Peta Konflik Suporter dan Ancaman Kerusuhan di Euro 2016

Cerita

by Randy Aprialdi 61813

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Peta Konflik Suporter dan Ancaman Kerusuhan di Euro 2016

Halaman kedua


Jangan Macam-macam di Pelabuhan Marseille

Salah satu hal yang harus dilakukan di Prancis adalah menikmati minuman segar di bawah terik matahari pelabuhan Marseille. Atau berenang di pantai kawasan tersebut. Tapi aktivitas itu harus dihindari secara mencolok bagi suporter Inggris, Rusia, Ukraina dan Polandia, yang akan mendukung timnasnya di Stadion Velodrome, Marseille. Sebab aktivitas seperti itu akan mendatangkan risiko tersendiri bagi mereka.

Bahkan Ultras Marseille sudah menuliskan kalimat ini melalui media sosialnya: “Selamat datang di Marseille, fans Inggris”. Sebab di antara negara-negara itu, Inggris akan bertanding terlebih dahulu melawan Rusia di Stadion Velodrome pada 12 Juni nanti.

Ya, pelabuhan Marseille begitu berbahaya bagi suporter sayap kanan. Terutama bagi Inggris yang kemungkinan dihadiri hooligan sayap kanan seperti Head Hunters dari Chelsea. Di luar soal hooligan sayap kanan, ada potensi kekerasan dalam sejarah hooligan Inggris dengan penduduk keturunan Arab di Marseille. Perkelahian besar antara mereka pun pernah terjadi ketika Piala Dunia 1998. Waktu itu Inggris bertanding dengan Tunisia di Stadion Velodrome.

Dan kecemasan itu memang menjadi nyata. Para suporter Inggris mendapatkan serangan dari Ultras Marseille kemarin malam, Kamis (9/6). Kemudian para suporter Inggris berupaya mempertahankan diri walau berdarah-darah. Setelah bentrokan usai, mereka bernyanyi "ISIS di manakah kau berada?"

Nyanyian itu seperti menyentil penduduk Islam di Marseille. Di sisi lain, mereka menyanyikan itu karena aksi teroris tidak akan menghentikan mereka untuk mendukung Inggris di Prancis. Tapi usut demi usut, bentrokan itu terjadi karena para suporter Inggris sempat mengejek anak muslim yang melewati kerumunan mereka di Marseille.

Sementara pertandingan Inggris antara Rusia pun dikhawatirkan bakal terjadi bentrokan. Sebab kedua kubu hooligan memiliki persaingan dan sama-sama punya catatan kekerasan yang tinggi. Sementara pertandingan antara Ukraina dan Polandia yang akan digelar pada 21 Juni tidak terlalu dikhawatirkan memicu bentrokan. Namun yang dikhawatirkan adalah persatuan visi misi mereka sebagai anti Rusia.

Kendati tidak akan berhadapan dengan Rusia, yang dikhawatirkan adalah ideologi sayap kanan mereka akan bentrok dengan Ultras Marseille. Para Ultras Marseille adalah nyawa dari stadion Velodrome. Dan mereka membenci para hooligan atau ultras yang menganut paham sayap kanan. Maka dari itu bentrokan para suporter empat negara dengan Commando Ultras 84 bukan tidak mungkin akan terjadi.

Tidak hanya Paris dan Marseille. Kekhawatiran tentang bentrokan juga berada di pertandingan antara Inggris menghadapi Wales di Stadion Bollaert-Delelis, Lens, pada 16 Juni mendatang. Kedua suporter memiliki catatan yang tidak akur, apalagi hubungan antara Head Hunter dengan hooligan Cardiff City bernama Soul Crew. Mereka pernah melahirkan perkelahian besar pada pertemuan Chelsea dengan Cardiff sebelum laga Piala FA 2010.

Hati-hati dengan Polisi di Prancis

Kendati beberapa bentrokan cepat atau lambat dan sudah terjadi serta akan terjadi, ada satu hal yang perlu diingat oleh para ultras dan hooligan dari negara manapun. Mereka perlu mengetahui bahwa polisi anti huru-hara di Prancis berbeda dengan negara lainnya. Bahkan polisi di Prancis berbeda dengan di Jerman yang masih bisa diajak berdialog untuk menghentikan kekerasan. Polisi di Prancis selalu tanpa kompromi untuk menghentikan kekerasan antara suporter sepakbola.

Bentrokan yang terjadi antara suporter Inggris dengan Commando Ultras 84 baru-baru ini menjadi contohnya. Para polisi Prancis yang datang langsung mengusir mereka dengan gas air mata. Bahkan mereka menangkap beberapa perusuh malam itu. Pada dasarnya polisi di Prancis lebih reaktif untuk menghentikan keributan antara suporter. Masih ingat ketika mereka menghajar para suporter Everton memakai tongkat dan gas air mata saat pertandingan Liga Eropa pada Oktober 2014.

Hal serupa yang dilakukan polisi Prancis ketika meredam para suporter Chelsea yang melakukan onar di Prancis. Selain itu, polisi anti huru-hara di Prancis dilengkapi senjata obat bius dan anjing-anjing yang galak. Pentungan yang dinjinjingnya siap untuk menghajar siapapun yang berperilaku buruk. Jika ada yang ditangkap, siap-siaplah dipulangkan ke negaranya masing-masing secara paksa. Maka sesungguhnya musuh para hooligan dan ultras bukanlah dari rival-rivalnya, melainkan polisi huru-hara di Prancis.

Komentar