Ujian Berat Di Matteo Bersama Schalke

Berita

by redaksi

Ujian Berat Di Matteo Bersama Schalke

Ada beberapa hasil positif yang diraih oleh Jens Keller bersama Schalke musim ini. Mampu memaksakan hasil imbang kala bersua Bayern Munich dan Chelsea termasuk di antaranya. Yang terbaik, bagaimanapun, tentulah kemenangan 2-1 melawan Borussia Dortmund dalam Revierderby.

Semua itu toh tidak cukup untuk menghindarkan Keller dari pemecatan. Manajemen Schalke memutuskan untuk mendepaknya. Posisi manajer yang ia duduki sejak 16 Desember 2012 kini ditempati oleh orang baru. Sosok yang dimaksud adalah Roberto Di Matteo.

Ya, Roberto Di Matteo. Pemain tim nasional Italia yang lahir dan besar di Swiss. Eks pemain SS Lazio dan Chelsea. Pria pertama (dan hingga saat ini masih satu-satunya) yang berhasil membawa Chelsea menjadi juara Liga Champions.

Pencarian konsistensi menjadi alasan di balik penunjukkan Di Matteo. “Kami ingin menerapkan daya dorong baru dengan mengganti pelatih,” ujar CEO Schalke, Horst Heldt, lewat situs resmi klub.

“Kami sangat yakin bahwa Roberto Di Matteo mampu menstabilkan tim dan meraih tujuan kami di Bundesliga dan Liga Champions.”

Stabil memang bukan kata sifat yang pantas melekat kepada Schalke di musim ini. Performa mereka naik turun. Setelah sukses menahan imbang Bayern, Schalke malah kalah 1-4 di kandang Borussia Monchengladbach. Manisnya keberhasilan menundukkan Dortmund diiringi oleh dua hasil negatif: 1-1 melawan Maribor di pertandingan kandang Liga Champions dan kalah 2-1 dalam lanjutan Bundesliga di kandang Hoffenheim.

Belum lagi, ada noda yang tak akan pernah dapat terbasuh bersih. Perjalanan Schalke di DFB-Pokal harus langsung terhenti sejak putaran pertama; mereka kalah 1-2 melawan Dynamo Dresden, klub divisi ketiga Liga Jerman.

Di Matteo diharapkan mampu membawa fajar baru ke Gelsenkirchen. Fajar baru berupa konsistensi dan prestasi.

Dukungan yang ia butuhkan sudah ia dapatkan. Pihak klub memberi kepercayaan dan dukungan penuh. Bild menyebut Di Matteo sebagai Jurgen Klopp-nya Schalke. Alfred Draxler, jurnalis kenamaan Jerman, malah melabeli penunjukkan Di Matteo sebagai kesepakatan terbesar di Jerman setelah kepindahan Pep Guardiola ke Bayern. Itu saja, tentunya, tidak cukup. Kesuksesan Di Matteo berada di tangannya sendiri.

Lagipula kritik bukannya tidak ada. Banyak orang beranggapan pencapaian Di Matteo sebagai juara Liga Champions tak terlalu begitu spesial. Mengingat skuat Chelsea yang ada saat itu dibangun oleh Andre Villas-Boas. Pengalaman yang Di Matteo miliki juga tidak terlalu banyak. Tim yang pernah ia tangani hanyalah Milton Kenyes Dons dan West Bromwich Albion. Keduanya jelas bukan klub besar.

Di Matteo memang pernah menimba ilmu di Chelsea. Tetapi dari siapa? Atasannya kala itu “hanya” AVB.

Beda dengan Jose Mourinho, Pep Guardiola, dan Ronald Koeman yang belajar banyak dari Louis van Gaal. Karenanya, dapat dimengerti jika ketiganya kini telah menyandang gelar manajer top.

Schalke adalah ujian besar (sekaligus ujian nyata) pertama untuk Di Matteo. Lebih besar ketimbang menghindarkan WBA dari ancaman degradasi, juga lebih besar dari final Liga Champions 2012. Sukses atau tidaknya Di Matteo bersama Konigsblauen tergantung kepada dirinya, karena kunci keberhasilan ada di tangannya sendiri.

Komentar