Piala Jenderal Sudirman 2015 mencapai finalnya Minggu (24/1). Namun flashback ke awal kompetisi ini dimulai 10 November lalu, persaingan di turnamen yang digagas untuk memperingati Hari Pahlawan ini bukan hanya soal siapa yang pantas mendapatkan 2,5 miliar, jumlah yang sama dengan yang didapat Persib kala menjuarai Liga Super Indonesia 2014, namun lebih kepada gengsi beberapa klub yang tak kunjung mendapatkan prestasi.
Persaingan untuk menjadi juara pada turnamen ini bisa dibilang lebih ketat ketimbang Piala Presiden. Beberapa klub akhirnya memutuskan mendatangkan pemain yang sesuai dengan kebutuhan skuatnya. Tak hanya satu pemain, ada klub yang bahkan merekrut dan memanggil semua pemainnya yang bermain di klub lain saat Piala Presiden seperti Semen Padang, selain itu ada juga klub yang memilih mendatangkan pemain asing yang belum memiliki pengalaman di Indonesia, seperti Arema dan Mitra Kukar.
Kehadiran rekrutan-rekrutan baru memang tak terlalu berdampak signifikan bagi sebagian tim. Tapi, jika Anda melihat Semen Padang yang memanggil sebagian besar pemainnya yang bermain di klub lain saat Piala Presiden serta Mitra Kukar yang mengandalkan pemain asing baru, penampilannya justru lebih baik ketimbang tim lain yang malah kehilangan sosok pemain pilar yang berkontribusi besar saat di Piala Presiden.
Berikut kami tampilkan beberapa rekrutan baru yang tampil istimewa di Piala Jenderal Sudirman.
Kiko Insa
Pemain bernama lengkap Fransisco Bohigues ini merupakan sosok baru dalam persepakbolaan Indonesia. Meskipun sosok baru, namun bisa dibilang ia memiliki banyak pengalaman bermain di kompetisi Eropa, di antaranya bersama Royal Antwerp dan Elche CF.
Bergabung di Arema sebelum Piala Jenderal Sudirman dimulai, Kiko memiliki tugas untuk menggantikan peran Fabiano Beltrame, bek tangguh asal Brasil yang memilih pulang kampung. Tapi beban tersebut nyatanya tak membuat Kiko minder, ia bersama Toni Espinosa Mosi, langsung nyetel dengan permainan Kera Ngalam.
Di pertandingan pertama melawan Persegres, Kiko langsung menjadi idola Arema. Bagaimana tidak, ia sukses berkontribusi lewat sumbangan satu gol-nya ke gawang lawan. Arema pun berhasil menang telak 4-1 di laga pertama.
Penampilan baiknya terus berlanjut hingga babak delapan besar, yang mana ia berhasil membuat gawang Arema hanya kebobolan enam gol dari tujuh laga hingga semifinal. Pada setiap eksekusi bola mati, ia pun cukup bisa diandalkan dalam duel udara.
Sultan Samma
Menjadi pemain kunci Bali United kala bermain di Piala Presiden, Sultan berhasil meneruskan performa positifnya kala ia memutuskan bermain untuk Pusamania Borneo FC, kuda hitam yang menjadi salah satu kandidat juara turnamen ini.
Positioning dan kemampuan merusak permainan lawan lewat tengah, menjadi modal pemain yang sempat berkarier untuk Persiba Balikpapan ini. Kedatangannya langsung mengubah gaya bermain PBFC yang di Piala Presiden sangat mengandalkan permainan sayap yang diisi Boaz Solossa, Arphany, dan Terens Puhiri.
Tak hanya berkontribusi lewat gaya bermain, Sultan juga sukses mencetak tiga gol untuk Pusam di babak grup, di antaranya kala melawan Surabaya United, Persib, dan Persela. Hanya saja Sultan gagal membawa PBFC melangkah ke babak final setelah dikalahkan Semen Padang.
Patrick Dos Santos
Tak ada yang menyangka sosok Patrick bakal bersinar di lini depan Mitra Kukar pada perhelatan Piala Jenderal Sudirman. Pasalnya selain usianya yang terbilang cukup muda (22 tahun), nama Patrick belum diketahui banyak pecinta sepakbola lokal. Namanya juga kalah terkenal ketimbang sosok Syakir Sulaiman, bintang muda Sriwijaya yang secara mengejutkan bergabung dengan tim asal Kalimantan Timur ini.
Performa Patrick di awal tak sebaik Kiko Insa, legiun asing lain yang kami sebut penampilannya dari awal terbilang baik. Patrick gagal menunjukkan ketajamannya di laga grup, ia pun hanya mencetak gol sekali di babak tersebut, yakni kala Mitra Kukar berhadapan dengan Bali United.
Namun, kecerdikan pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra dalam meramu tim membuat Patrick mulai memperlihatkan ketajamannya. Babak delapan besar menjadi pembuktian Patrick lewat sumbangan lima gol-nya, yang mana tiga gol dicetak ke gawang Persija dan sisanya ke gawang PS TNI.
Menjelang babak final, nama Patrick bakal sering terdengar, bukan hanya disebut oleh suporter Mitra Kukar jika berhasil mencetak gol, tapi juga pembawa acara, karena keberhasilannya memuncaki daftar top skorer Piala Jenderal Sudirman. Ia pun kini berpeluang besar menjadi pencetak gol terbanyak karena saingan terdekatnya, Christian Gonzales, hanya mampu mengumpulkan lima gol dan Arema sudah tersingir.
Shahar Ginanjar
Tak mendapat tempat di Persib membuat Shahar hijrah ke Mitra Kukar. Pilihannya pun tepat, dia menjadi idola baru bagi publik Kutai Kartanegara. Sembilan laga yang dijalani Mitra Kukar, Shahar sukses menjadi pemain inti, menggeser Rivky Mokodompit.
Penampilannya Shahar memang istimewa. Kelebihannya dalam membaca bola membuatnya melakukan 29 saves dalam Piala Jenderal Sudirman. Tak hanya itu, kontribusinya untuk Naga Mekes juga membuat Mitra Kukar hanya kebobolan dua gol dalam babak grup, empat gol babak delapan besar, dan tiga gol dalam semifinal.
Tak hanya baik dalam permainan terbuka, Shahar juga tampil bagus kala harus bermain adu penalti. Selama turnamen ini, ia sudah mementahkan lima kali penalti kala Mitra Kukar bermain imbang di waktu normal.
***
Meski dua dari empat nama tersebut bukan nama baru di Indonesia, melihat potensi keempatnya untuk masing-masing tim patut diapresiasi. Pasalnya, keempatnya mampu menunjukkan performa gemilang meski baru bergabung dalam waktu yang tidak bisa dibilang lama.
Komentar