Tak banyak asisten pelatih dalam sebuah kesebelasan yang dikenal publik. Mungkin jika ada yang tahu, kebanyakan merupakan bekas pemain terkenal, layaknya Mauro Tassotti, Ryan Giggs, Giuseppe Baresi, Erwin Koeman, dan Phil Neville.
Paul Clement jadi salah satu nama asisten pelatih yang keberadaannya kurang diketahui. Meski ia kerap menangani tim besar seperti Chelsea, Paris Saint-Germain, dan Real Madrid, namanya seakan tenggelam dari mentornya, Carlo Ancelotti.
Mengawali karier kepelatihannya sejak usia 23 tahun, Clement dipercaya menjadi pelatih pendidikan fisik bagi pemain junior Chelsea pada 1996. Selang tiga tahun, Clement memutuskan hijrah ke Fulham untuk menapaki karir di tim U18, yang diikuti kepindahannya dengan menjadi asisten pelatih kesebelasan negara Irlandia.
Karirnya mulai menanjak saat ia dipercaya oleh Guus Hiddink untuk menjadi pelatih tim utama. âAku tidak percaya Guus memilihku. Mungkin saat itu adalah masa yang paling tidak nyaman bagiku. Mengubah gaya melatih dari pemain muda ke senior. Lalu saat melatih beberapa pemain bintang di Madrid dan Paris,â ujarnya menceritakan awal mulanya ia duduk di kursi kepelatihan tim utama kepada The Guardian.
Sepeninggal Hiddink, Chelsea mengangkat Carlo Ancelotti untuk menjadi manajer. âCarlo menjadi orang terpenting bagiku. Aku banyak belajar dari dia. Tentang bagaimana dia berkomunikasi dengan pemain, tentang bagaimana ia menangani sesuatu, tentang bagaimana ia melakukan konferensi. Hal itu seakan menjadi sesuatu yang tak ternilai,â tambahnya.
âDalam setiap istirahat di tengah babak, Carlo selalu mampu menyuntikkan motivasi kepada tim. Ia hanya menjelaskan bagaimana seharusnya mereka bermain. Dan ia berkata itulah yang ingin aku lihat. Simpel dan jelas,â ujar Clement menirukan ucapan Ancelotti.
Clement menjelaskan bahwa pendekatan yang dilakukan Ancelotti luar biasa. Ia mengungkapkan  bahwa Ancelotti kerap menyuruhnya untuk memberikan motivasi kepada tim. Ia menambahkan: âCarlo selalu melihat caraku menangani tim. Ia memintaku untuk menangani tim saat tim sedang dalam kondisi tidak baik dan bermain buruk.â
Ia pun mengakui, salah satu pekerjaan terberatnya adalah menangani Gareth Bale. âDengan harga 85,3 juta pounds, ia diharapkan mengangkat performa tim yang saat itu sedang tidak bagus. Carlo pun memintaku mencoba melakukan pendekatan dan akhirnya ia mampu menjadi bagian dari kesuksesan tim,â ujar Clement.
Keberhasilan membantu Ancelotti menorehkan delapan gelar membuat Clement banyak dilirik kesebelasan Inggris. Ancelotti pun mendukungnya untuk mencari pengalaman baru dengan status pelatih tim utama. Ia akhirnya memilih Derby County. Clement menilai Derby memilki semuanya untuk dapat berkiprah di kompetisi tertinggi Inggris.
âTradisi klub di setiap musim yang selalu bagus, kelompok suporter yang memenuhi stadion iPro, skuat yang telah bersama sejak dua musim terakhir, serta pemilik baru yang bernafsu untuk membawa tim ini kembali ke Premier League menjadi alasanku untuk kesini,â jelas Clement kepada Independent.
Berbekal ilmu dari mentornya, Ia kini membawa Derby County duduk di peringkat ketiga divisi Championship. Meski berada di peringkat ketiga, ia mampu menjadikan Derby tim tersubur dengan 32 gol dari 21 pertandingan. Selain itu, rataan kebobolan mereka pun hanya 0,6 per pertandingan.
Dilihat dari rekornya, Paul Clement dan Derby pun difavoritkan menjadi juara Divisi Championship. Ia pun tak mau jemawa. Ia hanya berkata, âAku akan membuktikan kepada diri sendiri, bahwa aku dapat melakukan pekerjaan ini.â
Sumber : The Guardian, Independent, Daily Mail
Komentar