Jeda internasional biasanya tidak disukai oleh sebagian besar penggemar kesebelasan Eropa. Sebagian dari mereka mengeluhkan keterbatasan untuk melihat pemain-pemain idolanya berlaga. Namun, ada yang berbeda dari jeda internasional kali ini, terutama bagi para penggemar klub yang biasanya âsulitâ melihat para pemain idolanya berlaga untuk tim nasional, apalagi mampu menjadi pahlawan kemenangan bagi panji negaranya.
Ya, apalagi kalau bukan kejutan yang diberikan tim nasional Inggris yang mampu menumbangkan juara Piala Dunia 2014, Jerman dalam laga persahabatan pada Minggu (27/3) dini hari WIB. Dalam laga yang berlangsung di Olympiastadium Berlin tersebut, sang juara dunia Jerman takluk 2-3 atas Inggris.
Agak mengejutkan memang, karena The Three Lions yang memiliki rekor yang tidak cukup baik melawan musuh bebuyutannya, Der Panzer, dapat memenangi laga tersebut, meskipun sempat tertinggal dua gol terlebih dahulu. Namun, yang lebih mengejutkan adalah penampilan ciamik pemain-pemain yang datang dari klub-klub yang selama ini diremehkan pengaruhnya dalam tim nasional Inggris setidaknya dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
Nama-nama pemain dari timnas Inggris biasanya banyak (dan masih) dihiasi oleh pemain yang berasal dari Manchester United, Liverpool, Chelsea, Arsenal, dan satu dua pemain dari klub lainnya. Kali ini pendukung Spurs dan Leicester City patut berbangga hati. Pasalnya, penampilan baik dua klub ini di liga saat ini sering dicibir. Ketidakmampuan klub besar untuk memberikan penampilan terbaik dituding sebagai salah satu penyebab meroketnya penampilan kedua klub ini. Tapi agaknya apa yang dibuktikan oleh penampilan timnas Inggris beberapa hari lalu setidaknya menyangkal anggapan tersebut.
Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa pemain dari Leicester City seperti Jamie Vardy bisa langsung membuat gol vital (yang juga cantik) ke gawang Manuel Neuer. Vardy, banyak diramalkan seperti striker-striker Inggris lainnya yang bagus dalam penampilan bersama klub saja, tapi memiliki mentalitas yang kurang mumpuni untuk berprestasi di tim nasional. Empat penampilan sebelumnya ia belum kunjung mencetak gol bagi timnas Inggris. Namun agaknya anggapan tersebut bisa dikikis oleh penyerang berusia 29 tahun tersebut usai laga kontra Jerman kemarin.
Vardy menjadi pemain dari Leicester City pertama yang memperkuat timnas Inggris setelah terakhir diperoleh oleh kiper The Foxes, Ian Walker pada 2004. Kala itu ia menjadi pemain pengganti saat Inggris menumbangkan Estonia dengan skor 6-1. Vardy  juga menjadi pemain pertama Leicester City yang mencetak gol bagi Three Lions sejak Gary Lineker pada 1985.
Selain Vardy, ada Harry Kane. Tidak seperti Vardy yang langsung masuk tim nasional senior, Kane adalah nama yang sudah akrab bagi para pendukung tim dari negara Ratu Elizabeth. Ia sudah bermain sejak timnas U-17 namun baru masuk ke timnas Inggris pada Maret 2015 lalu. Penyerang berusia 25 tahun tersebut mempu memberikan pengaruh besar dalam permainan tim asuhan Roy Hodgson. Tottenham Hotspur yang di awal musim tidak banyak diramalkan sebagai title contender Liga Primer, kini bisa menjadi kekuatan mengejutkan berkat aksi penyerang 25 tahun tersebut.
Spurs tidak hanya menyumbangkan Kane, namun juga Danny Rose, Delle Ali, serta Eric Dier kedalam daftar pemain yang dibawa Roy Hodgson.
Selanjutnya, Danny Rose. Pemuda berusia 22 tahun ini baru melakukan debutnya sebagai starter dalam laga kontra Jerman kemarin. Pemain lulusan akademi Leeds United ini sebelumnya pernah dipanggil pada Agustus 2014 lalu, namun tidak pernah turun bermain. Danny sempat diprotes dan dituntut untuk dijual oleh pendukung Spurs di awal musim karena dianggap sebagai bagian dari rezim Villas Boas. Namun, perlahan ia bisa membuktikan bahwa ia adalah bek kiri masa depan Inggris berkat penampilannya yang menjanjikan.
Dele Alli yang penampilannya cemerlang pada musim ini pun mampu membuktikan performa terbaiknya bersama tim nasional. Pemain lulusan akademi MK Dons ini memulai debutnya pada November 2015 lalu dan langsung mencetak gol. Penampilan ciamiknya bersama Spurs musim ini membuat Hodgson memasangnya sebagai salah satu pemain inti. Hasilnya, di laga kontra Jerman ia meraih gelar Man of the Match.
Nama terakhir kiranya agak mengernyitkan dahi sebagian pendukung. Eric Dier sudah pernah bermain sejak level U-18 hingga U-21. Pemain yang dibeli Spurs pada musim lalu ini sukses membuktikan penampilan ciamiknya di Liga Primer mampu dibawanya ke tim nasional dan mencetak gol perdananya bagi The Three Lions dalam laga kontra Jerman.
Dengan apiknya penampilan nama-nama tersebut, kiranya akan menjadi pertimbangan yang besar bagi Roy Hodgson untuk memanggil pemain-pemain lain dari klub yang notabene tidak familiar dengan panggilan tim nasional. Nama-nama lain yang mengantarkan timnya menjadi salah satu kekuatan alternatif di Liga Primer di musim ini seperti Mark Noble, Michail Antonio, Aaron Creswell, dari West Ham United agaknya mulai harus masuk daftar pertimbangan seorang Roy Hodgson.
Eks-manajer Fulham tersebut juga harus lebih berani mencoba menurunkan pemain yang dipanggilnya seperti Tom Heaton yang bermain di Divisi Championship bersama Burnley, juga untuk mencoba menurunkan Danny Drinkwater di laga selanjutnya.
Yang jelas, kehadiran Spurs dan Leicester sebagai pesaing dalam perebutan gelar di liga, membawa berkah. Spurs dan Leicester tak ubahnya kesebelasan Inggris yang memang mengandalkan para pemain Inggris sebagai tulang punggung tim. Hal ini menjadi berkah buat Hodgson karena ia punya roster pemain yang banyak dan dalam. Kini, tinggal melihat bagaimana mental mereka utamanya saat menghadapi kompetisi yang sebenarnya di Piala Eropa 2016 mendatang.
Foto: AFP/getty, theworldgame.sbs.au
[tr]
ed:Â fva
Komentar