Bintang lahir, tumbuh, kemudian mati. Lamanya rentang hidup setiap bintang berbeda-beda, tergantung kepada seberapa banyak hidrogen yang terkandung dalam dirinya sendiri. Seperti bintang, pemain sepak bola pun lahir, tumbuh, dan mati. Lamanya rentang karier mereka pun tak sama. Martin Demichelis yang sudah berada dalam senja kariernya, seperti sebuah bintang yang sudah waktunya meredup. Di saat yang bersamaan sebuah bintang baru bernama Marcus Rashford lahir.
Demichelis menjadi kambing hitam dalam kekalahan yang dialami klubnya, Manchester City, pekan lalu. Sialnya, kekalahan tersebut dialami bukan pada partai biasa, melainkan pada laga Manchester Derby melawan Manchester United; pertandingan yang merupakan ajang penuh gengsi bagi kedua tim yang dari kota Manchester tersebut.
Demichelis yang kaya akan pengalaman dikelabui dengan mudah oleh Rashford sang pemain remaja. Setelah menerima umpan dari Juan Mata, Rashford yang unggul dalam kecepatan melewati Demichelis yang gagal menghentikan pergerakan pemain berusia 18 tahun tersebut. Dengan mudah Rashford menceploskan bola ke gawang yang dijaga Joe Hart. Lebih sial lagi bagi Demichelis, gol Rashford merupakan satu-satunya gol yang tercipta pada pertandingan yang digelar di Etihad Stadium tersebut. Satu gol yang cukup untuk mempermalukan Citizen di depan pendukungnya sendiri.
Tak hanya itu, ia juga membuat kesalahan setelah memberikan back pass tanggung kepada Hart, yang hampir dimaanfaatkan oleh Anthony Martial menjadi gol. Beruntung Hart dengan sigap mampu menghalau umpan tersebut, akan tetapi aksi penyelamatan itu harus dibayar dengan karena membuat kiper Timnas Inggris tersebut harus ditarik keluar akibat cedera betis. Komplit sudah kesialan yang didapat oleh Demichelis, kekalahan sekaligus cederanya pemain penting di timnya merupakan akibat dari kesalahannya.
Di sisi lain, Rashford muncul sebagai pahlawan dalam laga derby tersebut. Pemain yang sempat mencuat setelah dua golnya ke gawang Arsenal membawa United menang itu menjadi penyelamat bagi Setan Merah. Predikat yang berbanding terbalik dengan Demichelis.
Sebenarnya Demichelis merupakan pemain yang sudah malang melintang di berbagai liga top Eropa. Ia pernah berseragam Bayern Munchen dan meraih empat gelar Bundesliga serta empat gelar DFB Pokal. Pada musim 2010/2011, pemain yang mengawali karirnya di River Plate tersebut hijrah ke Malaga. Tepat di tanggal 1 September 2013 ia mengikuti jejak pelatih Manuel Pelegrini untuk membela City.
Sementara itu karirnya di timnas Argentina juga terhitung awet, Demichelis menjalani debutnya saat Piala Konfederasi 2005. Dan hingga Piala Dunia terakhir yang diselenggarakan di Brazil dua tahun lalu serta Copa America setahun sesudahnya, ia masih memberikan kontribusinya. Dalam dua ajang internasional tersebut Demichelis sukses membawa Tim Tango menjadi runner up.
Akan tetapi semua itu telah berlalu, kini usianya tak muda lagi yakni 35 tahun. Meski sarat akan pengalaman, tetapi kecepatan Demichelis telah berkurang. Terbukti pada laga terakhir ketika Manchester Derby, Demichelis takluk ketika berhasil dilewati oleh pemain yang usianya hampir setengah dari usianya sekarang.
Itu merupakan bukti bahwa dalam sepakbola, para bintang dapat lahir dan mati. Saat seorang bintang seperti Demichelis yang sudah lama mengitari Argentina, Munchen, Malaga dan City sudah dimakan usia, Rushford muncul sebagai bintang baru yang menyala-nyala berwarna merah dan paling bersinar di Emirates Stadium tempat Demichelis seharusnya bersinar.
Foto: Pixabay
(pik)
Komentar