Turki termasuk neagara unik. Sebagai secara geografis masuk dalam wilayah Asia tapi terdaftar menjadi anggota Uni Eropa. Keunikan lainnya pun tersaji dalam politik dan budaya mereka, yang tentu saja merambah pada dunia sepakbola.
Jika melihat dari sejarah masa lalu Turki, masyarakat di sana seakan ingin melawan apapun yang berbeda dengan keinginan mereka atau dengan kata lain kebebasan. Beberapa kekaisaran seperti Bizantium, Utsmaniyah serta Ottoman yang sempat menduduki negara tersebut tentu memberi kenangan mereka akan penderitaan sebagai kaum yang dijajah di negeri sendiri sekaligus memberi mereka pelajaran bahwa kebebasan merupakan hal yang mahal dan itu harus diperjuangkan.
Hal tersebut mungkin masih dipegang teguh oleh Salih Dursun, seorang pemain kelahiran Sakarya tempat di mana peninggalan kekaisaran Bizantium dan Ottoman masih bisa dilihat. Dursun yang mengawali kariernya di Sakaryaspor, kini ia bermain di Trabzanspor sebagai pemain pinjaman dari Galatasaray mempunyai kepemilikan penuh atas dirinya.
Sifat pemberontakan Dursun terlihat pada lanjutan Liga Super Turki yang mempertemukan Trabzonspor dengan Galatasaray, tim yang meminjamkannya, pada Senin 22 Februari di Turk Telekom Arena. Di awal pertandingan Trabzonspor sempat unggul lewat tendangan penalti Erkan Zengin pada menit ke-26. Setelah itu di babak kedua Lukas Podolski sukses mencetak gol lewat sepakan cantiknya yang berhasil menambah angka untuk tim tuan rumah.
Di penghujung laga, tepatnya pada menit ke-87 , wasit menunjuk titik putih setelah Luis Cavanda melakukan pelanggaran di kotak penalti disertai kartu merah. Spontan para pemain Trabzonspor melakukan protes pada Deniz Ates Bitnel, wasit pertandingan tersebut.
Seakan ingin memberontak dari pakem yang ada, Dursun tak bisa menerima keputusan Deniz Ates Bitnel yang mengusir rekannya, Cavanda. Apalagi kartu merah tersebut adalah kartu merah ketiga yang diterima Trabzonspor karena sebelumnya Ozer Hurmaci dan Aykut Demir diusir pada pertengahan babak kedua.
Dursun berjalan mendekati sang wasit. Ketika kartu merah yang dipegangnya jatuh, Dursun segera mengambil kartu merah tersebut lalu mengangkatnya ke atas layak seorang wasit dan mengacungkannya kepada Bitnel sambil menunjuk ke arah luar lapangan yang mengisyaratkan bahwa ia mengingikan sang wasit yang keluar.
">February 22, 2016The EPIC moment of the weekend, Trabzonspor player sending off the Refeere ..
https://twitter.com/IfWiOKNhEx
â Football Stuff (@FootbalIStuff) https://twitter.com/FootbalIStuff/status/701765627493621760
Sontak Bitnel yang merasa tidak dihargai sebagai pemimpin lapangan langsung mengkartu merah balik pemain berusia 24 tahun itu. Dursun yang sudah menyangka hal itu terjadi kemudian tidak melakukan protes apapun dan langsung melangkah keluar lapangan. Sementara itu Selcuk Inan sang algojo penalti sukses mengonversi kesempatan itu menjadi gol, dan mengunci kemenangan Galatsaray dengan skor 2-1.
Kepemimpinan Deniz Ates Bitnel saat itu menuai tanda tanya setelah pihak Trabzonspor mengkalim harusnya ia mendapatkan dua penalti lain selain penalti Zengin. Ini juga yang menjadi faktor di balik apa yang dilakukan Dursun mengkartu merah wasit karena kadung kesal.
Perlu diketahui, tindakan serupa pernah dilakukan oleh legenda asal Inggris, Paul Gascoigne, pada tahun 1995 sewaktu ia masih membela Glasgow Rangers. Namun pada saat itu Gazza (julukan Gascoigne) seorang badboy Timnas Inggris hanya menunjukan kartu kuning, bukan kartu merah seperti yang dilakukan Dursun. Jadi bisa dibilang, Dursun menjadi pemain pertama yang mengkartu merah wasit.
foto: guardian.com
Komentar