Apa hubungannya permainan sepakbola dengan kemampuan membengkokan besi dan berjalan di atas pecahan kaca?  Secara kajian ilmiah tentu saja tentu tidak nyambung. Namun dua sisi itu saling berkaitan seperti yang terjadi di Serie B Brasil dimana salah satu klub bernama Portuguesa sedang frustasi karena terjerembab di jurang degradasi.
Latihan yang dilakukan ternyata tak cukup untuk mengangkat performa tim. Portuguesa baru memperoleh 21 poin dari total 27 pertandingan yang dijalaninya. Membuat tim terancam degradasi karena berada di posisi kedua terbawah klasemen.
Karena rasa frustasi inilah pihak klub kemudian memakai jasa ahli hipnotis. Â Tak cuma sebagai motivator namun juga agar para pemain punya kemampuan layaknya debus di Indonesia. Berjalan di atas pecahan kaca hingga membengkokan batang besi menggunakan leher.
Cara yang aneh tetapi bukannya tanpa alasan karena Olimar Tesser sang ahli hipnotis pernah berhasil menggunakan metode ini tahun lalu di klub Atibaia.
Seperti yang dikutip dari Guardian, Tesser menganggap jika para pemain mampu melakukan cara ekstrem di atas maka mereka juga bisa melakukan apa saja di lapangan. "Saya bekerja dengan manusia, laki-laki, dan ini tercermin di lapangan. Jika seorang pemain berpikir dia bisa menekuk besi dan berjalan di kaca, dia bisa melakukan apa saja dalam permainanâ ujarnya.
"Otak manusia tak bisa memilahya. Dua menit berlatih di bawah hipnotis punya efek yang sama dengan berlatih 20 menit tanpa hipnotis," tambah Tesser.
Masih menurut Guardian, ternyata cara ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Pathe News pernah melaporkan bahwa Gloucester City memakai jasa ahli hipnotis bernama Henry Blythe pada 1959. Ketika itu mereka sedang bertemu dengan Merthr Tydfil, sang ahli kemudian memberi doktrin di kamar ganti dan hasilnya performa tim meningkat.
Lalu apakah pihak PSSI tertarik mencoba metode ini? Apalagi untuk urusan debus negeri ini sudah tersohor sejak dahulu. Ahli hipnotis di tivi kita sepertinya juga sedang tidak sibuk karena sudah dilarang tayang oleh KPI.
Tapi satu hal yang perlu diingat, ini sepakbola bukan pencak silat. Jadi lebih baik jangan ditiru ya, namun andaikan hal ini dilakukan di negara ini tentu akan jadi bahaya. Tanpa hipnotis saja pemain-pemain kita sering baku hantam, apalagi jika mereka kebal. Wah bisa-bisa adu pedang terjadi di dalam lapangan. Hehehe
Komentar