Mengenang Justin Fashanu, Pesepakbola Homoseksual dalam Nuansa Musik Rock

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Mengenang Justin Fashanu, Pesepakbola Homoseksual dalam Nuansa Musik Rock

Ketika Two Door Cinema Club mulai mengemuka dengan single "What You Know" pada awal 2011, aliran indie rock revival kian booming dari tahun ke tahun. Salah satunya kelompok musik Elephants and Castles yang terbentuk pada 2013 dengan mengusung musik yang menyugesti para pendegarnya untuk berjingkrak-jingkrak menikmati setiap alunan nada.

Konsepsi indie rock dancing pun membuat Elephants and Castles mengonsep cerita sosok Justin Fahsanu dengan gaya yang tidak menyedihkan, kendati perjalanan hidup mantan pesepakbola itu sangat tragis. Lewat Elephant and Castles hanya aura-aura positif Fashanu yang didapatkan dari lagu berjudul "Fashanu" tersebut.





Lagu yang dirilis pada Juli 2014 tersebut bukan tentang sepakbola seperti biasanya, seperti theme song Piala Dunia yang mengejar keuntungan belaka. "Fashanu" mengisahkan tentang Justin Fashanu, seorang mantan pesepakbola yang bunuh diri karena tekanan hidup akibat membuka dirinya sebagai seorang homoseksual.

Gitaris sekaligus vokalis Elephants and Castles, Robin Spencer, adalah salah satu penggemar Fashanu terutama ketika masih memperkuat Nottingham Forest walau hanya untuk satu musim 1981/1982. "Aku ingat kehadirannnya menjadi yang paling mencolok dan ia bermain untuk tim favorit saya pada waktu itu--Nottingham Forest. Aku punya poster di dinding dan mengikuti karinya," ujar Spencer seperti dikutip Eastern Daily Press.

Momentum paling fantastis Fashanu tentu saja ketika ia masih memperkuat Norwich City. Fashanu melepaskan gol indah ke gawang Liverpool pada musim 1980/1981. Pada musim selanjutnya, pemain berposisi penyerang tersebut, direkrut Nottingham yang dibesut Brian Clough.

Fashanu ditransfer sebesar satu juta poundsterling yang menjadikannya sebagai pemain kulit hitam pertama dengan nilai transfer yang mencapai jutaan pounds. Sayang, karirnya di Nottingham tidak semulus ketika saat ia masih memperkuat Norwich. Clough tidak menyukai pola kehidupan malam Fashanu yang sering mengunjungi bar-bar yang dipenuhi kaum homoseksual. Musim berikutnya, pria kelahiran 19 Februari 1961 ini pun dipinjamkan ke Southampton.

Pada 1990 ia secara terbuka mengaku sebagai seorang gay dalam sebuah wawancara eksklusif dengan tabloid The Sun. Fashanu menceritakan diterima dengan baik oleh semua pemain, tapi terkadang bercandaan teman-temannya sering menyinggung dirinya.

Dengan kisah ini membuktikan jika sepakbola memang untuk semuanya termasuk gay. Tapi ada beberapa faktor juga yang membuat sepakbola masih belum siap dilakukan kaum gay.



Ketika ia baru saja pensiun dari dunia sepakbola pada musim 1997 saat memperkuat Miramar Rangers, kesebelasan dari Selandia Baru, Fashanu berada pada fase hidup yang paling buruk. Pada Maret 1998, pria yang pernah memperkuat Manchester City tersebut, dituduh melakukan pelecehan seksual kepada laki-laki berusia 17 Tahun.

Fashanu tidak ditahan dan memilih kembali pulang ke Inggris. Akhir cerita, pada 3 Mei ia ditemukan gantung diri di garasi rumahnya di kawasah Shoreditch London. Ia diduga sudah meninggal sehari sebelumnya. Mantan pemain yang juga pernah berseragam West Ham United itu pun memberi pesan jika ia mengeluhkan pengadilan yang tidak adil kepadanya sebagai kaum homoseksualitas.

"Saya menyadari bahwa saya sudah dianggap bersalah. Saya tidak ingin memberikan malu lagi untuk teman-teman dan keluarga," pesan Fashanu.

Pria yang meninggal dalam usia ke-37 ini dikremasi dan abunya diberikan kepada keluarganya di Norfolk, sebuah "low-lying county" di Inggris. Kabar bunuh dirinya Fashanu membuat kaget berbagai kalangan termasuk Spencer, vokalis Elephants and Castles, yang masih remaja saat itu.

Ketika Elephants and Castles terbentuk maka salah satu lagunya dipersembahkan khusus untuk mantan pemain Newcastle United tersebut, sebagai kaum yang didiskriminasikan namun berani mengungkapkan kepada publik.

"Ketika saya tahu tentang bunuh diri itu adalah saat yang mengejutkan bagi saya dan kemudian ketika aku bermusik dan menulis, saya memutuskan itu menjadi cerita yang ingin saya katakan," aku Spencer.

Selain itu tidak seperti band-band biasanya yang mengkisahkan sosok yang sudah tiada dengan nada yang sangat sedih, Elephatns and Castles menyuguhkan kegembiraan dalam indie-rock yang merdu. Kendati demikian, dalam lagu Fashanu ini pesan-pesan yang ingin disampaikan tetaplah ada dalam tembang berdurasi 3 menit 30 detik ini.

"Now it`s over, open your shoulder a million pound." Kini, Fashanu yang telah tiada telah dihidupkan kembali melalui lagu yang bermelodi bagus dan harmoni dalam Fashanu.

Sesungguhnya, ada pesan moral yang begitu besar dari kisah seorang Justin Fashanu, bagaimana dunia dan masyarakat pada umumnya, masih belum bisa menerima golongan masyarakat seperti Fashanu. Diskriminasi dalam kehidupan itu pula yang membuat hampir jarang ada pesepakbola yang mau terbuka kalau dirinya adalah seorang homoseksual. Tekanan-tekanan dalam kehidupan bermasyarakat tersebut yang tidak pernah bisa menenangkan Fashanu, yang mesti menyerah dengan cara gantung diri.

Komentar