Southampton dan Sentimen Van Gaal

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Southampton dan Sentimen Van Gaal

“Uang tidak membuat Anda bahagia. Uang memang bagian penting untuk membuat Anda bahagia, namun bagi saya pengakuan jauh lebih penting,” ujar Louis van Gaal, manajer Manchester United, mengenai pandangan hidup yang ia anut.

Namun di balik semua rasa laparnya terhadap pengakuan, Van Gaal ternyata tidak mudah mengakui kehebatan orang lain. Jika ada sekelompok orang yang enggan mengakui pencapaian hebat yang berhasil ditorehkan oleh Southampton sejauh ini, ia pasti termasuk salah satu diantaranya.

Untuk beberapa alasan, Southampton pantas mendapatkan pujian dan pengakuan. Eksodus pemain kunci besar-besaran tidak membuat mereka terpuruk. Sebaliknya, bersama Ronald Koeman, Southampton mampu bertahan di posisi kedua hingga pekan ke-12. “Yang penting adalah posisi di akhir bulan Mei. Itu yang penting. Posisi saat ini tidak penting,” ujar Van Gaal sebagaimana dikutip oleh The Guardian.

Southampton sendiri untuk saat ini sedang berada di posisi ketiga, empat poin di belakang Manchester City. Penurunan posisi ini dapat terjadi karena Southampton menderita dua kekalahan dalam dua pertandingan terakhir yang mereka jalani di ajang Premier League, kala berhadapan dengan Manchester City dan Arsenal.

Jika Southampton kembali menelan kekalahan pada lanjutan Premier League, mereka akan kembali mengalami penurunan posisi. Pasalnya sang lawan yang akan mereka hadapi pada hari Selasa nanti, United, hanya berada satu angka di belakang mereka. Southampton malah bisa saja turun dua peringkat jika West Ham United mampu meraih kemenangan di pertandingan melawan Swansea City.

Satu hal yang membuat Van Gaal enggan mengakui pencapaian Southampton adalah keberadaan Koeman. Pria bernama lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal tersebut dan Koeman pada awalnya sempat berhubungan baik. Bahkan Koeman, bersama José Mourinho, pernah menjadi asistennya di Barcelona.

Apa yang terjadi di Ajax pada tahun 2004, ketika Koeman menjabat posisi manajer dan Van Gaal bertindak sebagai direktur teknik, membuat nama kedua sampai mengambil keputusan untuk meninggalkan Ajax. Hubungan Van Gaal dan Koeman tidak pernah kembali sama sejak saat itu.

“Saya tidak perlu menjelaskan hubungan saya dengan pelatih tim lawan. Itu adalah urusan pribadi, saya rasa,” ujar Van Gaal sebagaimana diwartakan oleh The Guardian. Terlihat jelas bagaimana pria berusia 63 tahun tersebut sebisa mungkin tidak menyebut nama Koeman, dan hal itu tidak terjadi sekali saja.

“Kami bermain melawan Southampton dan kami hanya perlu membicarakan Southampton, bukan pelatihnya,” lanjut Van Gaal.

Entah ada hubungannya dengan sentimen pribadi terhadap Koeman atau tidak, Van Gaal memandang pencapaian Southampton sebagai sesuatu yang tak begitu istimewa dan tak perlu dibesar-besarkan. Masih kepada The Guardian, Van Gaal mengambil PEC Zwolle, salah satu klub Eredivisie, sebagai contoh.

“Kondisi ini sama di setiap negara: setiap negara selalu memiliki kejutan di awal musim. Zwolle memimpin klasemen di liga Belanda selama enam atau delapan pekan. Selalu ada yang seperti itu,” ujarnya.

Terlepas ada atau tidaknya hubungan buruk antara kedua manajer, pertandingan antara Southampton dan United dipastikan berjalan sengit. Alasannya apa lagi jika bukan pertaruhan posisi menjelang setengah perjalanan kompetisi.

Komentar