Keputusan sudah dikeluarkan oleh UEFA bahwa wasit yang akan memimpin pertandingan final Liga Champions Eropa yang mempertemukan antara Real Madrid dan Atletico Madrid di San Siro pada Minggu (29/5) adalah Mark Clattenburg, wasit asal Inggris. Tak bisa ditawar dan tak bisa diubah lagi. Keputusan ini mutlak.
Hal ini tentunya akan menjadi sebuah kepuasan sekaligus beban tersendiri bagi Clattenburg. Terhitung, dalam musim 2015/2016 ini ia sudah memimpin beberapa pertandingan penting, seperti pertandingan antara Manchester United melawan Crystal Palace dan juga "Battle of the Bridge" yang mempertemukan Chelsea dan Tottenham Hotspur.
Namun, apa yang akan Clattenburg rasakan nanti akan sedikit berbeda. Clattenburg akan merasakan apa yang pesohor layar kaca rasakan. Para pesohor layar kaca tersebut, adalah sosok-sosok yang tak pernah lepas dari perhatian orang-orang. Segala apapun yang dilakukan, apapun yang ia sukai, segala sesuatu yang ia perbuat, tidak akan lepas dari sorot mata orang-orang.
Di satu sisi, hal ini memang cukup menyenangkan. Menjadi perhatian orang, kemanapun akan dikejar orang, banyak yang mengidolakan (ada juga yang membenci), banyak yang meminta foto bersama, dan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Namun, di sisi lain, menjadi sosok yang diperhatikan seperti itu tidaklah selamanya menyenangkan dan mengasyikkan.
Ketika berbuat kesalahan, seperti halnya berbuat sesuatu yang negatif ataupun yang menurut orang adalah sesuatu yang tidak baik, maka anda harus sudah siap menerima telunjuk orang-orang yang mengarah langsung ke wajah anda. Kalau pun ingin memperbaiki image, butuh waktu lama bagi anda untuk melakukan hal tersebut.
Agaknya, hal inilah yang harus disadari oleh seorang Mark Clattenburg. Selain tentunya semua mata akan tertuju kepada Real Madrid dan Atletico Madrid sebagai finalis di San Siro nanti, semua mata juga akan tertuju pada dirinya sebagai wasit yang ditunjuk oleh UEFA untuk memimpin pertandingan final Liga Champions Eropa.
Memang, di satu sisi, ini adalah kehormatan bagi seorang wasit. Ditunjuk memimpin pertandingan seakbar partai final Liga Champions Eropa mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Namun, di sisi lain, ini adalah sebuah beban tersendiri karena, sekali membuat kesalahan dalam partai sebesar ini, bukan tidak mungkin cap wasit buruk akan terus melekat kepada diri seorang Clattenburg. Beberapa pengamat pun tampaknya tahu benar akan hal ini.
"Saya kira Mark (Clattenburg) akan memimpin pertandingan yang penuh tekanan pada Sabtu (Minggu dini hari WIB) nanti. Namun, saya kira semuanya hanya tentang awal pertandingan. Kalau sejak awal pertandingan Mark sudah mampu melakukan hal yang benar, seperti tidak terlalu cepat memberikan kartu, saya yakin ia akan memimpin pertandingan dengan baik," ujar seorang pandit, Stewart Robson, seperti dilansir ESPN FC.
Clattenburg sekiranya harus paham kalau Atletico dan Real Madrid bukanlah tim yang baru saja sekali ini mengecap partai final. Apalagi Real Madrid, yang sudah mengoleksi 10 trofi Liga Champions Eropa, pasti mereka sudah terbiasa dengan atmosfer partai final. Intimidasi dan tentunya tensi tinggi akan selalu menghiasi, belum lagi intrik-intrik dari pelatih maupun pemain yang kerap membuat wasit seolah menjadi orang yang dipersalahkan.
Dengan pengalaman Clattenburg yang sudah menjadi asisten wasit sejak masih berusia 18 tahun, seharusnya ia sudah paham dalam menghadapi tekanan tersebut, seperti halnya para pesohor layar kaca yang sudah terbiasa dengan sorotan orang-orang dan bagaimana menghadapi sorotan tersebut. Asal ia memiliki kepemimpinan yang cukup tegas seperti halnya saat ia memimpin laga Chelsea melawan Tottenham, maka ia tidak perlu risau.
Tapi, Clattenburg pun adalah wasit yang dikenal dengan kontroversinya. Kejadian saat memimpin pertandingan antara Chelsea melawan Manchester United pada 2012 lalu, saat ia mengatakan kata-kata bersifat rasis kepada John Obi Mikel, ataupun kata-kata tidak pantas yang ia ucapkan kepada Craig Bellamy pada 2009 lalu, membuktikan bahwa ia juga sama seperti pesohor layar kaca, tak lepas dari kontroversi.
Meski begitu, dukungan bagi dirinya pun, toh, berdatangan dari para wasit-wasit yang senegara dengan dirinya. Salah satu rekan seprofesinya di Inggris memberikannya semangat dan mengatakan bahwa Clattenburg akan belajar dari segala kesalahan yang pernah ia lakukan.
"Ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama, saya jamin itu. Ia adalah orang yang terus belajar dari kesalahannya. Ingat kejadian saat ia memimpin pertandingan Chelsea pada 2012 lalu? Ia berhasil melupakan kejadian itu dan belajar darinya," ujar rekan Clattenburg tersebut seperti dilansir ESPN FC.
"Selalu akan ada dukungan baginya, baik itu dari wasit sesama Inggris maupun wasit dari negara Eropa yang lain. Kami bersama Clattenburg," tambahnya.
Partai final Liga Champions Eropa hanya tinggal beberapa hari lagi. Clattenburg cukup melakukan rutinitasnya seperti biasa sebagai wasit, yaitu menjaga kondisi fisiknya, pola makannya, dan juga beristirahat dengan cukup agar dirinya dapat tetap fit dalam laga final nanti. Dan tentunya, seperti yang pernah dikatakan oleh seseorang, jadilah wasit yang tidak dikenal karena sebaik-baiknya wasit adalah wasit yang tidak dikenal.
foto: talksport.com
Komentar