Pemilik Cardiff City, Vincent Tan, membuat sebuah keputusan kontroversial pada 2012. Ia mengubah identitas klub; warna dan logo klub yang sudah identik sejak awal mula Cardiff berdiri pada 1908. Alasannya? Keberuntungan.
Kostum Cardiff City berwarna biru diubah menjadi merah, karena warna tersebut diangap membawa hoki. Kemudian, logo blue bird (burung biru), diubah menjadi seekor naga merah khas Negara Wales.
Kendati telah berganti logo, si Burung Biru tidak lantas hilang begitu saja. Binatang jenis unggas tersebut tetap ada dalam logo kesebelasan. Namun berada di bawah tagline "Fire & Passion". Perubahan simbol ini tidak lepas dengan kultur Tiongkok. Naga adalah simbol kekuatan dan keberuntungan. Ini merupakan mitos yang dipercaya Vincent sebagai warga keturunan Tiongkok.
Namun, bangsa Eropa menganggap naga sebagai monster dari dunia kegelapan. Banyak dongeng yang bercerita tentang perang kerajaan melawan naga yang jahat. Bahkan, Vincent sempat berniat mengganti nama kesebelasan menjadi Cardiff Dragon. Untungnya hal ini urung terjadi. Ia pun hanya mengubah warna jersey kandang menjadi merah, dan wana biru untuk laga tandang.
Akan tetapi janji keberuntungan dan kekuatan, tidak berarti bagi para fans. Mereka menegaskan Cardiff yang sesungguhnya adalah yang bewarna biru dan berlogo Blue Bird di dada. Memang, Cardiff langsung beruntung karena berhasil menjadi runner-up Piala Carling. Lalu promosi ke Premier League pada musim berikutnya walau hanya bertahan semusim karena kembali turun ke Divisi Championship.
Dampaknya, jumlah suporter yang datang ke stadion hanya mencapai sekitar 20 ribu. Berkurang sebanyak 7 ribu, sejak klub berusia 116 tahun itu terdegradasi. Jumlah ini sekaligus menghapus kepercayaan keberuntungan yang diagung-agungkan Vincent. Penggemar mulai beramai-ramai mengkampanyekan jersey Cardiff yang berwarna biru agar dikembalikan seperti semula: kembali kepada jati diri mereka.
Ketika masih bernama Riverside AFC pada Tahun 1899, mereka menggunakan kostum bewarna kombinasi Cokelat. Baru pada 1908, mereka menggunakan warna biru sebagai jersey kebanggan. Bertahan cukup lama hingga 1926, warna kostum sempat diubah menjadi warna biru muda. Akan tetapi itu hanya bertahan empat tahun karena pada 1930 mereka kembali ke warna biru.
"Cardiff is Blue! Not Red! We want our club back!" sering diserukan para fans. Sejak laga boxing day melawan Liverpool pada musim 2013, sebelum laga mereka selalu kumpul bersama. Penggemar pun mengitari stadion dengan menyuarakan protesnya kepada Vincent, baik secara vokal maupun visual. Mereka juga menuntut salah satu dari sembilan konglomerat terkaya di Malaysia itu untuk mundur. Tekanan itu terus dilakukan di setiap pertandingan seterusnya. Mereka selalu memakai atribut bewarna biru kala datang ke Stadion Cardiff City.
Protes fans kepada Vincent pun semakin besar ketika Malky Mackay, manajer Cardiff sejak tahun 2011, dipecat. Keputusan tersebut dilakukan akibat Cardiff kalah oleh Sunderland pada Kamis, 26 Desember 2013. Padahal Mackay merupakan pelatih yang disegani para pemain dan fans saat itu. Akibat tekanan dari suporter dan media terus mengalir deras, akhirnya hati Vincent sedikit luntur. Ia berencana mengembalikan kostum dan logo kesebelasan mulai musim depan.
Bahkan dalam waktu dekat, penggemar sudah bisa melihat kembali para idolanya memakai jersey biru di Stadion Cardiff City. Ketika menghadapi Fulham pada Sabtu (10/1) malam. Skuat besutan Rusell Slade akan menggunakan kostum tandang mereka.
"Sejak Sabtu 10 Januari 2015 dan hingga akhir musim, jersey kandang kita akan menjadi biru. Jersey tandang kita akan menjadi merah. Saya berterima kasih kepada liga telah menerima permohonan saya," tulis rilis yang dikeluarkan oleh Vincent.
Maka Cardiff baru bisa mengenakan jersey biru dan logo blue bird seutuhnya, pada musim depan. "Untuk musim 2015/2016, jersey kandang Cardiff City akan menjadi biru. Jersey tandang akan menjadi merah," sambungnya.
Ya, memang pada dasarnya money can't buy all history. Identitas dan kenangan merupakan sebuah kebanggan dari kesebelasan dan penggemar.
Foto dari : BBC
Komentar