Dalam pertunjukan drama atau teater selalu ada pemeran utama yang menjadi poros cerita. Sementara itu, pemeran lainnya hanyalah pendukung atau figuran. Namun, bukan berarti pemeran figuran tidak memiliki peranan penting juga dalam kisah yang sedang dibawakan.
Pertunjukan teater, seperti halnya pertunjukan sendratari ataupun penampilan sebuah band, adalah sebuah pertunjukan ansambel. Pertunjukan itu adalah sebuah kesatuan dan elemen-elemen di dalamnya tidak bisa terpisahkan satu sama lain dan saling membantu untuk kesuksesan sebuah pertunjukan. Contoh sederhananya, sutradara tidak akan dapat mengeluarkan kemampuannya jika tidak ada aktor yang bisa ia arahkan, pun dengan aktor pasti akan bermain tanpa tujuan jika tidak ada sutradara yang mengarahkan mereka.
Antar satu aktor dengan aktor lain memiliki hubungan yang saling membutuhkan. Dalam dunia teater, ataupun teori-teori yang menjelaskan tentang karya fiksi dan kesusastraan, ada istilah yang disebut sebagai foil character, atau yang biasa disebut karakter "figuran". Karakter ini biasanya memperkuat karakter lain, atau karakter yang membuat karakter lain menjadi lebih muncul dan lebih kuat. Misalnya, karakter yang bersifat pemarah, sifat pemarahnya itu akan muncul jika ada karakter yang bersifat kalem dan tenang. Begitupun sebaliknya.
Dengan begitu, tiap penampil/aktor harus mengetahui perannya masing-masing dan mengetahui porsi dari perannya masing-masing, dan setiap peran itu penting adanya. Begitupun halnya dengan sebuah tim sepakbola, jika dilihat dari sisi yang lain, tim sepakbola pun seperti sebuah rombongan penampil dalam sebuah pertunjukan teater/drama.
Dipimpin oleh seorang sutradara, para aktor harus tampil prima di setiap pertunjukannya. Mereka mesti berlatih keras agar memahami peran masing-masing secara maksimal, sehingga pertunjukan berakhir dengan kesuksesan dan para penonton bertepuk tangan riuh.
Dalam pertunjukan, sang aktor utama akan lebih sering disorot, lebih sering naik panggung. Sementara itu, para pemain figuran biasanya hanya dianggap sebagai pelengkap. Ia, biasanya, dianggap sekadar penambah penderita dari kehadiran aktor utama.
Dalam pertunjukan Leicester City, salah seorang figuran itu bernama Shinji Okazaki. Namanya hampir jarang disebut saat orang-orang bersorak tentang kesuksesan pertunjukan Leicester. Orang-orang lebih fasih dengan nama-nama seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez, N`Golo Kante, dan Danny Drinkwater. Para penonton seolah melupakan Okazaki, yang memang tidak rutin tampil penuh seperti para pemain utama.
Untuk ukuran seorang figuran, Okazaki dihargai dengan mahal. Ia didatangkan dari Jerman dengan biaya 11 juta euro. Dengan biaya sebesar itu, Okazaki belum menorehkan sebuah pencapaian yang fenomenal, seperti halnya rekan-rekannya yang lain.
Namun, sebuah pertunjukan mesti mendapatkan dukungan dari semua elemen yang ada di dalamnya. Setiap aktor punya peran masing-masing di lapangan. Ini yang serupa dengan apa yang diperankan Okazaki. Meski tidak terlihat, Okazaki adalah pendukung utama Vardy atau Mahrez. Ia memiliki peran besar dari kesuksesan dua pemain tersebut. Okazaki adalah aktor yang cerdas secara taktikal, tidak egois, dan juga pekerja keras.
Dalam pertunjukan terakhir di Leicester, terlihat benar saat Okazaki digantikan oleh Leonardo Ulloa. The Foxes seperti kehilangan sosok petarung dalam pertunjukan tersebut, karena Okazaki adalah aktor yang mampu menggapai umpan-umpan yang aneh serta mampu menekan bek lawan. Alhasil, Leicester kecolongan karena bermain lebih defensif. Mereka pun kebobolan dua gol dalam pertandingan tersebut.
Shinji Okazaki memang bukan aktor yang menonjol di Leicester. Tapi, setidaknya ia telah memainkan peran sebagai pemain "figuran" dengan baik di Leicester, seperti halnya Makelele yang memainkan peran figuran saat ia berada di Real Madrid, sehingga melahirkan sebuah "Makelele Role". Meski di akhir pertandingan tidak mendapatkan tepuk tangan yang lebih meriah dibanding Vardy atau Mahrez, setidaknya, Okazaki ikut berkontribusi dalam menjadikan pertunjukan Leicester menjadi meriah dengan berperan sebagai foil character.
Okazaki, meski tidak terlihat, benar-benar memainkan peranannya dengan baik sebagai pendukung seorang Jamie Vardy ataupun Riyad Mahrez. Contoh paling kentara, terlihat dari apa yang ia perankan saat laga melawan West Ham. Sebelum proses gol Vardy tercipta, ia berhasil melakukan sebuah decoy run untuk menarik Mark Noble ke sisi kanan sehingga N`Golo Kante yang saat itu sedang berlari bebas di area tengah berhasil mengirimkan bola kepada Vardy yang berlari di sisi kiri, dan gol pun tercipta.
Musim ini, Okazaki telah bermain di 35 pertandingan dengan menorehkan enam gol dan dua assist. Untuk ukuran sebuah striker, catatan gol yang sedikit ini tentunya bukanlah sebuah catatan yang baik, apalagi luar biasa. Tapi, sepakbola adalah sebuah pertunjukan ansambel, seperti halnya pertunjukan teater ataupun band. Tiap pemain, memiliki perannya masing-masing di lapangan.
Ada yang mau tepuk tangan untuk Okazaki?
foto: premierleague.com
ed: fva
Komentar