Cerita-cerita Mengejutkan dari Otobiografi Roy Keane

Buku

by redaksi 46509

Cerita-cerita Mengejutkan dari Otobiografi Roy Keane


Komentar atas United pasca-Ferguson

“Aku bertanya-tanya mengenai ruang ganti United saat ini. Ketika seorang manajer seperti Sir Alex Ferguson digantikan oleh seseorang yang baru, orang tersebut memerlukan bantuan. Apakah itu berarti bahwa semua pemain harus menyukai orang baru ini? Tidak,” ujar Keane.

Keane merasa bahwa kebobrokan United di era Moyes (serta buruknya performa awal musim United bersama Louis van Gaal) bukanlah semata-mata kesalahan para manajer yang tidak kompeten mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Ferguson. Menurunnya performa United adalah sesuatu yang terjadi karena para pemain sendiri.

“Namun aku melihat para pemain yang ada saat ini dan merasa bahwa mereka seharusnya mampu melakukan sesuatu yang lebih baik. Rasa tidak suka kepada manajer tidak pernah dapat menjadi alasan untuk bermain dan melakukan hal terbaik.

“Melihat apa yang terjadi kepada David Moyes, aku hanya dapat menyimpulkan bahwa ia tidak memiliki ruang ganti yang kuat. Ia memiliki ruang ganti yang lemah.”

Cerita mengenai kamar ganti United di era Moyes ini juga sudah sempat diungkapkan oleh Rio Ferdinand. Dalam buku otobiografinya yang baru terbit, judulnya #2sides, Rio  juga menjelaskan secara blak-blakan bagaimana Moyes kehilangan kendali di kamar ganti. Pendekatan Moyes, caranya memberi perhatian berlebihan pada taktik lawan, dikritik secara keras oleh Rio.

"Moyes mencoba memperlihatkan sebuah visi tapi visi itu tak pernah terlihat secara jelas bagaimana dan seperti apa visinya. Cukup sering dia menggemakan suatu hal yang negatif," kata Rio.

Ucapan Rio dalam otobiografi ini membuat analisis Roy Keane menemukan pembenaran faktualnya.


Ketika Roy Keane Bertengkar dengan Ferguson dan Queiroz

Keputusan Keane untuk terbang ke Glasgow dan bergabung dengan Celtic FC ternyata berhubungan erat dengan apa yang terjadi di Algarve pada tahun 2005. Kala itu, United tengah menjalani latihan pramusim.

Pertengkaran bermula saat Carlos Queiroz, asisten manajer United saat itu, menghampiri Keane dan berkata: “Kamu tidak menunjukkan sedikitpun kesetiaan terhadap rekan satu tim.”

Apa yang dimaksud oleh Queiroz adalah keputusan Keane untuk melayangkan kritik terhadap rekan-rekan satu timnya saat diwawancarai oleh MUTV. Keane memang melontarkan pernyataan-pernyataan keras pada rekan-rekannya, menyusul kekalahan telak 1-4 dari Midlesbrough. Baginya, kekalahan itu tak bisa dan tak boleh dimaafkan begitu saja.

Keane lantas membalas perkataan Queiroz: “Jangan pernah berbicara mengenai kesetiaan kepadaku, Carlos. Kamu meninggalkan klub ini setelah 12 bulan saja untuk pekerjaan di Real Madrid. Jangan pernah berani mempertanyakan kesetiaanku. Aku memiliki kesempatan untuk pindah ke Juventus dan Bayern Munich.”

Ferguson yang merasa muak dengan apa yang terjadi antara kapten dan asistennya datang menengahi, namun Keane juga menyemprot sang manajer.

“Kamu juga, gaffer! Kami membutuhkan lebih banyak hal darimu. Kami membutuhkan lebih banyak hal, gaffer. Kita tertinggal dari tim-tim lain.”

Setelah kondisi sedikit lebih tenang, Keane berbincang dengan Ferguson mengenai masa depannya di United. Apa yang dikatakan oleh Ferguson membuat keputusannya untuk pindah semakin bulat.

“Aku berkata kepada Ferguson, ‘dapatkah aku bermain untuk orang lain?’ Dan ia berkata, ‘ya, kamu bisa, karena kami memutus kontrakmu’. Jadi aku pikir, ‘baiklah, aku akan menyelesaikan semuanya.’ Aku tahu bahwa akan ada klub yang datang kepadaku ketika berita ini menyebar. Aku katakan ‘ya, aku rasa hubungan kita telah berakhir.’ Aku berpikir ‘sialan’ – kemudian aku berdiri dan mengatakan ‘baiklah. Aku pergi.’”

Halaman Berikutnya: Ketika Keane Melukai Peter Schmeichel

Komentar