Beberapa dekade yang lalu di mana kolonialisme masih sangat kental dengan Belanda, banyak pekerja kontrak yang dikirim ke Suriname, negeri jajahan Belanda. Di sana terdapat banyak perkebunan yang potensial untuk digarap, akan tetapi Belanda tidak mempunyai sumber daya manusia yang cukup untuk merawatnya.
Maka dari itu diambillah pekerja kontrak dari Pulau Jawa, yang merupakan bagian dari area jajahan Belanda kala itu. Hal itu termasuk salah satu faktor kuat mengapa budaya Jawa sangat kental di negara yang terletak di Amerika Selatan tersebut. Akan tetapi sebelum orang Jawa, pekerja kontrak asal India lebih dahulu bekerja di perkebunan tersebut. Dengan alasan banyak ulah dan terlalu banyak meminta upah akhirnya mereka harus digantikan.
Jika mereka tidak banyak ulah dan memiliki standar yang terlalu tinggi dalam hal komisi, bisa jadi pekerja asal India akan lebih banyak yang menetap di Suriname. Dan belum tentu Luciano Narsingh bermain bersama PSV Eindhoven seperti saat ini. Narsingh merupakan keturunan India. Kakek dan neneknya merupakan salah satu pekerja kontrak bangsa India yang ikut dipekerjakan di perkebunan Suriname. Akan tetapi ia lahir di Amsterdam, dan berkebangsaan Belanda.
Narsingh mengawali kariernya di Hereenveen sebelum akhirnya membela PSV hingga sekarang. Karirnya di timnas Belanda telah dimulai pada 2012, yang kala itu de Oranje dilatih oleh Bert van Marwijk berhadapan dengan Inggris. Dan pada Piala Eropa di tahun yang sama ia berhasil masuk menjadi pilihan pelatih yang kini melatih Kesebelasan Negara Saudi Arabia tersebut.
Di musim lalu ia berhasil membawa PSV meraih gelar Eredivisie ke-22-nya, setelah berhasil mengungguli rivalnya, Ajax Amsterdam, yang berada di posisi kedua. Dengan meraih titel juara tersebut PSV secara otomatis lolos ke Liga Champions tanpa melwati fase playoff.
Pada fase grup dengan mengejutkan mereka berhasil lolos sebagai peringkat kedua di bawah Wolfsburg. Pasukan Philip Cocu berhasil membuat Manchester United terlempar ke Liga Europa setelah hanya finis di posisi ketiga. Hasil tersebut membuat PSV lolos ke babak 16 besar sebagai runner up, yang akhirnya mempertemukan mereka dengan Atletico Madrid yang merupakan juara grup C.
Pada leg pertama yang berlangsung di Phillips Stadion, PSV sukses menahan imbang Rojiblancos dengan skor imbang tanpa gol. Lalu pada pertemuan kedua disnilah Narsingh memberikan pengaruhnya, bukan pengaruh positif tentunya.
Luciano Narsingh merupakan satu-satunya penendang yang gagal dalam adu penalti saat PSV melawat ke markas Atletico Madrid pada babak 16 besar Liga Champions. Kegagalannya dalam mencetak gol membuat PSV harus takluk atas tuan rumah dengan skor 7-8.
Padahal PSV yang hanya bermain 0-0 di kandang telah berhasil menahan Atletico dengan skor kacamata di Vicente Calderon. Hingga dilangsungkannya babak tambahan belum juga terjadi gol, sampai akhirnya harus dilaksanakan adu penalti. Sebuah kejutan sebenarnya, pasalnya banyak yang mengira anak asuhan Diego Simeone tersebut akan menyingkirkan klub asal kota Eindhoven di 90 menit waktu normal.
Akan tetapi keajaiban yang terjadi semenjak fase grup sudah sirna, Narsingh yang menjadi algojo kedelapan gagal memasukan bola ke gawang. Tendangan kerasnya membentur mistar gawang, sementara itu eksekutor selanjutnya bagi Atletico, Juanfran, sukses mengelabui Jeroen Zoet yang tampil apik malam itu. Sirna sudah harapan PSV untuk melangkah ke babak perdelapan final.
Narsingh, sialnya merupakan satu-satunya dari 16 pemain yang gagal mencetak gol dari titik putih. Padahal ia tak membuat ulah, ia tak mendapatkan kartu kuning yang diterima oleh empat pemain PSV, selain itu ia juga tak banyak meminta. Narsingh hanya ingin mencetak gol seperti rekan-rekannya, dan hanya meminta keajaiban datang sekali lagi bagi PSV, untuk lolos dari babak 16 besar.
foto : espnfc
ed:Â fva
Komentar