Berlaga di Piala Dunia adalah kebanggaan. Mereka adalah kesebelasan negara terpilih yang telah melewati babak kualifikasi sebelumnya. Bagi Zimbabwe, babak kualifikasi tidaklah penting, toh mereka sudah didiskualifikasi FIFA dari Piala Dunia 2018.
Masalah Zimbabwe sebenarnya âsepeleâ bagi kita. Mereka âhanyaâ tidak membayar gaji bekas pelatih asal Brasil, Jose Claudinei Georgini atau dikenal sebagai Valinhos. Ini sebenarnya merupakan masalah lama. FIFA sudah memberi sanksi pada Zimbabwe sejak April 2013, dan keputusan melarang Zimbabwe ke Piala Dunia adalah karena mereka tidak menaati batas pembayaran gaji.
News Zimbabwe mengabarkan kalau Federasi Sepakbola Zimbabwe, ZIFA, sudah mengalami masalah keuangan sejak lama. Mereka berutang 4 juta dollar kepada kreditor. Kasus Valinhos sebenarnya terjadi saat ia dipecat pada 2008. Valinhos tak terima dan membawa masalah tersebut ke FIFA.
âKami sedang berada dalam rawa finansial, kami tengah berada dalam masalah. Ini adalah sebuah dunia kecil atas apa yang terjadi dalam ekonomi secara keseluruhan,â kata juru bicara ZIFA, Xolisani Gwasela kepada BBC.
Sepp Blatter dan Dube. (Sumber: nehendaradio.com)
Kesulitan finansial membuat ZIFA benar-benar kelimpungan. Mereka bahkan melelang sejumlah perlengkapan hasil dari donasi FIFA di Harare. Kantor ZIFA juga sering menerima âtamuâ dari kantor pengadilan untuk melampirkan aset guna membayar ke kreditor. Bahkan, âsaking seringnyaâ sejak tiga tahun lalu Sekretaris Jenderal ZIFA, Jonathan Mashingaidze, berkantor tanpa barang-barang di dalamnya.
Nyatanya, bukan cuma kreditor yang menuntut ke pengadilan. Bekas karyawan, serta hotel tempat kesebelasan menginap juga mengajukan tuntutan, karena tidak pernah dibayar. Presiden ZIFA, Cuthbert Dube dikabarkan menyerahkan sejumlah barang pribadinya sebagai jaminan untuk utang ZIFA.
Zimbabwe
Training Centre di Harare (Sumber: bbc.co.uk)
Zimbabwe kerap dikaitkan dengan lelucon di masyarakat; yang memperlihatkan kalau Zimbabwe lekat dengan keterbelakangan dan kemunduran. Padahal, Zimbabwe tidak seburuk itu sebenarnya. Secara peringkat FIFA, Zimbabwe berada di peringkat ke-124 atau 32 strip di atas Indonesia.
Konfederasi Sepakbola Afrika, CAF, pernah menunjuk Zimbabwe untuk menggelar Piala Afrika 2000. Turnamen antar negara terbesar di Afrika tersebut tentu tak lepas dari inspeksi ketat dari CAF. Setelah beberapa kali kunjungan ,CAF lekas mencabut hak tuan rumah Zimbabwe. Pasalnya mereka tak menemukan adanya kemajuan dalam pembangunan stadion.
Piala Afrika Menjaga Bakat Afrika Tak Binasa
âUniknyaâ Zimbabwe melakukan sesuatu untuk mengelabui perwakilan CAF. Mereka memindahkan bulldozer yang sama dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kalau mereka sedang âbekerjaâ.
Zimbabwe juga tidak lepas dari masalah pengaturan skor. Pada 2012 sebanyak 13 pemain dan ofisial dihukum tidak boleh terlibat dari sepakbola seumur hidup karena masalah tersebut. Lalu, 69 lainnya juga mendapat hukuman dengan rentang waktu yang lebih pendek. Masalahnya adalah mereka ikut mengatur pertandingan saat Zimbabwe melakukan pertandingan persahabatan di Asia atas instruksi dari sindikat judi di Singapura.
Bagus untuk Masa Depan
"ZIFA HOUSE" :) (Sumber: standard.co.zw)
Di Zimbabwe sendiri, ada pula yang menyambut sanksi FIFA tersebut; meskipun memang tidak sedikit yang sedih dan marah karena masalah yang dimiliki ZIFA. Soccer24 berargumen kalau sanksi ini menabrakkan Zimbabwe ke batu karang yang begitu keras. Sanksi ini seharusnya cukup untuk menyadarkan pengampu kebijakan untuk membawa sepakbola Zimbabwe jauh lebih baik lagi.
Kini, ZIFA tidak bisa lagi berlindung di balik FIFA, karena FIFA sendiri sudah memberi sanksi untuk mereka. Permasalahan yang terjadi di Zimbabwe adalah ketika orang-orang mengkritik atau mengambil tindakan terkait sepakbola di Zimbabwe, ZIFA selalu berkelit kalau FIFA akan memberi sanksi jika orang luar terlibat. Ancaman seperti itu kini tak berlaku lagi.
Kini, pemerintah bisa mengambil alih dengan memperbaiki ZIFA yang memang sudah tidak punya apa-apa. Pemerintah Zimbabwe, lewat Kementrian Olahraga dan Budaya, menyatakan kepedulian mereka terhadap sepakbola Zimbabwe. Pemerintah sejak awal ingin mencopot Dube dan sejumlah anggota ZIFA meskipun ZIFA selalu datang dengan ancaman âdisanksi FIFAâ.
Baca juga: Sulitnya Menonton Sepakbola diÂ
Karena Piala Dunia adalah Mimpi
Berikan kami pekerjaan! (Sumber: GUardian.com)
Bagi negara yang terbelakang di sepakbola, Piala Dunia adalah mimpi. Baik pemerintah maupun federasi sepakbola masing-masing negara, menjadikan Piala Dunia sebagai tujuan luhur bagi pengembangan sepakbola mereka. Bagaimana pun, tidak ada yang namanya cerita Cinderella. Semuanya mesti melalui proses panjang yang tidak jarang melelahkan.
Keberhasilan Korea Utara (Korut) ke Piala Dunia 2010 bukanlah kebetulan belaka. Pada masa tersebut, pemerintah Korut yang terlihat tertutup, nyatanya menyiapkan kesebelasan yang tangguh untuk adu sikut khususnya di Asia. Korut pun tumbuh sebagai negara keempat di Asia Timur setelah Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang.
Dengan carut marut persepakbolaan Zimbabwe yang seperti itu, Piala Dunia hanyalah mimpi yang tidak akan tercapai. Anehnya, pelarangan Zimbabwe ke Piala Dunia, ditanggapi negatif oleh sebagian orang. Pertanyaan mudahnya adalah, kalaupun tidak disanksi FIFA, mungkinkah Zimbabwe masuk ke Piala Dunia?
Saat mimpi-mimpi itu dicabut, FIFA sebenarnya berusaha membangunkan Zimbabwe dan berkata, âBangunlah, capai mimpi-mimpi itu, kamu sudah terlalu lama tertidur.â Sayangnya, masih banyak orang yang tersinggung, saat dibangunkan dari mimpi-mimpi indah, dan dipaksa untuk bekerja.
Jangan aneh misalnya, kalau perkembangan sepakbola sejumlah negara seperti diam di tempat, atau bahkan mundur. Wajar saja, karena mereka hanyalah pengangguran yang lebih senang bermimpi indah ketimbang mencari pekerjaan.
*Pada beberapa kasus, barangkali kata âZimbabweâ mengingatkan kita pada kata âIndonesiaâ. Jangan tersinggung!
Gambar sampul adalah foto Kota Harare, Zimbabwe. Diambil dari Marquetteturner.com
Komentar