Pada musim panas 2010, ada dua klub yang dirumorkan tertarik mendatangkan Milos Krasic, yaitu Manchester City dan Juventus. CSKA Moscow, pemilik Krasic, melihat peluang dan langsung mematok harga 15 juta euro.
Manchester City bahkan berani membayar lebih tinggi dari nominal yang telah dipatok CSKA plus tawaran gaji yang tinggi.
Sementara Juventus tampak ragu-ragu untuk memboyong Krasic. Saat itu FIGC telah mengubah peraturan jika masing-masing klub hanya mendapat jatah transfer satu pemain non- Uni Eropa di Serie A. Marotta saat itu tampak lebih condong mendatangkan Edin Dzeko dari Wolfsburg.
Transfer saga terus berlanjut hingga akhirnya Marotta menyerah dalam memburu Dzeko yang dibandrol terlalu tinggi (40 juta euro) oleh Wolfsburg. Kita tahu, Dzeko kemudian berlabuh di Juventus.
Akhirnya satu minggu sebelum bursa transfer ditutup, Krasic resmi didatangkan dengan nilai transfer sebesar 15 juta euro, jauh dibandingkan harga Dzeko.
"Aku orang paling bahagia di dunia dan saya selalu percaya Juve. Bahkan ketika hal itu tampaknya sulit, saya yakin bahwa semuanya dapat diselesaikan. Saya terbukti benar," ujar Krasic ketika resmi didapatkan Juventus.
Tidak hanya pernyataannya di media sajalah yang membuat para pendukung Juventus terkesima dengannya. Justru aksi nyatanya dengan tidak mau melewatkan latihan perdananya bersama para pemain Juventus yang lain membuat seluruh pengurus Juventus berdecak kagum.
Juventus sudah menyiapkan penerbangan bagi Krasic, tapi dikarenakan kedutaan Italia di Belgrade hari itu sedang tutup dan ada beberapa surat yang belum dimiliki Krasic, ia akhirnya harus memutar otak agar tiba di kota Turin tepat waktu. Ketika memilih berangkat dengan jadwal penerbangan esok harinya, ia tidak menemukan jadwal penerbangan yang sesuai, karena jadwal yang tersedia memperkirakan Krasic baru akan tiba di Villar Perrossa pada pukul 18.00 saat sesi latihan perdana sudah berakhir.
Pria kelahiran 1 November 1984 (tanggal kelahiran Krasic sama seperti tanggal berdirinya Juventus) itu akhirnya memutuskan untuk menyewa jet pribadi dari Belgrade menuju Turin dengan merogoh kocek pribadi sebesar 10.000 euro. Hal itu ia lakukan agar dapat bergabung bersama pemain lainnya di sesi latihan perdana Juventus musim 2010/2011.
Beppe Marotta saat mengetahui hal itu pun langsung berkomentar: âSaya benar-benar tidak percaya Milos melakukan hal ini (sewa jet pribadi),â ujar Marotta seperti dikutip Tuttosport.
Diawali perjalanan yang cepat dengan pesawat sewaan itulah Krasic meniti karirnya di Italia. Sebuah perjalanan yang tampak menjanjikan sesuatu yang wah, serius dan cerah -- sebagaimana tampak dari caranya mengejar sesi latihan perdana.
Krasic pun langsung mendapat pujian dari pendukung Juventu. dan dianggap sebagai âNew Nedved.â
Label sebagai Nedved baru mungkin sedikit lebih berbahaya ketimbang menguntungkan bagi dirinya. Jika ditinjau kembali, mereka memang benar-benar mirip dalam beberapa aspek: mereka berdua bermain sebagai winger, mereka berdua berasal dari Eropa Timur, dan mereka berdua berambut pirang.
Baca juga cerita tentang penyesalan terbesar seorang Pavel Nedved dan cerita Andrea Pirlo yang tak ingin di samping Buffon
Meskipun demikian, beberapa pendukung benar-benar berpikir Krasic hadir untuk menjadi Nedved, karena ia bermain dengan meniru cara bermain Nedved di beberapa penampilan pertamanya.
Krasic memulainya dengan membantu Juventus meraih hasil imbang 3-3 saat menghadapi Sampdoria, dan kemudian meningkatkan jumlah assist di pertandingan berikutnya melawan Udinese dengan memberikan dua assists. Satu minggu kemudian, saat bertandang ke markas Cagliari, Krasic makin menggila dengan mencetak tiga gol ke gawang tuan rumah.
Namun kegemilangan Krasic tidak diiringi dengan penampilan Juventus secara keseluruhan. Luigi Del Neri yang ketika menjadi pelatih kepala Juventus, harus susah payah mengkordinasikan seluruh lini agar bermain lebih baik. Krasic konstan selalu menjadi pemain yang kemampuannya paling menonjol di lapangan. Mantan pelatih Sampdoria tersebut pun mau tidak mau menaruh harapan lebih banyak di pundak Krasic.
Tak ada masalah. Krasic selalu tampil memukau. Tapi Juventus bukanlah Krasic dan petinggi kesebelasan membutuhkan hasil yang maksimal. Mau tak mau, Del Neri pun harus rela didepak dari kursi kepelatihan setelah hanya mampu membawa Juventus finish di posisi 7 klasemen Serie A.
Tak lama berselang Juventus merekrut Antonio Conte untuk menggantikan posisi Del Neri sebagai pelatih kepala.
Pergantian pelatih ini ternyata menjadi awal bencana bagi Krasic. Sebagaimana yang telah sering terjadi, ketika pelatih baru datang, maka pelatih akan kembali merancang skuat dan hampir selalu membawa kerangka taktisnya sendiri. Sebelumnya Del Neri memilih 4-4-2 yang bertumpu pada kecepatan dan serangan balik yang tajam. Krasic menjadi sempurna di bawah asuhan Del Neri, karena dia dapat berlari melewati bek atau bahkan lebih baik lagi, menemukan sedikit ruang untuk melakukan tembakan ke gawang.
Memang, awalnya Conte diyakini semakin mengembangkan permainan Krasic dalam skema 4-2-4. Tapi, penguasaan bola dan permainan umpan pendek Conte menghapus kebutuhan akan Milos Krasic di Juventus. Ia tidak dapat beradaptasi secara cepat dengan gaya permainan baru.
Kedatangan Conte bukan menjadi satu-satunya masalah di dalam diri Krasic. Hal lain terjadi ketika ayah dan pamannya mengalami kecelakaan di Serbia. Pamannya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil dan ayahnya terluka parah. Krasic pun langsung mengambil cuti dari Juventus, dan ketika ia kembali, ia tidak lagi dalam rencana Conte.
Perjalanan pulangnya kali ini sudah menguarkan aroma kesedihan. Ia bukan lagi mengejar sesi latihan perdana, tapi mengejar duka lara keluarga. Dan saat ia harus menggelar perjalanan kembali ke Italia, Krasic sesungguhnya sedang melakukan perjalanan menjemput masa depannya yang kian tak pasti.
Krasic harus menerima kenyataan jika ia harus menjadi pemain cadangan yang memilukan. Kejadian memilukan itu pun semakin menjadi-jadi ketika Krasic bersiap untuk dimasukan Conte di menit 75. Tapi entah kenapa Antonio justru berteriak dengan ekspresi marah sambil menjelaskan sesuatu kepada Krasic. Pergantian pun akhirnya dibatalkan Conte. Krasic harus kembali ke bangku cadangan pemain dengan sedikit mencibir.
Beberapa hari kemudian, ketika menghadapi Roma di Coppa Italia, Krasic melewatkan usaha untuk mencetak gol yang begitu mudah dari jarak dekat. Hal itu pun menjadi tanda bahwa kepercayaan dirinya telah dirusak dalam beberapa bulan yang penuh gejolak. Bahkan ketika pihak kesebelasan berencana untuk menyelamatkan masa depannya dengan cara meminjamkan ke beberapa kesebelasan lain, Krasic menolak. Pemain sayap ini lebih memilih untuk dijual atau tidak sama sekali. Dan sialnya pihak Juventus masih ragu untuk menjual Krasic.
Keengganan kedua belah pihak itulah yang akhirnya memaksa Krasic untuk terus berada di bangku cadangan hingga akhir musim 2011/2012. Dan harapan sedikit terbuka ketika Juventus setuju melepas Krasic ke Fenerbahce. Namun, nyatanya karir Krasic justru jauh lebih buruk. Krasic juga tidak menjadi pilihan pelatih Fenerbahce, Aykut Kocaman. Dan ia harus rela dipinjamkan ke Bastia, kesebelasan asal Prancis selama satu musim.
Di Bastia, Krasic bermain sebanyak 21 kali dengan torehan dua gol di semua ajang. Catatan itu menjadi catatan terakhir Krasic bermain di level tertinggi. Sebab, usai kembali dari masa peminjaman, nama Krasic tak pernah lagi ada di skuat senior Fenerbahce.
Kini pria yang digadang-gadang sebagai âNew Nedvedâ tersebut harus rela ditempatkan di skuat Fenerbahce S.K. atau biasa dikenal dengan kesebelasan cadangan Fenerbahce.
Ini bukan perjalanan panjang yang membutuhkan jet sewaan. Dari skuat utama ke skuat cadangan tentu bukan perjalanan yang harus menyewa pesawat segala, tapi semua tahu ini perjalanan pendek yang amatlah menyedihkan.
Perjalanan-perjalanan yang ganjil untuk seseorang yang dulu digadang-gadang sebagai Nedved baru, bukan?
Baca juga:Â Memahami Oriundo dalam Visi Pragmatisme Conte
Komentar