Walaupun berusia dua tahun lebih muda, Shinji Kagawa lebih populer ketimbang Shinji lain yang sama-sama bermain di Bundesliga dan sama-sama berasal dari Prefektur Hy?go, Jepang. Maklum, Kagawa bermain untuk Borussia Dortmund yang bersinar di Liga Champions, sedangkan Shinji Okazaki hanya bermain untuk FSV Mainz 05 yang bukan langganan kejuaraan tingkat Eropa.
Bahkan ketika Kagawa meninggalkan Bundesliga untuk sementara, Jerman tetap merasa kehilangan Shinji walaupun mereka memiliki Okazaki. Bagaimanapun, itu cerita lama. Okazaki kini tak lagi dianggap Shinji kedua. Okazaki pantas disebut Shinji yang lebih baik. Malah, ia berhak menyandang status pemain Jepang terbaik dalam sejarah Bundesliga hingga ada pemain lain yang melampaui catatannya.
Shinji Okazaki muda bermain sepakbola untuk kesebelasan sekolahnya. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Takigawa Daini, Okazaki direkrut Shimizu S-Pulse. Awal tahun 2011, Okazaki pindah ke Jerman dan bermain untuk VfB Stuttgart setelah menandatangani kontrak berdurasi tiga setengah tahun.
Okazaki menjalani debutnya untuk kesebelasan barunya â melawan Sport Lisboa e Benfica di Europa League pada 17 Februari â di hari yang sama ketika FIFA menyatakan dirinya boleh bermain membela Stuttgart. Tiga hari setelahnya, Okazaki menjalani debut di Bundesliga melawan Bayer 04 Leverkusen. Awal yang menjanjikan, namun selebihnya ternyata tak begitu menyenangkan.
Okazaki yang biasa bermain sebagai penyerang tengah ditempatkan di sayap kiri. Hasilnya, selama membela Stuttgart, Okazaki hanya mampu mencetak sepuluh gol. Namun hal ini tidak menghalangi Thomas Tuchel, yang saat itu menjabat posisi manajer Mainz, untuk merekrut Okazaki.
âIa selalu berbahaya dan dapat memberi perbedaan di lapangan,â ujar Tuchel. âKami selalu memperhatikannya dengan seksama semasa ia bermain untuk Stuttgart dan kami menyukai pergerakan dan sifat pekerja kerasnya.â
Tuchel mengembalikan Okazaki ke posisi penyerang tengah. Perlahan tapi pasti, deskripsi Okazaki mengenai dirinya sendiri, yang ia tulis di buku yang sudah ia terbitkan mengenai dirinya sendiri, tidak lagi sesuai dengan dirinya yang sekarang.
Dalam buku mengenai perjalanan karirnya di Bundesliga tersebut, Okazaki mendeskripsikan diri sebagai pemain yang tidak memiliki bakat atau teknik, dengan kaki-kaki yang tidak cukup cepat, dan tidak memiliki keahlian menyundul bola.
Pindah ke Mainz, yang ia sebut sebagai anugerah dari Tuhan, telah mengembalikan kepercayaan diri dan ketajaman Okazaki.
âKeberhasilan saya saat ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan diri,â ujar Okazaki. âDi Stuttgart saya harus banyak berkorban untuk kesebelasan tapi di Mainz saya merasa bahwa kesebelasan ini bekerja sama kerasnya demi saya. Saya bersyukur untuk Thomas Tuchel. Ia adalah salah satu alasan di balik ketajaman saya. Saya merasa seperti di rumah.â
Bersama Mainz, Okazaki menorehkan beberapa catatan manis. Okazaki menciptakan gol pertamanya untuk Mainz di pertandingan melawan Stuttgart. Gol tersebut, bersama empat belas gol lain yang ia cetak di Bundesliga musim 2013/14, membawa Mainz lolos ke kejuaraan tingkat Eropa untuk kali kedua sepanjang sejarah mereka. Lima belas gol ini pula yang membawa Okazaki melampaui rekor Kagawa sebagai pemain Jepang dengan torehan gol terbanyak dalam satu musim Bundesliga.
Setelah Okazaki melampaui catatan Kagawa, orang-orang pun seolah sadar bahwa ada Shinji yang lain. Okazaki sendiri sadar bahwa dirinya berada di bawah bayang-bayang Kagawa. âIni adalah kali pertama dalam tiga tahun saya bermain melawan Kagawa,â ujar Okazaki selepas memenangi pertandingan melawan Dortmund pada 20 September 2014. âDulu, tidak ada yang membicarakan âDerby Shinjiâ namun kini orang-orang juga memperhatikan saya.â
âSaya ingin mencetak banyak gol, memecahkan rekor, dan tentunya memenangkan piala; itu adalah tujuan-tujuan saya,â ujar Okazaki ketika berkisah mengenai tujuan-tujuannya bersama Mainz. Dan sejauh ini, hanya menjadi juara yang belum berhasil dicapainya. Pada pekan ketiga musim ini, Okazaki memecahkan rekor Yasuhiko Okudera dan secara resmi menjadi pemain Jepang paling produktif sepanjang sejarah Bundesliga.
Komentar