Perang di Stadion
Siapa yang menduga kalau percikan api kemarahan tersebut akhirnya membesar karena sepakbola.Sebuah gelaran olahraga yang seharusnya menjadi tanda sportivitas dan gentleman bagi siapapun yang terlibat di dalamnya, dinodai oleh aksi-aksi tidak terpuji di luar lapangan.
Takdir telah tertuliskan. Kualifikasi Piala Dunia mempertemukan dua negara yang tengah bersitegang.
Honduras dan El Salvador tergabung di Konfederasi Sepakbola Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibia (Concacaf). Concacaf hanya memiliki jatah satu tempat di Piala Dunia 1970, mendampingi Meksiko yang menjadi tuan rumah. Wakil dari Concacaf mesti melewati tiga babak kualifikasi agar bisa lolos ke Meksiko.
Di babak pertama, Honduras dan El Salvador menempati grup yang berbeda. Honduras di grup 3 bersama Kostarika dan Jamaika. Sedangkan El Salvador menempati grup 4 bersama Suriname dan Antillen Belanda, yang kini menjadi negara Aruba, Curacao dan Sint Maarten.
Kedua negara ini tidak menemui rintangan berarti di babak pertama. Sesuai prediksi, keduanya menjadi juara grup.
Pertemuan yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba pada Juni 1969, tepatnya tanggal delapan. Pertarungan antar kedua negara yang memiliki pola bendera yang mirip ini, pecah di ibukota Honduras, Tegucigalpa.Di kandang sendiri, Honduras berhasil memenangi pertandingan tersebut dengan skor 1-0.
Pertandingan kedua digelar di San Salvador, ibukota El Salvador, sepekan kemudian. Tidak ingin malu di depan publik sendiri, El Salvador membuktikan keperkasaannya dengan menghancurkan Honduras tiga gol tanpa balas.
Di masa itu, selisih gol belum dihitung sebagai kriteria tim yang lolos ke babak selanjutnya. Jika kedua tim memiliki poin yang sama, maka akan digelar babak play off yang berlangsung di tempat netral.
Sebagai penyelenggara Piala Dunia dan lokasi yang berdekatan dengan kedua negara tersebut, Kota Meksiko Raya dipilih untuk menjadi tempat penyelenggaraan babak play off.
Pertandingan seru pun tercipta. El Salvador mencetak gol terlebih dahulu lewat Juan Ramon Martinez pada menit ke-8.Mendapatkan umpan dari sisi depan kotak penalti, Martinez yang tidak terjaga melesakkan bola menyusur tanah yang tidak bisa dihalau kiper Honduras.
Tak mau mengalah, keunggulan El Salvador tersebut langsung dibalas Honduras 11 menit kemudian. Mendapatkan umpan dari sayap kanan, Jose Enrique memutar badannya dan melakukan tendangan salto. Skor pun sama kuat 1-1.
Pada menit ke-28, Juan Ramon Martinez kembali membawa El Salvador unggul. Mendapatkan umpan terobosan dari tengah lapangan, Martinez mengelabui dua bek Honduras sebelum akhirnya melepaskan sepakan mendatar yang mengubah papan skor menjadi 2-1 bagi keunggulan El Salvador.
Di babak ke dua, Rigoberto Gomez menyamakan kedudukan. Kesalahan antisipasi kiper El Salvador berhasil dimanfaatkannya dan membawa Honduras bisa bernafas lebih panjang. Hingga 90 menit, skor sama kuat 2-2.
Petaka pun muncul bagi Honduras. Memasuki menit ke-11 babak perpanjangan waktu, Mauricio "Pipo" Rodriguez berhasil memanfaatkan kelengahan bek Honduras yang tidak mampu menyapu bola hasil umpan terobosan.Sembari menjatuhkan diri, ia mendahului gerakan kiper Honduras yang berniat memotong bola. Hanya dengan sedikit sentuhan, ia mampu membelokkan bola dan membuat El Salvador unggul 3-2.
Gol ini disambut sukacita pendukung El Salvador di dalam stadion. Rodriguez tidak melakukan perayaan. Ia terlentang puas di dalam kotak penalti Honduras. Sepuluhan fotografer yang sedari tadi berdiri di belakang gawang, secara refleks mendekati Rodriguez untuk mendapatkan momen krusial tersebut. Kemenangan 3-2 menjadi bekal bagi El Salvador tampil di Piala Dunia 1970, Meksiko.
Diwarnai Ketegangan
Media menjadi aktor penting terciptanya permusuhan yang lebih besar di antara kedua negara. Media El Salvador secara intens mengangkat bagaimana warga asli Honduras melakukan kekerasan kepada Salvadorian saat mereka dipaksa meninggalkan Honduras.
Beragam cerita dan foto mengenai kondisi pengungsi El Salvador di Honduras, menjadi bahasan utama di sana. Kekerasan yang turut dilakukan militer Honduras telah menyebar ke seluruh negeri. Ketegangan antar kedua negara pun terus berlanjut, terutama di perbatasan.
Ketika El Salvador melawat ke Tugacipala untuk mengikuti pertandingan pertama menghadapi Honduras, hotel mereka dikerubungi oleh fans Honduras. Skuat El Salvador tidak bisa tidur nyenyak karena intimidasi fans Honduras di depan hotel.
Selepas pertandingan usai, mereka berbicara pada media bahwa mereka telah dicurangi. Ini membuat amarah warga El Salvador memuncak.Ketika Honduras melawat ke El Salvador, pihak keamanan berlaku profesional. Mereka menyembunyikan skuat Honduras di sebuah tempat di luar kota San Salvador. Ini dilakukan untuk mencegah adanya serangan dari warga El Salvador.
Jelang pertandingan, kerusuhan pun terjadi di pusat kota San Salvador. Setidaknya, tiga orang warga El Salvador tewas dalam kerusuhan tersebut. Di dalam stadion,polisi menggeledah bawang bawaan penonton. Mereka menyita minuman keras dan senjata tajam.
Ketika pertandingan berlangsung, fans El Salvador mencaci maki para pemain Honduras. Ini membuat mental mereka terganggu. Kemenanganpun berhasil diraih El Salvador 3-0.
San Salvador dan Tegucigalpa terpisah dalam jarak 325 kilometer. Jarak sejauh ini bisa ditempuh dalam waktu lima jam lewat perjalanan darat. Selama itu pula, pemain Honduras menderita. Di perjalanan pulang dari San Salvador, mobil yang mereka tumpangi dilempari batu hingga kaca depan pecah.
Banyaknya cerita buruk yang menimpa Honduras, lebih dikarenakan pers El Salvador yang lebih aktif ketimbang pers Honduras. Ini juga yang membuat minimnya cerita saat El Salvador pulang dari Tegucigapla. Pers El Salvador lebih banyak memuat pengakuan dari para pemain ketimbang reportase langsung ke sana.
Besarnya berita terkait perlakuan Salvadoran terhadap skuat Honduras akhirnya memantik api kebencian. Di Tegucigalpa dan San Pedro Sula, toko-toko milik Salvadoran diserang. Imigran El Salvador pun tidak luput dari penyerangan ini.
Serangan ini pun sudah menyebar ke daerah pinggiran Honduras. Akibatnya, mereka tidak betah. Salvadoran tidak memiliki tempat lagi untuk berteduh.
Sejumlah kelompok preman yang terorganisir mengusir mereka secara paksa. Setelah Salvadoran keluar, preman ini pun membakar rumah mereka. Cerita tentang pemerkosaan dan pembunuhan beredar di mana-mana.
Selain karena adanya UU Reformasi Agraria, perlakuan warga Honduras membuat sedikit demi sedikit Salvadorianmemutuskan untuk pulang kampung. Mereka tidak tahan dengan caci maki dan intimidasi.
Halaman berikutnya: Dimulainya peperangan pasca pertandingan
Komentar