Menonton sepakbola tidak hanya bicara soal sebelas lawan sebelas. Ia adalah representasi dari kenikmatan kolektif panca indera. Saat hadir ke stadion, dengan mata tertutup pun penonton bisa merasakan suasana yang tidak pernah bisa diwakili oleh speaker pesawat televisi.
Keindahan dalam sepakbola dilengkapi dengan kostum yang digunakan pemain. Detail kostum tidak sebatas pada pemilihan warna maupun corak, tapi juga pemilihan huruf di punggung pemain. Jersey yang menarik perhatian biasanya bukan jersey yang bagus secara desain, melainkan jersey yang buruk, baik secara warna maupun corak.
Kini, jika klub yang Anda dukung memiliki jersey yang secara desain, warna, dan corak yang ideal, pujilah sang desainer. Karena di tangannyalah jersey klub Anda akan terlihat cocok atau malah norak.
Desainer dan typographer kondang asal Inggris, Paul Barnes, mengungkapkan betapa pentingnya penggunaan jenis huruf pada jersey pemain. Ia menganggap, tipografi yang buruk sebenarnya bermakna subjektif. Ia lebih memilih menyaksikan klub dengan tipografi yang buruk ketimbang menyaksikan pertandingan yang membosankan.
Tipografi dalam sepakbola sebenarnya tidak lepas dari tradisi masa lalu. Saat huruf mulai digunakan di atas atau di bawah nomor kostum, ada satu hal penting yang sangat diperhatikan: mudah terbaca. Dalam pandangan seorang typographer, istilah mudah dibaca ini kurang lebih berarti menggunakan huruf sans serif, singkat, sehingga cukup besar untuk dibaca dan dipasang pada kostum.
FIFA dan UEFA membuat peraturan ketat mengenai penempatan huruf dalam jersey. Mereka harus berada dalam ukuran lebar dan tinggi tertentu. Mode dari huruf ataupun jersey itu sendiri bagaikan sebuah siklus. Terkadang sangat kontemporer, namun tidak sedikit yang sangat klasik. Ini berpengaruh dari mana tim itu berasal. Sulit menyaksikan tim asal Inggris menggunakan kostum ketat ala timnas Kamerun, misalnya. Hal ini tentu saja akan berdampak pada penggunaan huruf dalam kostum tersebut.
Barnes mencontohkan, huruf di kostum Brasil terlihat terlalu tipis dengan spasi yang terlalu rapat. Ketika melihat di situs, mungkin kostum tersebut telihat baik, tapi saat digunakan menjadi berbeda. Saat ini perancang busana dituntut lebih kreatif karena tim sepakbola begitu sering mengeluarkan kostum baru. Ia mesti bisa menemukan dan menambal kecacatan yang ada.
Kostum sepakbola tidak bisa menjadi media untuk berekspresi dalam bentuk tipografi. Ini dikarenakan adanya peraturan ketat dari FIFA maupun konfederasi masing-masing, khususnya UEFA. Hal ini memiliki dampak yang baik bagi klub itu sendiri. Ada peraturan saja, terkadang masih ada klub dengan kostum yang nyeleneh.
Kostum memang tidak bisa dilepaskan dari sepakbola. Ia menjadi satu simbol bagi penggemar untuk memperlihatkan kepada siapa dukungannya akan bermuara. Kostum menjadi salah satu pemasukan klub dari penjualan merchandise.
Ia menyaru menjadi representasi klub tersebut. Klub akan terlihat aneh, dengan kostum yang aneh. Klub akan terlihat memiliki kharisma jika kostum yang dikenakannya pas dan ideal. Salah satu nilai estetika dalam sepakbola bisa terlihat dari kostum yang digunakan. Bagaimana klub mampu mengelola segala hal detail dari kostum, mulai dari corak, warna, hingga tipografi.
Menurut Anda, klub mana yang memiliki tipografi atau desain terbaik dan terburuk?
Sumber gambar: mirror.co.uk, 8by8mag.com, pitchinvasion.com, onlinesoccerjersey.net
Komentar