Banyak yang menghubungkan antara Real Madrid dan Jenderal Franco. Real Madrid dianggap sebagai media propaganda politik Franco yang saat itu menjadi penguasa Spanyol. Franco bukanlah penggemar sepakbola, apalagi fans Real Madrid. Ia hanyalah seorang jenderal yang haus akan kekuasaan.
Franco sejatinya lebih menggemari Athletic Bilbao, ketimbang Real Madrid. Pada dekade 50-an, ia butuh alat pencitraan bagi negaranya yang didera hutang dan perang sipil. Ia pun memutuskan. Alat itu bernama Real Madrid. Ini karena tim yang berjaya saat itu, baik Bilbao maupun Barcelona, berasal dari kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dari Spanyol. Bersama Franco, Real Madrid meraih gelar Piala Champions lima kali secara berturut-turut.
Franco pun dianggap turut campur dalam perpindahan Di Stefano ke Real Madrid. Ia dianggap berjasa besar dalam memberikan tekanan bagi Barcelona untuk tidak ribut mencampuri urusan transfer tersebut.
Perpindahan Di Stefano ke Real Madrid menimbulkan sejumlah kontroversi. Awalnya, bakat Di Stefano telah tercium kala ia membela klub Kolombia, Millonarios. Di sebuah pertandingan persahabatan, Real Madrid ditekuk Millionarios 2-4. Saat itulah dimulai ketertarikan Madrid untuk merekrut pemain kelahiran 1926 ini.
Tapi, Madrid bukanlah satu-satunya klub yang menginginkan Di Stefano. Barcelona juga telah mengutus Ramon Trias Fargas, seorang Catalan, yang juga bekerja sebagai pengacara dan ahli hukum komersial. Ia juga merupakan anak dari pemilik sahan Millonarios, tempat Di Stefano kala itu bermain.
Blaugrana mengumumkan perekrutan Di Stefano pada 16 Agustus 1953. Ini merupakan hasil lobi serius yang langsung dilakukan Presiden Barcelona, Enric Marti. Namun, rupanya kontrak Di Stefano tidak sepenuhnya milik Millonarios. River Plate, klub lama Di Stefano, memiliki hak untuk memiliki pemain tersebut sejak ia pindah ke Millonarios. Artinya, klub Kolombia tersebut tak bisa menjual dan mendapatkan keuntungan sendirian dari penjualan sang bintang.
Kisruh kembali muncul karena Federasi Sepakbola Spanyol, RFEF, tidak mengetahui perihal transfer ini. Melihat situasi ini, Millonaris pun mendesak FIFA untuk turut campur. FIFA sendiri lebih memilih untuk membiarkan RFEF yang menyelesaikan masalah ini.
RFEF pun turun tangan, tapi bukan solusi yang didapatkan, kerumitan lain kembali tersaji. RFEF mengizinkan Di Stefano main di Spanyol asalkan bermain selama dua tahun untuk Barcelona dan dua tahun kemudian untuk Real Madrid.
Dukungan rezim Franco pun dimanfaatkan. Ia merampungkan transfer Di Stefano dan harus bermain untuk Madrid. Anehnya, Barcelona tidak ngotot padahal mereka telah keluar uang untuk transfer ini. Ada yang bilang, mereka mendapat tekanan dari Franco dan diancam akan memberlakukan larangan pemain asing.
Kisah perpindahan Di Stefano ini akan tercatat sebagai transfer dengan proses yang rumit. Selain itu, transfer ini juga merupakan simbol otoriter Franco yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.
[fva]
Komentar