Untuk tiga puluh enam gol yang bersarang di gawang Paris Saint-Germain, salahkan Salvatore Sirigu. Untuk delapan puluh tiga gol â terbanyak di antara semua peserta Ligue 1 musim ini â berikan pujian kepada pemain mungil berusia 22 tahun: Marco Verratti.
Bukan Zlatan Ibrahimovi?, bukan Edinson Cavani, bukan Javier Pastore apa lagi Ezequiel Lavezzi. Sosok penting di balik keberhasilan PSG mencetak delapan puluh tiga gol adalah Marco Verratti. Soal hitung-hitungan, memang banyak yang lebih pantas mendapatkan pujian ini ketimbang Verratti. Namun sepakbola kan bukan hanya angka.
Ibrahimovi?, penyerang tersubur PSG musim ini, juga menyandang status pemberi sumbangan langsung terbesar. Secara keseluruhan pemain berkebangsaan Swedia tersebut memiliki sumbangan sebesar 30,12% dari sembilan belas gol dan enam assist yang berhasil ia cetak sepanjang musim. Tepat di belakangnya ada Edinson Cavani yang mencetak satu gol lebih sedikit dan hanya memiliki catatan satu assist. Javier Pastore, yang hanya mencetak lima gol sepanjang musim, berada di peringkat ketiga karena tiga belas kali mencetak assist.
Secara keseluruhan ketiganya memiliki sumbangan langsung sebesar 74,27%. Sangat besar mengingat mereka hanya bertiga. Juga sangat wajar karena memang itulah tugas ketiganya. Mencetak gol dan mencetak gol saja.
Dalam formasi 4-3-3 yang diterapkan Laurent Blanc musim ini, para pemain PSG memiliki pembagian tugas yang jelas. Penjaga gawang menjaga gawang (tentu saja), pemain belakang menjaga daerah pertahanan sembari sesekali membantu serangan, para gelandang mengatur jalannya permainan, dan para penyerang mencetak gol; Dengan cara apa pun.
Serangan PSG pun, karenanya, melibatkan keteraturan. Jika para pemain belakang berhasil merebut penguasaan bola dari lawan di area sepertiga pertama, mereka tidak melakukan sapuan. Bola diberikan kepada salah satu dari ketiga gelandang: Thiago Motta, Blaise Matuidi, atau Marco Verratti. PSG menyerang lewat tengah dan serangan mereka harus melibatkan para gelandang.
Di lini tengah, ada pembagian tugas yang lebih spesifik lagi. Motta, sang gelandang bertahan, bertugas memutus serangan lawan begitu bola mencapai lini tengah. Eks pemain Barcelona ini juga memiliki kewajiban menjadi pengganti sementara untuk para pemain belakang yang terlambat kembali setelah menyerang.
Blaise Matuidi yang bertenaga, sementara itu, ditugasi menjelajah lapangan. Si mungil Verratti sendiri mengemban tugas sebagai pengatur serangan utama. Tanpa kehadirannya di lapangan, PSG kehilangan seorang playmaker yang dapat diandalkan.
Nyaris dalam setiap pertandingan Verratti menjadi pemain paling sibuk terlibat dalam urusan umpan-mengumpan. Kemampuannya melakukan perhitungan sebelum melepas umpan sangat berguna dalam usaha PSG untuk menguasai bola. Tubuh kecilnya juga tak membatasi Verratti untuk terlibat dalam kontak fisik dengan para pemain lawan yang seringkali bertubuh lebih besar darinya.
Selama 2.364 menit berada di atas lapangan, Verratti mencetak dua gol dan sembilan assist. Dua belas kartu kuning mungkin satu-satunya catatan buruk Verratti musim ini. Mengingat usianya masih muda, wajar rasanya jika Verratti belum memiliki perhitungan matang dalam jegalan. Di masa depan, kekurangan ini sangat mungkin diperbaiki.
Begitulah. Bukan Zlatan Ibrahimovi?, bukan Javier Pastore, bukan pula Salvatore Sirigu. Pahlawan, pemain kunci PSG musim ini adalah Marco Verratti.
Komentar