Ketidakjelasan Regulasi Pemutihan Kartu, Hariono Tak Bisa Tampil di Final Piala Presiden

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ketidakjelasan Regulasi Pemutihan Kartu, Hariono Tak Bisa Tampil di Final Piala Presiden

Pendukung Persib Bandung harap-harap cemas jelang partai final Piala Presiden 2015. Selain masih menunggu kepastian stadion yang digunakan untuk final nanti menghadapi Sriwijaya FC, pendukung Persib berwaswas menanti kepastian Hariono bisa tampil atau tidak di laga final.

Hariono mendapatkan kartu merah saat menghadapi Mitra Kukar pada leg kedua babak semifinal. Pada menit ke-72, pemain yang telah tujuh tahun membela Persib itu diusir wasit setelah menerima kartu kuning kedua atas pelanggaran kerasnya atas Carlos Raul Sciuciatti.

Harapan bagi Hariono untuk tampil muncul setelah adanya regulasi pemutihan kartu di partai final yang digagas Mahaka Sports and Entertainment selaku penyelenggara turnamen. Itulah yang menjadi dasar argumen Frasetya Vady Aditya menyebutkan bahwa Hariono bisa dimainkan pada pertandingan final di artikel mengenai Pemutihan Kartu dan Venue Partai Final Piala Presiden 2015.

Namun tampaknya harapan Persib dan pendukungnya untuk melihat Hariono tampil di final harus dikubur dalam-dalam. Menurut kabar terbaru, Mahaka Sports mengatakan bahwa Hariono tak bisa dimainkan karena kartu merahnya.

“Iya, benar. Dia [Hariono] tidak bisa tampil di final,” ujar Hasani Abdul Gani, CEO Mahaka Sports, saat dikonfirmasi Kompas.com.

Hasani pun menambahkan bahwa kartu merah memang tidak bisa dibanding pada partai final meski adanya pemutihan kartu. Seperti yang ditulis laman Tribunnews, Hasani mengatakan hanya kasus-kasus tertentu yang bisa banding, seperti kasus denda Bonek FC misalnya.

Menurut Pasal 32 ayat 7 regulasi Piala Presiden, peraturan pemutihan kartu pada partai final bisa berlaku jika sang pemain mendapatkan akumulasi kartu kuning. Inilah yang sebenarnya kurang mendapatkan penjelasan lebih mendalam dari pihak Mahaka Sports kepada para peserta turnamen, mengingat Hariono pun sebenarnya masih tak tahu apakah ia bisa bermain atau tidak di partai final.

“Kalau pemutihan berarti masih bisa main. Mudah-mudahan diberi kepercayaan lagi dan mudah-mudahan bisa main di final,” tutur Hariono saat diwawancarai Simamaung pada Sabtu (10/10) usai pertandingan.

Dari sini kita bisa melihat, dari pihak Persib pun tak mengetahui kejelasan soal peraturan pemutihan kartu. Maka dengan kata lain, para pemain yang berlaga laga semifinal, tak hanya pemain Persib, beranggapan bahwa adanya pemutihan kartu membuat mereka tampil lepas, seperti Hariono misalnya yang rela mengambil resiko menerima kartu merah.

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah jika pun benar pemutihan kartu hanya diberikan pada pemain yang mendapatkan akumulasi kartu kuning, bukankah Hariono pun sebenarnya mendapatkan kartu merah berkat akumulasi kartu kuning pada satu pertandingan?

Sedikit bercerita tentang final Liga Champions 2012, kala itu, pertandingan antara Chelsea dan Bayern Munich pun dihiasi oleh isu pemutihan kartu yang diajukan oleh FIFPro, selaku organisasi pemain profesional. Chelsea saat itu tak bisa memainkan Branislav Ivanovic, Raul Meireless, Ramires dan John Terry karena hukuman kartu. Sementara Bayern, tak bisa menurunkan skuat terbaiknya karena akan tampil tanpa Holger Badstuber, David Alaba, dan Luiz Gustavo. Tapi yang diajukan pemutihan kartu adalah pemain-pemain yang rasanya kurang layak diberi kartu kuning.

“Siapapun yang melakukan kesalahan serius di semifinal mesti diberi kartu merah dan absen di final (merujuk pada Terry yang mendapatkan kartu merah langsung). Tapi pelanggaran yang menghasilkan kartu kuning kurang tepat tapi harus absen di laga terpenting dalam hidup mereka seharusnya mendapatkan pertimbangan lain,” kata Simon Barker, juru bicara FIFPro, di ESPN Soccernet, “Sebagai contoh, Alaba terpeleset dan bola mengenai tangannya. Tidaklah tepat ia harus absen di final Liga Champions karena hal seperti itu.”

Namun dengan alasan seperti itu, UEFA yang menaungi turnamen Liga Champions menolak banding tersebut. Pemutihan kartu memang tak ada dalam regulasi UEFA saat itu. Hal itulah yang menyebabkan para pemain tersebut pada akhirnya tak bisa tampil di final.

“Peraturan dari kompetisi ini sudah dirancang dari awal kompetisi dan tetap begitu sepanjang musim,” Juru bicara UEFA menanggapi. “Perubahan terhadap regulasi di masa mendatang mesti terlebih dahulu diusulkan di komite kompetisi klub dan disetujui oleh komite eksekutif UEFA.”

Dikutip dari BBC, peraturan pemutihan kartu oleh UEFA pernah dilakukan di Piala Dunia 2012. Baru pada Juli 2014, UEFA mengimplementasikan pemutihan kartu setelah babak perempat final Liga Champions dan Europa League. Nama dari aturan pun bukan "pemutihan" melainkan penghapusan akumulasi kartu kuning. Dengan peraturan yang tidak abu-abu membuat sedari awal peserta kompetisi Eropa sudah diberi tahu bahwa yang bisa diampuni adalah mereka yang mendapatkan akumulasi kartu kuning, bukan kartu merah.

Itulah mengapa perlu sosialisasi khusus soal peraturan pemutihan kartu yang digagas Mahaka Sports pada peserta Piala Presiden kali ini sebelum turnamen dimulai. Namun tentu saja sosialisasi saat ini sudah terlambat di mana pertandingan tinggal menyisakan partai final dan Hariono sudah diputuskan tidak bisa bermain pada partai puncak tersebut.

Jadwal pertandingan final Piala Presiden rencananya akan digelar pada Minggu, 18 Oktober 2015. Untuk jadwal siaran langsung klik di sini.

Komentar