Prancis yang Panas di Kening, Prancis yang Dingin Dikenang

Cerita

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Prancis yang Panas di Kening, Prancis yang Dingin Dikenang

Thierry Henry sempat mengatakan sesuatu tepat sebelum ajang Piala Eropa 2016 dimulai. Ia berkata bahwa ajang ini akan menjadi ajang pemersatu bangsa-bangsa di Eropa di tengah serangan terorisme yang sempat melanda beberapa wilayah di Eropa seperti Paris dan Brussels.

"Saya yakin, orang-orang akan datang ke stadion dan tidak merasa takut untuk menonton. Saya dan mereka, akan tetap datang untuk menonton Piala Eropa. Saya juga yakin dalam ajang ini semua akan bersatu karena turnamen ini dibentuk untuk mempersatukan Eropa," ujar Henry seperti dilansir Daily Mail.

Sekilas, ucapan Henry tampak seperti sebuah harapan yang akan menjadi nyata. Ucapan Henry seakan menjadi sebuah penegasan terhadap frasa bahwa "sepakbola adalah alat pemersatu". Apalagi, Eropa baru mengalami duka mendalam yang dirasakan oleh semua negara, dan juga mereka sedang mengutuki hal yang sama, yaitu serangan terorisme. Wajar saja, Henry berharap akan ada sebuah persatuan yang terjadi di sana.

Namun, sepakbola tidak selamanya menjadi alat pemersatu. Sepakbola tidaklah selamanya menjadi bumbu indah dalam kedukaan yang terjadi di suatu tempat. Bagai dua sisi mata uang, selain menyajikan sebuah keindahan dan universalitas, sepakbola juga menyajikan sebuah rivalitas dan permusuhan yang begitu mendalam. Rivalitas dan permusuhan yang menjadi biang dari keributan yang terjadi di luar lapangan.

Beberapa suporter dari negara-negara yang bertanding dalam ajang Piala Eropa 2016 tidaklah selamanya memiliki maksud untuk mendukung semata. Beberapa diantara mereka, tanpa disadari, malah memancing sebuah keributan yang pada akhirnya, berbentuk menjadi sebuah aksi baku pukul, baku hantam, atau baku lempar sekalipun.

***

Tidak ada New York hari ini

Tidak ada New York kemarin

Aku sendiri dan tidak berada di sini

Semua orang adalah orang lain

Sekitar 70.000 suporter Inggris sudah berbondong-bondong datang ke Prancis sejak awal turnamen. Maksud mereka adalah untuk mendukung timnas Inggris yang akan bertanding melawan Rusia, dalam pertandingan pembuka grup B Piala Eropa 2016 yang akan dilangsungkan di Marseille. Namun, entah kenapa, beberapa di antara mereka malah memancing keributan.

Ceritanya, mereka sedang berkumpul di Queen Victoria pub dan O`Marley bar di daerah Old Port, Marseille. Ternyata, sambil nongkrong-nongkrong, mereka menenggak alkohol. Mereka merasa bahwa Marseille ini milik mereka sendiri, dan seperti yang dituliskan dalam puisi karangan M. Aan Mansyur berjudul Tidak Ada New York Hari Ini (atau mari kita plesetkan menjadi Tidak Ada Prancis Hari Ini), mereka menganggap semua yang berada di wilayah itu adalah orang lain.

Hal ini tanpa disadari ternyata memicu sebuah aksi yang, seperti warga setempat, Nicolas, katakan, memicu sebuah bentrokan yang terjadi antara warga setempat dan juga suporter Inggris. Para suporter Inggris tersebut tiba-tiba berteriak mencari organisasi teroris, ISIS.



Akibat dari teriakan yang menghina tersebut, akhirnya suporter Inggris pun harus ribut-ribut dengan warga sekitar. Bukan hanya dengan warga sekitar, mereka juga harus bentrok dengan pihak keamanan setempat yang berusaha untuk mengamankan area Old Port dari keganasan warga lokal yang kesal dan juga suporter Inggris yang kaget karena diserang. Walaupun sejumlah suporter Inggris mengatakan kericuhan tersebut tidak dipicu oleh suporter Inggris.

Belum reda sisa-sisa keributan suporter Inggris dengan warga Marseille, tiba-tiba saja suporter Inggris diberitakan ribut-ribut kembali. Kali ini, mereka diberitakan ribut dengan suporter Rusia. Suporter Rusia, merunut puisi Tiada New York Hari Ini (plesetan: Tidak Ada Prancis Hari Ini) juga menganggap semua orang lain. Sehingga, bisa ditebak apa yang terjadi seusai pertandingan.

Ketika pertandingan antara Inggris dan Rusia yang berkesudahan 1-1 selesai, masih bertempat di dalam stadion, suporter Rusia dan suporter Inggris ribut-ribut. Mereka saling baku pukul di tribun, bahkan, tidak memandang kalangan, karena dikabarkan ada orang yang berkursi roda dipukuli. Begitulah, karena menganggap semua adalah orang lain, bukan saudara, maka ketika ada gesekan akan berubah menjadi sebuah bentrokan.



Bahasa ibu adalah kamar tidurku

Kupeluk tubuh sendiri

Entah mungkin karena rasa nasionalisme yang terlalu dalam, seperti yang digambarkan oleh lirik puisi Tidak Ada New York Hari Ini (plesetan: Tidak Ada Prancis Hari Ini) di atas, atau juga karena menganggap semua adalah orang lain, bukan saudara, bentrokan yang mengerikan itu terjadi. Akibat bentrokan ini, banyak yang terluka, dan sanksi sudah menanti Inggris dan Rusia jika di pertandingan selanjutnya kekerasan seperti ini terjadi lagi.

Bukan hanya antara suporter Inggris dan Rusia, suporter Jerman dan Ukraina pun dikabarkan terlibat baku hantam, baku pukul, dan baku lempar sebelum pertandingan antara Jerman dan Ukraina yang digelar di Lille, Prancis, dimulai. Entah apa sebab dari baku hantam ini terjadi, tiba-tiba saja seusai pertandingan Polandia dan Irlandia Utara kedua suporter ini ribut-ribut.



Sebagai otoritas tertinggi sepakbola Eropa, UEFA pun tidak tinggal diam. Melalui juru bicaranya, UEFA mengungkapkan bahwa mereka akan mengambil tindakan tegas jika kejadian ribut-ribut seperti ini terjadi kembali di pertandingan-pertandingan selanjutnya.

""Komite Eksekutif UEFA telah memperingatkan kepada asosiasi-asosiasi sepakbola yang negaranya terlibat dalam keributan di Prancis, bahwa jika keributan ini terus berlanjut, kami tak segan untuk memberikan sanksi berupa diskualifikasi dari turnamen Piala Eropa 2016," ujar juru bicara UEFA seperti dilansir Mirror.

"Oleh karenanya, kami memperingatkan kepada asosiasi-asosiasi sepakbola terkait agar dapat memperingatkan para suporter untuk berlaku lebih tertib dan tidak rusuh," tambahnya.

***

Sungguh, akan menjadi hal yang menyedihkan kalau sebuah tim (mungkin dalama kasus ini, Inggris dan Rusia) didiskualifikasi hanya karena suporternya melakukan keributan yang di luar batas kewajaran, seperti baku pukul, baku hantam, dan baku lempar. Kalau hal ini sampai terjadi, maka, lirik terakhir dari puisi Tidak Ada New York Hari Ini (plesetan: Tidak Ada Prancis Hari Ini) akan menjadi nyata bagi para suporter, pemain timnas, ataupun asosiasi sepakbola tempat mereka bernaung.

Kau (Prancis) yang panas di kening, kau (Prancis) yang dingin dikenang

Prancis yang panas di kening karena bentrokan yang sudah terjadi sejak awal, dan Prancis yang akan menjadi dingin dikenang kalau sampai sanksi jatuh kepada sebuah negara karena hal ini (sebenarnya sudah dingin karena bentrok itu sendiri pun menyisakan kenangan yang dingin).

>June 12, 2016


foto: en.wikipedia.org

ed : arn

Komentar