Setiap manusia, siapapun itu, pasti memiliki sesuatu ataupun seseorang yang ditakuti dalam hidupnya. Ketakutan itu mungkin muncul karena beberapa sebab. Entah karena orang atau sesuatu tersebut memang dilabeli buruk secara sosial, ataupun karena sesuatu atau orang tersebut pernah melakukan hal yang buruk kepada kita sehingga kita takut akan keberadaan atau kehadiran dari orang atau sesuatu tersebut dalam hidup kita.
Bukan hanya bagi manusia, bagi sebuah entitas seperti tim sepakbola, mereka juga memiliki seorang pemain atau manajer yang ditakuti keberadaan atau kehadirannya. Ketakutan ini akan muncul saat tim tersebut harus melawan tim yang memiliki sosok pemain atau manajer yang ditakuti itu. Biasanya, ketakutan ini muncul karena pemain atau manajer tersebut pernah memberikan sebuah luka yang mungkin sulit dilupakan bagi tim yang bersangkutan.
Ketakutan inilah yang menyalip di tim AS Roma, dikala mereka menjamu Real Madrid di leg 1 babak 16 besar Liga Champions Eropa yang berlangsung di Stadio Olimpico. Di antara semua pemain bintang Real Madrid, ada satu sosok pemain yang paling mereka takuti. Ia adalah pemain itu berasal dari Portugal, bernama lengkap Cristiano dos Santos Aveiro, atau yang kita kenal sebagai Cristiano Ronaldo.
Mengapa Roma begitu menakuti Ronaldo? Apakah dia sebegitu menakutkannya? Kan dia berwajah tampan?
Untuk mengingat apa yang pernah Ronaldo lakukan pada Roma, mari kita lempar kembali ingatan kita ke tanggal 10 April 2007. Kala itu Roma bersua dengan Manchester United di leg kedua babak delapan besar Liga Champions Eropa 2006/2007, saat pertama kali Ronaldo dan AS Roma berjumpa. Saat itu, United menjamu AS Roma di Old Trafford dengan membawa beban kekalahan 2-1 yang mereka derita di Stadio Olimpico, Roma, seminggu sebelumnya. Di pertandingan itulah Ronaldo memberikan sebuah luka mendalam bagi AS Roma.
Dua gol yang ia sarangkan pada menit ke-44 dan menit ke-49 memberikan sebuah kemenangan bagi MU sekaligus kekalahan telak bagi AS Roma dengan skor 7-1. Lolos ke semifinal bagi United sudah pasti, namun tetap yang perlu digarisbawahi adalah kekalahan 7-1 ini. Bagi Roma, luka ini sangatlah mengiris hati dan juga sebuah luka yang cukup menyakitkan yang diberikan Ronaldo dalam perjumpaan pertamanya dengan AS Roma.
Bukan hanya itu saja. Di perjumpaan selanjutnya, di babak delapan besar Liga Champions Er0pa 2007/2008, Ronaldo yang masih membela Manchester United kembali memberikan luka bagi AS Roma. Roma yang kala itu menjamu United pada leg 1, takluk dengan skor 2-0. Salah satu dari golnya adalah gol yang dilesakkan oleh Ronaldo, tepatnya di menit ke-39 melalui sebuah sundulan memanfaatkan umpan Paul Scholes.
Menjadi semakin menyakitkan bagi AS Roma karena untuk kedua kalinya, mereka gagal melaju ke semifinal setelah dihentikan Manchester United. Karena pada leg kedua, mereka juga kalah lagi 1-0 lewat gol Carlos Tevez di menit ke-70. Roma kalah oleh tim dan pemain yang memberikan luka yang sama, yaitu Manchester United dan Cristiano Ronaldo.
Sejak saat itulah, Ronaldo dianggap sebagai sebuah sosok yang menakutkan bagi AS Roma. Luka yang pernah dia torehkan bersama Manchester United kepada AS Roma mungkin, bagi tim Roma sendiri, akan menjadi sesuatu yang sulit, atau bahkan tak bisa untuk dilupakan.
Bayang-bayang rasa takut itulah yang kembali menyeruak kala AS Roma menjamu Real Madrid dalam leg pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa. Real Madrid, kali ini meminta bantuan kepada Ronaldo sebagai sosok yang AS Roma takuti untuk menghilangkan trauma mereka saat menghadapi klub asal Italia di babak 16 besar. Apalagi, Madrid pernah dikalahkan AS Roma di babak 16 besar Liga Champions Eropa 2007/2008 dengan agregat akhir 4-2. Wajar saja jika Madrid trauma atas Roma.
"Roma adalah tim kuat. Mereka siap untuk laga 16 besar dan mereka juga bersaing dengan baik. Jika mereka memfavoritkan kami, itu akan menjadi sebuah bahaya buat kami. Oleh karenanya, kami akan menghadapi laga ini (16 besar) dengan konsentrasi penuh, memikirkan setiap detil, karena mungkin saja detil kecil itu akan menentukan jalannya pertandingan," ujar Emilio Butragueno, seperti yang dilansir situs UEFA sebelum pertandingan.
Singkat cerita, pertandingan pun berlangsung. Stadio Olimpico dipenuhi oleh suporter yang datang untuk mendukung, baik itu suporter Roma ataupun Madrid. Pertandingan sendiri berjalan dengan seru, saling serang dan saling menekan terjadi hampir sepanjang pertandingan.
Lalu terjadilah kejadian itu. Di menit ke-56, Ronaldo melakukan sebuah manuver di sisi kiri setelah menerima umpan Marcelo. Dengan sedikit sentuhan rabona feint, dia membelokkan bola ke arah kanan, melewati Alessandro Florenzi l alumenempatkan bola di kaki kanannya, dan shoot! Bola pun melesak masuk tak tertahankan ke gawang As Roma kawalan Wojciech Szczesny.
Kembali, sebuah goresan luka bagi AS Roma. Ditambah dengan gol yang dilesakkan oleh Jese di menit ke-85 melalui sebuah aksi di area sepertiga lapangan dan diakhiri sebuah tendangan ke sudut kanan gawang AS Roma, makin sakitlah luka Roma malam itu.
Madrid menang. Madridista, julukan fans Real Madrid, senang. Ronaldo pun senang. Catatan buruknya yang tidak pernah mencetak gol away sejak November 2015 pupus. Korban yang diberikannya luka pun adalah korban yang sudah dia kenal, AS Roma.
Entah apa yang dirasakan AS Roma, apakah mereka akan semakin takut atau sudah lelah dengan ketakutan itu dan ingin berusaha bangkit untuk melawan? Yah, siapa yang tahu. Toh, masih ada leg kedua, meski kecil kemungkinannya karena Ronaldo akan bermain di 'rumahnya' sendiri, yaitu Santiago Bernabeu.
(sf)
Sumber: UEFA, Soccer Punter
foto: uefa.com
Komentar