Namanya menjadi garansi di setiap laga yang West Ham jalani dalam tiga musim terakhir. Kelihaiannya menjaga gawang serta kemampuannya untuk menghadapi teror dari lawan menjadikannya salah satu idola utama publik Upton Park.
Kiper berusia 29 tahun tersebut sempat menjadi bayang-bayang kiper utama West Ham kala itu, Jussi Jaaskelainen, yang menjadi anak kesayangan Sam Allardyce. Namun kesabaran serta kerja kerasnya membuahkan hasil. Penantiannya selama enam tahun di Real Betis untuk menjadi kiper inti dan rela menjadi kiper kedua di West Ham sementara waktu teryata tidak sia-sia. Adrian kini menjadi salah satu bintang di posisi penjaga gawang Premier League.
Dibesarkan di lingkungan kelas pekerja di kota Sevilla, Spanyol, membuat Adrian merasa tidak asing hidup di East End, bagian timur kota London yang identik dengan kelas pekerja. Tumbuh dan besar sebagai pendukung Real Betis yang identik dengan klub kelas pekerja membuatnya merasa seperti berada di rumah tatkala memperkuat West Ham United.
Adrian menyadari pentingnya laga derby. Stigma negatif yang diberikan bahwa pemain asing di Premier League yang kerapkali memberikan penampilan yang kurang âgregetâ kala menjalani laga derby, membuatnya angkat bicara.
"Sudah jelas bahwa itu (derby) berbeda bagi saya karena saya (berasal) dari Sevilla dan itu (derby) di sini tidak sama dengan derby di kota tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, tetapi karena itu saya coba menempatkan diri dalam situasi penggemar kami sekarang. Ayah saya sering membawa saya ketika saya masih kecil dan saya sering melihat ayah saya marah ketika kami kalah," ujarnya saat itu kepada Independent.
Hidup di Andalusia selama 16 tahun, membuat Adrian agak sulit untuk beradaptasi dengan gaya hidup di London. Namun ia tetap berusaha sebisa mungkin untuk beradaptasi, mulai dari belajar berbahasa Inggris, dan juga mempelajari kultur setempat. Menurutnya, The Hammers adalah klub yang sarat akan kebanggaan. Klub yang berhati besar. Adrian merasa di mana saja klub bermain, penggemar selalu ada di belakangnya. Ia merasa bahwa orang-orang yang berada di dalam tim rendah hati, berjuang, dan tidak kenal lelah.
Adrian San Miguel del Castillo, yang memiliki tinggi badan 190 sentimeter, mengawali kariernya di Real Betis sampai akhirnya penampilan apiknya di La Liga musim 2012/2013 bersama tim asal Andalusia tersebut membuat West Ham segera mengontraknya dengan status bebas transfer.
Kariernya di Real Betis sebenarnya tidak berjalan mulus. Adrian, yang bergabung dengan Betis sejak usia 11 tahun, baru mendapat kepercayaan bermain di tim inti kala usianya menginjak 25 tahun.
Adrian menjalani debutnya sebagai penjaga gawang West Ham pada laga melawan Cheltenham Town di Piala Liga 2013. Kemudian pada laga selanjutnya di Liga Primer, Adrian diturunkan menjadi starter pada laga kotra Manchester United. Sayangnya, dalam laga debutnya di Premier League ia kebobolan tiga gol.
Dikejar Big Sam Hingga Andalusia
Manajer West Ham saat itu, Samuel âBig Samâ Allardyce, bahkan menceritakan bagaimana ia sampai rela menempuh perjalanan jauh ke Spanyol sendirian demi mengamankan jasa Adrian ke West Ham United. Kebetulan, saat itu di kontraknya akan habis di Real Betis pada akhir musim.
âSetelah sedikit memantau, saya lalu mengirim Martyn Margetson, pelatih kiper kami (West Ham), untuk mencoba dan melihat dia. Lalu, kami membujuknya untuk bergabung,â ungkap Allardyce saat itu kepada London24.
âKami akhirnya menyaksikan pertandingan Real Betis di Sevilla, saya dan Martyn (Margetson). Lalu kami bertemu dengan agen dan Adrian beserta tunangannya,â kenangnya.
Keputusan untuk memberikan kepercayaan kepada Adrian diakui oleh Big Sam merupakan hal yang sulit, apalagi kiper utama saat itu, Jussi Jaaskelainen merupakan anak asuhnya yang setia semasih ia di Bolton. Performa Jaaskelainen yang sedang bagus-bagusnya di liga, membuat Big Sam memberi kesempatan kepada Adrian untuk turun di gelaran turnamen. Namun, berkat penampilannya yang meyakinkan, ia akhirnya mau berjudi untuk menurunkan Adrian di laga Premier League melawan Manchester United pada Desember 2013.
Big Sam menceritakan kebingungannya dalam memilih kiper saat itu. âMerupakan hal yang sulit bagi saya menjadi manajer (saat itu) mempunyai dua kiper bagus sekaligus,â ujar eks-Sunderland tersebut.
âSaya meninggalkan Jussi (Jaaskelainen) di awal musim, membuat 6 laga cleansheet dari 10 pertandingan. Adrian yang menjalani laga kejuaraan dan perjalanan kami waktu itu cukup baik di Capital One Cup.â
Sam Allardyce pun memiliki keyakinan bahwa Adrian akan menjadi kiper yang luar biasa. Perjudian Allardyce kepadanya tak sia-sia.
âSaya dulu memiliki Steve Harper, Shay Given, Paul Robinson, Jussi, dan Rob Green, tapi saya pikir ia akan seperti itu. Dia sekarang bisa berada di sini cukup lama sebagai penjaga gawang,â tutupnya.
Pribadi yang Sederhana dan Rendah Hati
Publik mengingat Adrian sebagai pemain yang datang pada hari latihan perdananya di West Ham menggunakan taksi "black cab" yang banyak dijumpai seantero London, di saat para pemain lainnya datang menggunakan mobil mewahnya ke tempat latihan.
Adrian dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Ia beserta istrinya, Tamara, kerap menggunakan transportasi publik baik di London maupun ketika pulang kampung ke Spanyol.
âSaya menempatkan diri saya sebagai orang biasa, jadi mengapa tidak menggunakan Underground (kereta bawah tanah) ketika kamu bisa dan itu lebih cepat daripada menyetir (kendaraan pribadi)?â ujarnya, âSaya selalu dan akan menjadi orang yang sama, sejak saya memulai di Betis hingga sekarang,â
âKeluarga saya dan teman sama saja dan saya memilih diri saya untuk menjadi orang yang humble. Terlepas dari sepakbola, Anda harus ingat bahwa Anda adalah manusia biasa. Anda tidak bisa memandang rendah pada orang lain. Mungkin ada beberapa pemain sepakbola yang seperti itu tapi semua orang berbeda,â tutupnya.
Masa Depan di West Ham United
Kontraknya yang baru diperpanjang dua tahun pada Oktober 2015 lalu, membuat Adrian menjadi salah satu pemain yang berkesempatan mengukir sejarah menjadi kiper utama West Ham di stadion megah yang akan dipakai mulai musim depan.
Musim depan, West Ham United akan berpindah kandang ke Olympic Stadium yang jelas merupakan momen yang bersejarah. Namun tentunya, akan sulit bagi seorang Adrian melupakan Boleyn Ground atau yang akrab disebut Upton Park. Menurutnya, Upton Park seperti memiliki ikatan tersendiri dengannya.
âUpton Park adalah stadion bersejarah dan bertipikal khas-Inggris. Di sana ada kehangatan, dan Anda akan merasakan orang-orang (menjadi) dekat dengan Anda,â ujarnya seperti dikutip Independent.
âTapi Olympic Stadium adalah stadion yang spektakuler. Saya telah mengunjunginya beberapa kali dan saya pikir ini akan menjadi langkah besar dan dan gerakan untuk memodernisasi klub dan membantu kami bersaing dengan klub lain,â tambahnya.
Adrian semakin menjadi favorit pendukung West Ham ketika berhasil menjadi penentu kemenangan adu penalti atas Everton di ajang Piala FA 2015
Adrian juga mengingat salah satu momen terbaiknya sejauh ini bersama West Ham, yaitu saat ia mencetak gol kemenangan di babak adu penalti melawan Everton di ajang Piala FA 2015.
âSebagai pemain, ya tentu. Karena saya belum pernah mencetak gol penalti sebelumnya. Ini salah satu momen terbahagia bagi saya selama berada di West Ham,â ujarnya seperti dikutip whufc.com
Adrian tidak hanya sukses di karier sepakbolanya saja. Saat ini ia telah mengantongi gelar sarjana Ilmu Olahraga dari University of Seville. âSetelah debut saya di Betis, sangat sulit untuk masuk kelas (perkuliahan) karena semua orang meminta untuk tanda tangan dan berfoto. Semua orang menyangka saya sekarang adalah orang yang berbeda, namun saya masih Adrian yang sama saat seperti dulu,â pungkasnya.
***
Pujian âtidak langsungâ pun kini diberikan oleh pelatih tim nasional Spanyol, Vicente Del Bosque. Dalam sebuah sesi wawancara di sebuah radio di Spanyol pada November lalu, Del Bosque yang lelah mendapat permintaan dari para pemainnya untuk memanggil pemain-pemain pilihan mereka lantas berujar, âMengapa tidak ada yang meminta kepada saya (memanggil) Adrian, si kiper West Ham itu?â
Adrian sejauh ini mampu mengawal gawang West Ham dengan baik. Tim berlogo palu silang tersebut kini menjadi tim peringkat ke-4 dalam hal kemasukan gol dengan 33 gol. Ia telah membuat 73 penyelamatan sepanjang musim ini dan membuat delapan clean sheets.
Penampilan West Ham yang baik di Liga Primer Inggris kini menjadikan mereka salah satu penantang perebutan kualifikasi Liga Champions. Dan bukan tidak mungkin rencana pemanggilannya ke timnas Spanyol di Euro 2016 nanti menjadi lonjakan karier dari seorang Adrian San Miguel del Castillo. Adrian, pemuda dari Sevilla yang tetap merendah di luar lapangan, namun dengan prestasinya dapat meroket di lapangan hijau.
Foto: ho-soccer, whufc, fcbarcelona
[tr]
ed:Â fva
Komentar