Penulis kenamaan Inggris, Jonathan Wilson, menyebut masa bakti pertama Louis van Gaal di Barcelona (1997-2000) sebagai seminar sepakbola terakbar sepanjang sejarah. Para pemain dan para staf yang berada di bawah pimpinan Van Gaal pada masa itu berhasil menjadi manajer ternama. Sebut saja Pep Guardiola dan Luis Enrique di barisan pemain, atau José Mourinho dan Ronald Koeman, dua asisten Van Gaal.
Kerja sama Koeman dan Van Gaal berlanjut di Ajax Amsterdam. Saat itu, sang murid telah menjadi manajer dan Van Gaal menjabat posisi direktur teknik. Namun pada tahun 2004 hubungan keduanya terlibat pertengkaran. Van Gaal pun meninggalkan Ajax.
Baik Van Gaal maupun Koeman selalu mengatakan bahwa keduanya telah berbaikan. Yang terbaru, Koeman berujar dalam sebuah konferensi pers prapertandingan melawan Manchester United (11/1): âKami memiliki masalah di masa lalu namun kami sudah berbaikan.â
Namun apa yang ditunjukkan oleh keduanya menunjukkan bahwa masalah antara mereka belum benar-benar selesai. Pada konferensi pers prapertandingan saat Southampton menjamu United pada 8 Desember lalu, Van Gaal menolak untuk menyebut nama Koeman.
âSaya tidak harus menjelaskan hubungan saya dengan pelatih lawan. Saya rasa itu urusan pribadi. Kami bermain melawan Southampton dan kami harus berbicara mengenai Southampton dan bukannya trainer-coach mereka,â ujar Van Gaal.
Sekarang, saat Southampton bertandang ke Old Trafford, giliran Koeman yang menunjukkan bukti bahwa hubungan antara dirinya dengan Van Gaal tidak baik-baik saja. Setiap kali United dikritik oleh media, Van Gaal selalu mengatakan bahwa dirinya masih membutuhkan waktu. Menurut Koeman hal tersebut hanyalah alasan saja.
âTergantung dirinya. Jika ia membutuhkan dua tahun lagi, berilah ia dua tahun lagi. Mungkin caranya bekerja berbeda dengan para manajer lain namun saya tidak meyakini bahwa siapapun membutuhkan satu tahun atau dua tahun. Semuanya tergantung kualitas para pemain. Semakin baik para pemainnya, semakin mudah pekerjaan manajer,â ujar Koeman sebagaimana diwartakan oleh the Guardian.
Pendekatan Koeman kurang lebih sama dengan milik manajer Arsenal, Arsène Wenger. Alex Fynn dan Kevin Whitcher dalam buku mereka yang berjudul Arsènal: The Making of a Modern Superclub menjabarkan bagaimana Wenger bukanlah seorang tactical genius. Kesuksesan Wenger sangat tergantung kepada kualitas pemain yang ia miliki.
âAdalah hal yang mudah bagi seorang manajer untuk berkata: âsaya butuh waktu.â Kadang yang seperti itu lebih seperti alasan. Sepakbola sama saja di Belanda dan di Jerman. Para pemain, kebanyakan pemain di Jerman dan Inggris lebih baik daripada di Belanda,â lanjut Koeman.
Pendekatan taktik Koeman yang sangat bergantung kepada kualitas pemain membuat media merasa ingin tahu mengenai pandangan yang ia miliki terhadap United. Dengan kualitas pemain yang mereka miliki, Koeman merasa bahwa United seharusnya berada lebih dekat kepada Chelsea dan Manchester City. Walaupun berada di posisi ketiga, United terpaut sepuluh poin dari City di peringkat kedua dan dua belas angka dari Chelsea di posisi pertama.
âWajar jika mereka memperjuangkan gelar juara. Sudah seharusnya. Bagaimana bisa Anda menghabiskan uang sebanyak itu, bagaimana bisa Anda mendatangkan pemain sekelas itu dan tidak memperebutkan gelar juara? Semuanya tegantung kepada Manchester United. Mereka memiliki pelatih yang sangat sukses, mereka memiliki pemain-pemain hebat, mereka memiliki dana, mereka memiliki dukungan publik yang sangat besar, stadion yang megah. Wajar jika mereka meraih gelar juara,â tutup Koeman mengenai United.
Saat pertama kali berhadapan dengan Van Gaal sebagai manajer Southampton, Koeman menderita kekalahan. Kali ini, ia mengincar sebuah kemenangan balasan. Kemenangan di kandang lawan. âTentu saja mengalahkannya akan istimewa,â ujar Koeman.
Komentar