Liga Jerman merupakan salah satu liga top di Eropa, tentu dengan predikat tersebut banyak pemain dari berbagai negara di dunia ingin berkompetisi di dalamnya. Termasuk Turki, negara yang terkenal sudah menjalin hubungan sejak lama dengan Jerman. Hubungan mereka sudah terjalin lebih dari 50 tahun yang lalu, termasuk saat Jerman kedatangan Gastarbeiter di negaranya.
Gastarbeiter adalah sebutan bagi para pekerja yang secara khusus didatangkan ke Jerman dari beberapa negara yang menjalin kerja sama bilateral dengan Jerman mengenai sumber daya manusia. Hal tersebut dipicu oleh meningkatnya kebutuhan Jerman dalam sektor industri. Selepas Perang Dunia II, Jerman menjalankan program perbaikan ekonomi sehingga membutuhkan jumlah buruh usia produktif yang sangat besar. Dan Turki adalah salah satu penyedia Gastarbeiter terbesar bagi negara yang beribukota di Berlin tersebut.
Jerman sebagai salah satu lokasi penyebaran diaspora Turki membuat Liga Jerman diisi banyak pemain Turki. Puluhan pemain Turki, baik yang memiliki garis keturunan saja atau telah memilih Turki sebagai kewarganegaraannya, merintis karir mereka di Liga Jerman semenjak satu dekade lalu.
Hakan Ãalhano?lu, Kaan Ayhan, Halil Alt?ntop, Ceyhun Gülselam, Kenan Karaman, Ãmer Toprak, dan Nuri Sahin merupakan beberapa nama dari pemain berdarah Turki yang masih aktif membela klub Jerman. Bahkan beberapa dari mereka lebih memilih untuk membela Timnas Jerman dibanding Turki. Seperti yang dilakukan oleh Mesut Ãzil, Serdar Tasci, dan Malik Fathi.
Di saat pemain Turki berlomba-lomba untuk menarik minat klub Jerman, hal yang berbeda dilakukan Marko Marin, pemain berbakat yang kini membela klub Turki, Trabzonspor.
Pada pertandingan teranyar yang berlangsung pada Sabtu (12/03), saat Trabzonspor menjamu Mersin pada ajang Turki Super Lig tersebut, pemain berusia 26 tahun itu sukses mencetak gol satu-satunya yang membawa kemenangan bagi Trabzonspor. Dengan kemenangan 1-0 klub berseragam merah biru tersebut kini naik menjadi peringkat 10 di klasemen Liga Turki.
Bersama Trabzonspor ia telah mencatatkan tiga gol serta tiga asisst. Pemain yang mampu berposisi sebagai gelandang serang dan juga winger tersebut ikut andil dalam menciptakan 32 peluang serta sukses mencatat 29 kali umpan kunci.
Jika dilihat dari potensi yang ada, sebenarnya nasib pemain itu terbilang sial. Pasalnya setelah Chelsea membelinya dari Werder Bremen 2012 silam ia hanya dipinjamkan ke klub-klub lain, bukan bermain sebagai pemain Chelsea. Sementara itu ia juga berkarier di timnas, pernah membela timnas senior Jerman sebanyak 16 kali, setelah sebelumnya rutin bermain untuk Jerman U-16 hingga U-21.
Bakat seperti Marin yang masih terhitung sebagai usia emas sebenarnya sangat disayangkan jika hanya bermain di Liga Turki apalagi di klub sekelas Trabzonspor.
Sementara itu terdapat pemain Jerman terkenal selain Marin yang bermain di Liga Turki, ia adalah Lukas Podolski. Akan tetapi usianya sudah menapaki kepala tiga, dan bukan merupakan usia yang produktif sebagai Gastarbeiter, berbeda dengan Marin yang masih dalam usia emasnya. Dengan potensi yang ia miliki, tentu masih banyak klub-klub di Eropa menginginkan jasanya atau paling tidak untuk kembali ke Bundesliga yang secara teknis lebih kompetitif dibanding liga dari negara yang beribukota Ankara tersebut.
Marin dan Podolski memang bukan keturunan asli Jerman, orang tua mereka merupakan imigran. Akan tetapi keduanya merupakan warga negara Jerman dan telah bermain untuk Der Panzer sejak usia muda, sudah tentu keduanya memiliki jiwa nasionalis Jerman. Dan tak ada yang bisa menyalahkan jika ia memilih karirnya sebagai âGastarbeiterâ Jerman untuk Turki.
(pik)
Komentar