Gianluigi Buffon, Striker yang Ia Takuti, dan Kepercayaannya akan Kiper Masa Depan Italia

Cerita

by Redaksi 33 39320

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Gianluigi Buffon, Striker yang Ia Takuti, dan Kepercayaannya akan Kiper Masa Depan Italia

Gianluigi Buffon adalah salah satu penjaga gawang terbaik dunia. Bukan hanya karena ia pernah berhasil memecahkan rekor sebagai kiper termahal setelah ditransfer dari Parma pada tahun 2001 dengan mahar 45 juta euro, tapi juga karena ia sudah berhasil meraih banyak gelar bersama Juventus dan juga pernah meraih gelar Piala Dunia 2006 bersama Tim Nasional Italia. Bahkan, sampai usianya yang sekarang sudah menginjak 38 tahun ini, ia masih saja mencatatkan rekor. Baru-baru ini, Buffon mencatatkan rekor sebagai kiper di Serie A yang paling lama tidak kebobolan, yaitu sebanyak 974 menit.

Kepada Corriere dello Sport, Buffon bercerita tentang banyak hal, termasuk tentang masa lalunya saat masih mau saja membela Juventus di Serie B, striker yang ia takuti, dan juga bermacam-macam hal tentang sepakbola Italia.

Turun Level ke Serie B, Namun Tetap Membela Juve

Kisaran musim 2006/2007, Juve terdegradasi ke Serie B karena Si Nyonya Tua divonis terlibat kasus Calciopoli di musim 2004/2005 dan 2005/2006. Alhasil, gelar scudetto musim 2005/2006 pun akhirnya harus jatuh ke tangan Inter Milan sebagai tim di peringkat ke-3, karena peringkat ke-2 saat itu, AC Milan pun terlibat kasus yang sama.

Eksodus besar-besaran pemain pun terjadi. Lillian Thuran, Zlatan Ibrahimovic, dan Fabio Cannavaro yang menjadi tulang punggung Juve di musim 2005/2006 memilih untuk hengkang. Namun, Buffon tetap saja menunjukkan kesetiaannya. Bersama dengan Alessandro Del Piero kala itu, ia membela panji Juve di Serie B dan membuat Juve akhirnya mampu bangkit dan kembali ke Serie A di musim setelahnya.

"Sebenarnya saya bisa saja pindah klub pada musim panas tahun 2006 karena banyak klub besar yang mengontak saya. Namun, pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap tinggal dan membela Juve karena saya percaya akan sebuah rasa terima kasih yang kelak akan menuntun kami kembali ke Serie A saat itu. Saya melakukan apa yang seharusnya, tanpa diiringi oleh ucapan retoris atau apapun. Intinya, buktikan jika kau cinta Juve, dan saya sudah membuktikannya," ujar Buffon.

Musim 2007/2008, saat Juve kembali ke Serie A pun adalah musim yang hebat. Mereka langsung finish di peringkat ke-3 musim tersebut dan berhasil masuk ke babak kualifikasi Liga Champions Eropa musim 2008/2009. Namun setelah itu, Juve sempat terjerembab di papan tengah selama beberapa musim sebelum akhirnya Antonio Conte membangunkan kembali Si Nyonya Tua.

Striker yang Ditakuti oleh Seorang Buffon

Sebagai seorang kiper, Buffon juga pastilah memiliki striker yang ia takuti. Selama berkarier di Serie A, Buffon mengungkapkan bahwa ada dua striker yang kerap membuat dia susah tidur di malam hari. Striker itu bernama Christian Vieri, striker maut asal Italia dan Ronaldo Nazario da Lima, striker maut asal Brasil. Yang membuat menarik adalah, kedua-duanya sama-sama pernah membela klub Inter Milan.

"Christian Vieri, saat ia berada dalam kondisi prima dan Ronaldo (Nazario da Lima). Mereka berdualah yang membuat saya susah tidur jika dibandingkan dengan striker-striker yang lain," ujar Buffon.

Oleh karenanya, tidak heran bahwa Buffon sampai berjingkrak-jingkrak kegirangan saat ia berhasil menahan tendangan penalti Ronaldo, saat ia masih membela Parma. Baginya, hal itu merupakan salah satu momen terindah dalam ingatannya.

Tentang Serie A, Totti, dan Kiper Masa Depan Italia

Sebagai sesama pemain yang lama membela satu klub, Buffon tentunya paham akan perasaan Fransesco Totti, pemain AS Roma. Di akhir-akhir musim 2015/2016, Totti dikabarkan sempat berselisih dengan Luciano Spalletti, meski pada akhirnya sempat juga menunjukkan sisa-sisa sihirnya beberapa kali dalam pertandingan Roma.

"Bicara tentang Totti, saya kira ia adalah pribadi yang unik. Takkan ada lagi orang yang bisa menulis cerita seperti seorang Totti. Namun, di sisi lain, manajer Roma (Spalletti) berusaha untuk membangun keseimbangan dalam tim. Saya kira, keduanya mampu bekerja sama dengan baik. Hanya saja mereka tidak saling memahami satu sama lain sehingga terciptalah konflik," ujar Buffon.

Selain bicara tentang Totti, ia juga bicara tentang masa depan kiper Italia. Secara jujur, ia mengakui bahwa ia merasa puas dengan perkembangan kiper-kiper Italia saat ini. Ia juga menyanjung bagaimana kiper-kiper itu dilatih dan siap untuk menerima buah dari apa yang sekarang sedang ditanam oleh klub-klub Serie A.

"Saya senang sekali dengan peningkatan kualitas kiper di Serie A ini. Klub-klub telah melatih kiper itu dengan sangat baik dan saya tidak sabar untuk menanti hasil dari peningkatan ini di masa depan," ujar Buffon.

"Gianluigi Donnarumma, Emil Audero, dan Alex Meret, nama-nama muda yang menjanjikan, belum lagi ditambah dengan nama-nama seperti Mattia Perin, Marco Sportiello, Andrea Consigli, Antonio Mirante, dan masih banyak lagi, saya jadi optimis akan masa depan kiper timnas Italia," ujarnya.

foto: collary.com

Komentar