Inggris harus menerima kenyataan. Penampilan luar biasa yang mereka tunjukkan selama babak kualifikasi dan juga selama laga persahabatan seolah lenyap tak bersisa dalam pertandingan perdana yang mereka jalani di grup B. Melawan Rusia di Marseille, Inggris hanya mampu meraih hasil 1-1 lewat gol yang dicetak Eric Dier, yang kemudian berhasil disamakan oleh Vasili Berezutsky di menit-menit akhir pertandingan.
Dengan hasil ini, Inggris gagal menggusur Wales sebagai pemuncak grup B. Wales sendiri berhasil meraih kemenangan 2-1 melawan Slovakia di Bordeaux dalam laga perdana mereka.
Tentu saja hal ini bukanlah hasil yang menggembirakan bagi masyarakat Inggris. Meski memang pertandingan yang akan dijalani oleh timnas Inggris dalam ajang Piala Eropa 2016 ini masih ada, hasil seri melawan Rusia, apalagi Inggris yang terlihat begitu kesulitan menjebol gawang Rusia selama pertandingan, merupakan hasll yang sedikit mengecewakan.
Kekhawatiran akan Hodgson yang masih bingung dalam menentukan starting line-up dan juga strategi yang akan ia terapkan untuk timnas Inggris, sedikitnya terlihat dalam pertandingan melawan Rusia kemarin. Namun, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa dilihat dari hasil seri Inggris melawan Rusia ini; tidak adanya pemain Leicester City, sang juara Liga Primer musim ini, di dalamnya.
Pemain-pemain Leicester saat ini tak bisa dimungkiri adalah jaminan mental juara, karena tim ini berangkat dari sebuah status bernama underdog. Tidak diunggulkan untuk menjadi juara, tiba-tiba saja Leicester menghentak publik dan menjadi pahlawan bagi semua orang karena berhasil menyeruduk diantara para klub-klub kaya Inggris untuk kemudian menjadi juara.
Riyad Mahrez, N`Golo Kante, Shinji Okazaki, Danny Drinkwater, dan tentunya sang striker, Jamie Vardy, adalah nama-nama pemain yang tentunya akan menjadi pertimbangan bagi negara-negara asalnya. Apalagi di tengah musim ini, ada dua ajang besar yang digelar, yaitu ajang Copa America Centenario 2016 dan Piala Eropa 2016.
Setelah satu musim bermain bersama, untuk tengah musim ini para pemain Leicester yang negaranya terlibat dalam kedua ajang itu akan pulang kampung untuk membela negaranya. Banyak diantara mereka yang menjadi pemain andalan karena kontribusi mereka yang gemilang bersama Leicester pada musim 2015/2016.
https://twitter.com/FIRST4LCFC/status/733643074090459136
N`Golo Kante langsung dipercaya dalam laga pembuka Piala Eropa 2016 oleh Didier Deschamps untuk menggalang lini tengah Prancis. Hasilnya? Kante tampil cukup trengginas dan membawa Prancis menang dengan skor 2-1. Selain juga Dimitri Payet yang bersinar dalam pertandingan tersebut, Kante juga berhasil menarik perhatian publik.
Ada juga nama Christian Fuchs, yang menjadi bagian dari skuat Austria untuk Piala Eropa 2016 ini. Dalam beberapa laga persahabatan timnas Austria, dirinya kerap diturunkan oleh sang pelatih, Marcel Koller, untuk mengisi posisi fullback kiri.
Selain Kante dan Fuchs, ada juga nama Wes Morgan yang menjadi tulang punggung pertahanan Jamaika dalam ajang Copa America Centenario. Meski Jamaika tidak lolos ke babak delapan besar Copa America Centenario, dirinya tetap menjadi andalan di lini pertahanan Jamaika.
Nah, di tubuh Leicester City sendiri ada dua nama yang cukup bersinar, dan menjadi bagian dari skuat timnas Inggris. Mereka adalah Jamie Vardy dan Danny Drinkwater. Namun, diantara dua pemain ini, hanya Vardy lah yang dibawa oleh Hodgson ke skuat timnas Inggris. Sedangkan Drinkwater, yang penampilannya di lini tengah sepanjang musim 2015/2016 begitu moncer bersama The Foxes, tidak dipanggil.
Hal ini sempat menimbulkan pertanyaan di benak para pecinta dan pengamat sepakbola. Sepak terjang mengagumkan Drinkwater ternyata belum mampu meyakinkan Hodgson untuk membawanya ke dalam skuat Inggris untuk Piala Eropa. Alhasil, hanya Vardy lah yang menjadi wakil Leicester di skuat Inggris.
Vardy pun bukannya dengan catatan yang tidak gemilang. Beberapa kali melakoni laga persahabatan mengenakan seragam The Three Lions, ia sukses mencetak tiga gol dari delapan laga persahabatan yang ia jalani. Satu golnya yang cukup dikenang adalah saat ia melakukan gol back heel ke gawang Jerman dalam laga persahabatan yang berlangsung di Olympiastadion.
Tapi, sekali lagi, hal ini pun belum mampu meyakinkan seorang Hodgson untuk memasukkannya sebagai starting line-up. Malah, dalam laga melawan Rusia, Vardy sama sekali tidak dimainkan. Hal ini tentunya berbeda dengan para kompatriotnya yang diberikan kesempatan untuk unjuk gigi di laga internasional bersama timnasnya.
Lalu, apa yang terjadi dengan timnas Inggris? Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Inggris hanya mampu meraih hasil imbang. Wayne Rooney dan Harry Kane tak mampu menunjukkan taringnya dalam pertarungan melawan Rusia ini.
Sebenarnya, Hodgson bisa saja memasukkan Vardy dalam pertandingan melawan Rusia. Selain karena mental juaranya yang sudah terlatih bersama Leicester, secara taktikal Vardy dapat memberikan warna penyerangan baru dengan kecepatan yang ia miliki. Penyerangan Inggris yang sedikit stagnan dapat menjadi lebih cair, apalagi Vardy dan Kane memiliki kemampuan untuk membuka ruang di depan.
Namun, Hodgson tak melakukan itu. Sebuah keputusan yang akhirnya berujung kepada tidak menangnya Inggris atas Rusia. Hasil yang membuat mereka harus berjuang lebih keras lagi untuk pertandingan-pertandingan selanjutnya.
Sungguh sebuah ironi yang dapat dilihat di sini. Tim juara liga hanya menyumbangkan satu pemain untuk timnas, dan pemain itu tidak mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi dalam laga internasional resmi. Tapi, masih ada dua pertandingan ke depan. Hodgson dapat mempertimbangkan Vardy untuk masuk sebagai starting line-up agar memberikan warna serangan yang lebih segar bagi lini serang Inggris.
Selain itu, kehadiran Vardy pun cukup berarti karena, mungkin saja, tak ada Vardy, tak ada pemain Leicester, yang berujung kepada tidak ada kemenangan bagi Inggris.
foto: en.wikipedia.org, @FIRST4LCFC
Komentar