Paul Gascoigne: ancaman mati dari seruling imajiner
âSaya hanya memikirkan apa yang normalnya dipikirkan oleh Gazza: mari lakukan sesuatu yang gila,â ujar Paul Gascoigne ketika dimintai keterangan mengenai alasan di balik keputusannya untuk memasang ekstensi rambut ketika berkarir di Italia bersama SS Lazio. Tidak lama setelah memasang rambut tambahan di kepalanya, pria yang akrab disapa Gazza tersebut memutuskan untuk melepasnya.
Pernah juga pada suatu kesempatan, ia menambahkan kotoran kucing di kue yang sengaja ia taruh di lemari pendingin untuk dimakan oleh teman-temannya; ia berhasil. Ia merasa sukses.
Dua cerita tersebut rasanya cukup untuk menjelaskan betapa gilanya Gazza. Namun di antara semua hal gila yang pernah ia lakukan, tak ada yang lebih gila dibanding apa yang ia perbuat di Parkhead, Glasgow. Di kandang Celtic FC, Celtic Park, Gazza yang kala itu bermain membela Rangers FC menyulut amarah para pendukung tuan rumah. Setelah berhasil mencetak gol untuk tim yang ia bela, untuk rival abadi Celtic, ia melakukan selebrasi meniup seruling.
Sebelum kejadian di Paradise â sebutan lain untuk Celtic Park, Gazza pernah satu kali melakukan selebrasi meniup seruling. Ia mendapatkan banyak ancaman setelahnya dan berjanji tak akan pernah lagi melakukan hal tersebut. Nyatanya, ia toh kembali menampilkan selebrasi serupa. Tak cukup gila, ia melakukannya di tempat paling berbahaya di dunia untuk orang-orang yang melakukan gerak isyarat memainkan seruling.
Seruling adalah simbol dari Loyal Orange Institution (juga disebut sebagai Orange Order), sebuah organisasi Protestan yang dibentuk pada masa konflik sektarian antara kaum Protestan dan kaum Katolik di Skotlandia. Sudah bukan rahasia lagi jika permusuhan antara Celtic dan Rangers bermula dari perbedaan haluan kedua klub: Celtic adalah klub orang-orang Katolik sedangkan Rangers menjadi rumah dari kaum Protestan. Celtic memiliki kedekatan dengan Republik Irlandia dan mendewakan Paus sedangkan Rangers merasa menjadi bagian dari Inggris dan memuja Sang Ratu. Karenanya, memainkan seruling imajiner di hadapan para pendukung Celtic bukanlah pilihan yang bijak.
Juga, ada detil kecil yang perlu diperhatikan dari selebrasi meniup seruling yang dilakukan oleh Gazza: ia tidak diam. Ia meniup serulingnya sembari bergerak. Apa yang ia lakukan adalah apa yang biasa terlihat menjelang tanggal 12 Juli; Orange walk. Dalam parade Orange walk, orang-orang berkeliling ramai-ramai sembari memainkan beberapa jenis alat musik, termasuk seruling.
Orange walk (juga disebut Orange march atau Orange parade) adalah perayaan tahunan yang dilakukan untuk menandai kemenangan Prince William of Orange (William III of England) atas King James II (James II of England) dalam Battle of the Boyne. Gazza meniup seruling imajinernya sembari berpindah tempat, seolah mengatakan 'lihatlah, aku mengalahkanmu di rumahmu sendiri!'
Atas aksi yang ia lakukan, Gazza dijatuhi denda sebesar 20 ribu pound sterling oleh klubnya sendiri. Jumlah yang besar, namun tentu saja tidak lebih menakutkan dari apa yang ia terima dari IRA (Irish Republican Army, sebuah organisasi militer).
âMereka meminta saya untuk menyanyikan Sash (lagu anti-Katolik) namun saya tidak mengerti apa artinya itu. Kali pertama saya melakukan selebrasi meniup seruling saya mendapatkan banyak ancaman, jadi saya pikir saya tidak akan melakukan hal itu lagi,â ungkap Gazza kepada FourFourTwo.
âNamun kemudian dalam pertandingan melawan Celtic, para pendukung Celtic memberi saya banyak tekanan selama 80 menit sehingga saya memutuskan untuk melakukan hal itu lagi, dan setelahnya saya mendapatkan ancaman mati!
âLuar biasa bagaimana satu orang pria dapat membuat kesal 60 ribu penggemar, namun setelah itu saya selalu diperlakukan dengan baik oleh para penggemar Celtic. Saya bukan pria yang berbahaya. Saya tidak memiliki dendam apapun terhadap Celtic dan saya menyesal telah melakukan hal itu karena arti Sash.â
Komentar