Pada 26 Oktober 2015 lalu, Indonesia dihebohkan dengan sepakbola gajah antara PSS menghadapi PSIS pada semifinal Divisi utama di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara. Tidak ada yang salah dengan skor kemenangan 3-2 PSS atas PSIS saat itu. Namun laga menjadi heboh karena seluruh gol yang terjadi karena bunuh diri para pemainnya.
Banyak orang menganggap gol-gol bunuh diri itu lahir karena kedua kesebelasan tidak ingin menjadi juara grup untuk menghindari bertemu PBFC pada fase berikutnya. Kedua kesebelasan tersebut tidak ingin bertemu dengan PBFC yang dianggap selalu diuntungkan wasit selama perhelatan Divisi Utama saat itu. Sehingga jika bertemu PBFC pada laga selanjutnya, akan sulit bagi PSIS atau PSS untuk lolos ke ISL.
Pertandingan tersebut menjadi salah satu hal yang memperkuat dugaan keterlibatan PBFC dengan pengaturan skor di Divisi Utama saat itu. Dugaan itu membuat PBFC bisa dibilang menjadi salah satu kesebelasan yang tidak disukai penikmat sepakbola Indonesia. Nabil sendiri sadar akan respon itu. Tapi di sisi lain, ia merasa difitnah terkait sepakbola gajah.
"Saya pikir kabar-kabar yang seperti itu ya bisa saja terjadi. Walaupun yang tahu kami, pasti mengatakan tidak mungkin sampai terjadi sepakbola gajah. Ya itu sebenarnya urusan tim mereka sendiri yah, kenapa melakukan seperti itu, mungkin karena untuk menghindari kami, atau whatever. Kami tidak memandang dan memilih-milih lawan. Artinya, siapapun pasti kami lawan," tegas Nabil.
Ia pun menjawab pertanyaan tentang dugaan penyebab sepakbola gajah itu dengan tenang. Menurutnya, kecurigaan-kecurigaan kepada PBFC cukup wajar, mengingat di Indonesia sangat jarang ada klub yang berumur tujuh bulan bisa menjuarai Divisi Utama. Atas alasan itulah yang dianggapnya sebagai faktor utama ketidakpercayaan masyarakat kepada PBFC. Sehingga gelar juara Divisi Utama yang diraih klubnya itu dianggap hasil kecurangan. Kendati demikian, hal itu diterima Nabil sebagai pembelajaran, yaitu bagaimana PBFC bisa lebih siap menghadapi omongan yang tidak masuk akal atau tidak benar.
Citra yang Dibangun Nabil untuk PBFC
Nama PBFC sempat buruk karena dikaitkan dengan sepakbola gajah. Bagi Nabil, hanya prestasi yang bisa menyembuhkan citra klubnya yang pernah tercoreng. Agar mampu meraih prestasi, komunikasi dengan para pemainnya menjadi sebuah kunci. Ia mengaku selalu mengingatkan para pemainnya agar tetap positif dan menjaga sopan santun kepada siapapun tanpa memandang siapapun orangnya, "Kami ingin berprestasi dan bisa dilihat di Indonesia, bahwa kami dari Kalimantan, Samarinda, bisa baik juga seperti tim besar lainnya," kata Nabil.
Hal utama yang dilakukan Nabil untuk membentuk citra PBFC adalah mengikat para suporternya sendiri. Ia memulai dengan memperkenalkan klubnya di Samarinda dan akhirnya berhasil dicintai banyak suporter di sana. Alhasil, Nabil berhasil merebut hati suporter sepakbola di Samarinda yang identik dengan Persisam sewaktu era ISL, menjadi lebih loyal kepada PBFC.
Citra lain yang dibangunnya adalah kualitas apparel, fasilitas pemain, merchandise dan lainnya. Nabil mengaku selalu berkomunikasi dengan pihak sponsor apparel untuk mendapatkan desain terbaik. Soal merchandise, ia mengaku masih belajar, namun diyakini pelan-pelan akan semakin berkembang.
Tapi salah satu hal yang paling dibanggakan PBFC adalah memiliki ruang ganti dengan desain interior yang bagus. Seluruh pemain diberi tempat khusus di ruang ganti dengan gantungan seragam yang tertata rapi di setiap lokernya. Warna jingga dan merah tua begitu kental di setiap loker pemain. Lampu redup pun mempercantik setiap seragam PBFC yang digantung di sana. Maka, bisa dibilang jika interior ruang ganti PBFC adalah salah satu yang terbaik di Indonesia. Bahkan ruang ganti mereka cocok dijadikan foto pra-wedding mantan bek PBFC, Panggah Madyantara.
"Saya terinspirasi dari AC Milan, kebetulan itu tim idola saya. Saya pengen copy-copy dikit, ya walaupun nggak persis banget, tapi lumayan baik," beber Nabil.
Turnamen yang Tidak Ingin Dipaksakan
Berbicara tentang turnamen yang selama ini selalu diikuti PBFC, Nabil mengaku tidak ada masalah. Namun menurutnya, sepakbola di Indonesia tidak bisa terus-terusan menyelenggarakan kompetisi dengan sistem turnamen, "Saya pikir kasihan juga untuk tim, pemain dan manajemen juga. Bingung juga apa harus bagaimana jika terus-terusan seperti ini. Apalagi dengan jadwal yang ngaco-ngaco," imbuhnya.
Nabil pun sempat mengeluhkan jadwal pertandingan PBFC yang berbeda dengan kesebelasan lain di Piala Bhayangkara. Ia merasa jika jadwal di Piala Bhayangkara bisa membuat cedera para pemainnya. Bahkan Tarik Bochetti dan Terens Puhiri sempat mengalami cedera pada Piala Bhayangkara. Kendati demikian, Nabil menerimanya dengan legowo. Pasalnya, ia tidak memasang target tinggi pada ajang Piala Bhayangkara 2016. Ia menjadikan Piala Bhayangkara sebagai ajang seleksi pemain menuju Indonesian Super Soccer (ISC) yang rencananya digelar akhir April.
"Target kami di Piala Bahyangkara ini memang tidak ada, cuma dengan waktu yang kiranya cocok untuk melihat pemain kami, bagaimana kondisi terakhir sebelum memulai ISC. Saya pikir ini waktu yang tepat untuk seleksi pemain dan lain-lain semua," cetus Nabil. Ia mengatakan Indonesia hanya membutuhkan kompetisi yang sehat, bersih dan baik, secepat mungkin, "Yang sehat itu ya tidak ada masalah. Tidak ada masalah finansial. Tidak ada masalah-masalah, (kompetisi) bisa jalan dari bulan A sampai terakhir," pungkasnya.
Hegemoni Tandingan Nabil Husein dan Dugaan-dugaan Sepakbola Gajah
Ceritaby Randy Aprialdi 17/04/2016 09:20 47074
Komentar