkan selama karirnya.
Hal itu pun yang dialami oleh penyerang Paris Saint-Germain asal Swedia, Zlatan Ibrahimovic. Di usianya yang sudah menyentuh angka 33, Ibra sudah merencanakan untuk mengakhiri karirnya sebagai pesepakbola profesional.
âSaya berencana untuk pensiun,â ujar Ibra pada The Guardian. âKetika anda bermain sepakbola dan menghabiskan banyak waktu di hotel, anda telah kehilangan banyak hal.â
âAnakku yang terbesar berusia delapan tahun dan yang termuda enam tahun. Saya merasa saya tak ada dalam kehidupan sehari-hari mereka. Saya ingin menjadi pria yang mencintai keluarga saya. Dan saya akan berhenti (menjadi pesepakbola) ketika saya berada di puncak,â lanjut Ibra.
Saat ini, Ibra jelas sudah berada di puncak karirnya. Ia kini berseragam PSG, penguasa Liga Prancis beberapa musim terakhir. Sebelumnya, ia pernah membela tim-tim elit Eropa seperti Ajax Amsterdam, Juventus, AC Milan, Inter Milan, dan Barcelona. Total 23 gelar juara ia torehkan selama karirnya.
Tak hanya di klub, bersama tim nasional Swedia pun Ibra telah mengerahkan segala kemampuannya. Ibra telah menjadi pencetak gol terbanyak Swedia sepanjang sejarah dengan 50 gol. Meskipun begitu, belum ada gelar juara yang bisa ia berikan pada tanah kelahirannya.
Selain belum bisa memberikan trofi juara bersama tim nasional, masih ada satu trofi yang belum ia raih, yaitu trofi juara Liga Champions.
Meraih gelar juara Liga Champions memang bukan hal yang mudah. Bermain di tim top sekalipun tak menjamin Ibra bisa meraih trofi yang paling ia idam-idamkan ini.
Ibra sendiri pernah mengisahkan betapa kecewa dirinya gagal meraih trofi Liga Champions bersama Barcelona pada 2010. Saat itu, Barca kalah di babak semi-final oleh Inter Milan, di mana kemudian Inter lah yang menjadi juara Champions saat itu. Ibra menuding Pep Guardiola, pelatih Barca saat itu, yang menjadi biang kekalahan Barca saat itu.
âKami merupakan tim terbaik dunia saat itu. Tapi kami tak mampu meraih trofi juara Liga Champions karena keputusan buruk seseorang,â ujar Ibra pada Canal+, di mana komentar tersebut merujuk pada Guardiola. âTapi tak ada gunanya jika mengeluh saat ini. Lagipula saya menjalani masa-masa yang indah bersama Barcelona.â
Kini di masa-masa akhir karirnya, Ibra pun masih berupaya untuk bisa meraih trofi liga Champions. Bersama PSG, ia menaruh harapan besar tim ini bisa mewujudkan impiannya untuk melengkapi rentetan trofi yang ia pernah dapatkan.
Jika pun bersama PSG ia kembali gagal meraih trofi juara Liga Champions, ia pun akan memakluminya. Yang terpenting ia telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan PSG bisa berbuat banyak di kompetisi Eropa. Dan baginya, itu menjadi kebanggaan tersendiri.
âTim ini masih belajar karena tim ini terbilang baru di Liga Champions. Kami mendapatkan banyak pengalaman dalam dua musim terakhir. Dan dua kali pula lolos ke babak perempat final. Bagiku itu sudah luar biasa.â
Maka dari itu, jika pada akhirnya ia tak bisa meraih trofi Liga Champions di penghujung karirnya, ia cukup puas dengan apa yang telah ia dapatkan. Dan ketika waktu pensiun baginya telah tiba, ia tetap mensyukuri perjalanan karirnya sebagai pesepakbola.
âPSG berusaha untuk mendapatkannya (trofi Liga Champions). Tapi jika kami tak mendapatkannya, 23 trofi yang telah saya dapatkan pun sudah cukup luar biasa. Setidaknya, saya memiliki perjalanan yang luar biasa dalam karir saya,â ujar Ibra di penghujung wawancara tersebut.
foto: aftonbladet.se
Komentar