Perpindahan posisi pemain kadang begitu kejam. Ada beberapa pemain yang kariernya di lapangan langsung menurun begitu ditempatkan di pos baru. Namun, ada beberapa pemain yang kariernya justru melonjak ketika posisinya dipindahkan. Salah satunya adalah striker Irlandia Utara, Josh Magennis.
Jika dibandingkan pemain lain, perpindahan posisi yang terjadi terhadap Magennis memang begitu ekstrem. Memulai karier sebagai kiper, pemain kelahiran Bangor ini kerap dipindah posisi, dan yang terakhir ke posisi striker. Sebelum “resmi” sebagai striker, Magennis bahkan pernah dipasang sebagai bek, baik bek tengah maupun bek sayap kanan.
Perjalanan “posisi” Magennis memang cukup berliku. Ketika masih kecil, Magennis bercita-cita menjadi seorang striker. Namun, impian tersebut pada akhirnya harus ia lupakan ketika ia bergabung dengan salah satu akademi sepakbola terbaik di Irlandia Utara, Glentoran.
Di Glentoran, ia dididik menjadi seorang penjaga gawang. Penampilannya pun tak buruk-buruk amat. Ia bahkan sempat masuk ke timnas U-17 Irlandia Utara usai mencatatkan penampilan baik di Glentoran.
Jalan Magennis di Glentoran ternyata berhenti sampai di situ. Salah satu pemandu bakat kesebelasan asal Wales, Cardiff City, yang melihat Magennis bermain di kompetisi junior sepakbola Irlandia Utara mengajaknya bermain di Cardiff. Magennis setuju dan hijrah ke Wales pada 2007.
Di usia 17 tahun, Magennis harus pindah dari Irlandia Utara ke Wales untuk mengejar karier sepakbola yang lebih baik. Namun bukannya mendapat kesempatan bermain, Magennis kecil justru kerap disimpan oleh pelatih Cardiff, Dave Jones.
Pada Oktober 2007, Magennis berpeluang bermain menggantikan David Forde dan Kasper Schmeichel yang tidak bisa tampil di Piala Liga. Peluang tersebut pada akhirnya gagal menjadi kenyataan usai Magennis hanya duduk di bench.
Tidak hanya itu, timnas junior Irlandia Utara juga kecewa karena mereka merasa pemainnya tidak mendapatkan kesempatan bermain yang layak. Kekecewaan tersebut diikuti langkah memanggil Magennis pulang, meski pada akhirnya tidak disetujui oleh Cardiff.
Imbas dari hal tersebut, Magennis memilih untuk sering bolos latihan. Waktu bolos tersebut ia gunakan untuk bermain rugby, yang seakan-akan rumahnya. Ia bahkan sempat menjadi anggota tim muda Ulster Rugby, salah satu tim rugby tersohor di Irlandia Utara.
Mendengar Magennis yang menghabiskan waktu di rugby, Jones memanggil Magennis. Ia pun mencoba memasang Magennis sebagai seorang penyerang. Hasilnya manjur, Magennis cukup lihai berlari dan melewati lawan meski tubuhnya tinggi besar.
“Tuhan telah memilih jalan yang paling baik untuk saya. Dan pilihan tersebut mungkin akan menjadi pilihan terbaik yang Dia berikan untuk saya,” ujar Magennis kepada Daily Mail.
“Saya mengakui bahwa saya begitu nervous di awal-awal perubahan posisi ini. Mungkin jika saya bermain sebagai kiper, jalan saya tidak akan seperti ini,” imbuhnya.
Bagusnya penampilan Magennis membuat ia sempat dipanggil timnas Irlandia Utara dan masuk ke dalam daftar pemain sebagai kiper. Namun ketika berada di lapangan, ia justru dipasang sebagai penyerang.
Kendati dipanggil timnas Irlandia Utara, Magennis nyatanya bukan pilihan utama di Cardiff. Jones pun memilih untuk meminjamkan Magennis ke beberapa kesebelasan lain agar yang bersangkutan mendapatkan banyak menit bermain.
Pencarian akan statusnya sebagai pemain utama membuat Magennis terdampar di kesebelasan Skotlandia, Kilmarnock. Di Kilmarnock, meski torehan golnya tidak seberapa banyak, namun Magennis berhasil menjadi pemain inti.
Kesuksesannya menjadi pemain inti di Kilmarnock membuatnya dipanggil ke timnas Irlandia Utara di Piala Eropa 2016, yang merupakan kompetisi Eropa pertama negara tersebut.
Dalam perjalanannya di fase grup, Irlandia Utara bahkan menjadi salah satu kuda hitam yang tampil merepotkan. Di laga pertama, Polandia yang dihuni beberapa pemain bintang, berhasil mereka sulitkan kendati pada akhirnya mereka harus takluk dengan skor 0-1.
Debut Magennis di Piala Eropa 2016 datang ketika Irlandia Utara menghadapi Ukraina dalam pertandingan kedua, pekan lalu. Dalam laga yang berhasil dimenangkan Irlandia Utara dengan skor 0-2 ini, Magennis masuk ke lapangan di menit ke-83 menggantikan Conor Washington.
Keberhasilan tersebut membuat beberapa impiannya terwujud, yang di antaranya adalah bermain untuk timnas Irlandia Utara, bermain di Piala Eropa, dan membawa Irlandia Utara memetik kemenangan pertama di Piala Eropa.
Laga melawan Jerman (21/6) malam WIB, akan menjadi laga terakhir Irlandia Utara di babak grup. Sebagai pemain, Magennis tentu berharap kesebelasannya menang di laga ini.
“Saya selalu sesumbar bahwa saya adalah orang yang religius dan tidak takut kepada siapapun. Satu-satunya makhluk yang saya takuti adalah Tuhan,” ucap Magennis. “Kami memiliki persiapan yang baik dan tengah berjalan di jalan yang tepat.”
“Kami tahu Jerman adalah kesebelasan yang bagus. Tapi kami di sini menggunakan badge Irlandia Utara, yang harus kami harumkan. Oleh karena itu, kami tidak perlu takut kepada siapapun di kompetisi ini,” imbuhnya.
Pernyataan Magennis pun menyiratkan bahwa Irlandia Utara siap untuk mengejar kesuksesan pertamanya di Piala Eropa dengan menang melawan Jerman. Namun, apakah Jerman akan membiarkan hal tersebut terjadi?
ed: fva
Komentar