Kejutan terjadi di Liga Primer Inggris. Penghargaan pemain dan manajer terbaik Bulan Desember disapu habis oleh kesebelasan Watford. Quique Sanchez Flores merebut penghargaan âManajer of the Monthâ sementara Odion Ighalo sebagai âPlayer of the Monthâ.
Penghargaan tersebut tak lepas dari performa Watford pada musim ini. Kesebelasan promosi tersebut kini menempati peringkat ke-10. Namun pada Desember, mereka meraih empat kemenangan beruntun yang membawa mereka ke peringkat ketujuh. Saat ini Watford hanya terpaut enam poin dari West Ham United, yang menempati peringkat kelima klasemen sementara.
Ighalo menjadi pemain kunci dalam kemenangan Watford tersebut. Ia mencetak lima gol sepanjang Desember. Gol tersebut termasuk dua golnya ke gawang Liverpool pada 20 Desember lalu. Dua gol Ighalo berperan dalam kemenangan 3-0 tersebut. Atas performa baik itu pula, sejumlah kesebelasan besar dikabarkan meminati sang pemain. Namun, Ighalo sendiri menyatakan kesetiaannya untuk tetap bermain di Vicarage Road, kandang Watford.
Namun, yang menjadi sorotan tentu sang manajer, Sanchez Flores. Manajer berkebangsaan Spanyol tersebut mampu membawa kesebelasan yang diprediksikan untuk kembali terdegradasi tersebut, bersaing di papan tengah Liga Inggris. Ia pun mampu memoles Ighalo menjadi penyerang paling produktif di Watford dengan 13 gol. Sebelumnya, Flores mesti bersaing dengan Arsene Wenger, Claudio Ranieri, dan Alan Pardew, dalam penghargaan manajer terbaik Bulan Desember.
Kehadiran Sanchez sejatinya mengejutkan. Pasalnya, Watford memecat Slavisa Jokanovic yang berjasa membawa The Hornet promosi dari Divisi Championship pada musim lalu. Apa sebenarnya yang membuat Flores berbeda? Gaya kepelatihannya kah? Dalam wawancara dengan Alvaro Romeo untuk TalkSport, Flores menjabarkannya.
âManajer yang baru datang harus menghormati budaya dari pertandingan setempat. Dia harus siap atas pertandingan yang cepat dengan intensitas tinggi,â ucap Sanchez.
âKami harus beradaptasi. Kami tak bisa begitu saja mengimplementasikan sebuah filosofi yang hanya memutarkan bola. Di sini, di Premier League, amat penting untuk mengelola transisi dalam pertandingan, seperti belajar bagaimana dan di mana saat bertahan atau menyerang.â
Dalam hal ini, apa yang dimaksud Sanchez adalah soal adaptasi. Ini pula yang membuat Watford belum meraih kemenangan dalam empat pertandingan pertamanya. Mereka bahkan kalah 0-2 dari Manchester City pada pertandingan keempat. Lalu, mereka mulai meraih kemenangan, termasuk kemenangan 3-0 atas Liverpool yang tengah dalam performa terbaiknya.
Bicara soal adaptasi, hal tersebut terbilang unik. Pasalnya, Watford yang berlaga di Premier League saat ini hampir setengahnya berisi muka-muka baru. Mereka mendatangkan 14 pemain baru yang mayoritas dari luar Inggris. Apa yang sebenarnya Flores lakukan di bursa transfer?
âSalah satu kesibukan kami adalah menentukan siapa yang bertahan dan pergi. Ini amat krusial untuk menentukan pilihan yang tepat, dan faktanya kami berhasil. Kami mempertimbangkan mempertahankan tujuh pemain yang kini mengisi susunan pemain. Beberapa dari mereka amat penting musim lalu,â kata Sanchez.
Sadar bahwa timnya tidak sekuat kesebelasan lain, Sanchez pun memfokuskan membangun pertahanan yang kuat. Ia pun membuat skema di mana jarak antar lini mestilah rapat. âSebanyak 11 pemain di atas lapangan harus seperti sebuah balok. Kami menggerakkan balok tersebut ke atas dan ke bawah tergantung bagaimana kami memprediksikan pertandingan,â tutur Sanchez.
Dengan skema seperti ini, Sanchez pun menginstruksikan para pemainnya untuk lebih berani dalam memegang bola. Ini yang membuat Watford seringkali terlihat dominan dalam penguasaan bola.
Ada yang unik dari Watford ketimbang kesebelasan lain. Mirip dengan Leicester City, gol Watford mayoritas disumbangkan dua pemain yang mana dua-duanya adalah penyerang: Odion Ighalo dan Troy Deeney.
Saat ini, Sanchez tengah fokus untuk membuat para pemain, utamanya gelandang, mampu membuat peluang. âKetika sebuah tim tidak bisa mencetak gol, semua orang menunjuk pada penyerang. Namun, dalam banyak kasus, tidak mencetak gol berkaitan dengan tidak mampu menciptakan peluang,â kata Sanchez.
Secara spesifik ia menyebutkan bahwa semakin sedikit kesempatan yang dibuat, semakin besar rasio mencetak gol yang dibutuhkan dari penyerang. Menurutnya, ini adalah hal yang tidak bisa diterima. Para pemain mesti memiliki kemampuan membuat peluang.
âKami mencoba menyediakan para pemain dengan cara yang tepat untuk mengancam gawang lawan, seperti memenuhi kotak penalti dengan banyak pemain. Ketimbang berapa banyak gol yang kami cetak, kami lebih fokus pada seberapa banyak tembakan yang kami lakukan; berapa banyak yang tepat sasaran, atau berapa kali kami masuk ke area sepertiga akhir lawan,â jelas manajer kelahiran 1965 tersebut.
Sanchez memang perlu adaptasi. Ia pun setuju dengan perkataan full back Watford, Allan Nyom, saat bicara soal pertandingan di Premier League. Nyom bilang bahwa Premier League adalah liga yang tak kenal ampun. Soalnya, setiap pertandingan selalu dijalani dengan tempo tinggi.
âAku juga berpendapat demikian,â ujar Sanchez, âTapi jika pemain yang fisiknya kuat macam Nyom saja bilang begitu, ya itu berarti hal yang paling terlihat. Itu pula yang menjabarkan seperti apa Premier League itu.â
Sanchez sejatinya memiliki banyak pengalaman. Sebelum melatih Watford, ia pernah menangani Getafe, Al Ain, Al Ahli, Atletico Madrid, Benfica, Valencia, dan tim muda Real Madrid. Saat ditanya siapa pemain yang membuatnya terpana, ia menjawab dua orang: David Silva dan Serigo Aguero.
âDulu, aku pernah menagani David Silva dan Sergio Aguero. Keduanya fantastis waktu itu, dan masih hingga saat ini. Anda bisa menemukan pemain hebat di Premier league, bukan cuma di tim papan atas. Para pemain seperti Yannick Bolasie dan Wilfried Zaha atau Ross Barkley dan Romero Lukaku amatlah hebat,â jelas Sanchez.
Pada akhir pembicaraan, Sanchez pun menjabarkan perbedaan media setiap negara yang pernah ia singgahi. Jawaban Sanchez sungguh mengejutkan karena hal seperti ini tak akan keluar dari mulut Jose Mourinho atau Louis van Gaal.
âDi sini, di Inggris, media terlihat lebih tengang. Premier League amat berbeda dalam berbagai aspek, seperti loyalitas dari penonton atau penghormatan terhadap fair play. Ini sangat mengilhamiku. Kami semua, pemain dan manajer, menyenangi cara media lokal memainkan sejumlah isu. Lagi pula, sepakbola cuma permainan dan segala hal bisa terjadi,â kata Sanchez.
Komentar