"Sekarang, sirkus berikutnya dimulai. Saya mengikuti semua kegiatan, media mulai menulis pemberitaan dan teman-teman saya mulai menghubungi. Dengan perbedaan waktu empat jam, transfer sepakbola Rusia pun berakhir, transfer telah selesai. Kontrak ditandatangani di waktu-waktu akhir. Saya meninggalkan Spartak Moscow ketika semua orang sedang tidur.
"Saya berlatih seperti orang yang marah di Inggris. Saya terbiasa melakukannya. Sampai suatu waktu di gym, Wenger datang. Ketika ia memasuki ruangan, semua orang langsung berhenti seperti menunggu instruksi. Ia memiliki efek yang luar biasa pada orang-orang.
"Saya terus mengayuh sepeda latihan. Wenger memandangi saya dengan gaya orang Prancisnya; casual namun resmi. Kami berbicara sedikit, kami berada di jalur yang tepat. Saya merasa telah menjalin kepercayaan dengan sang bos meskipun belum menendang bola sekalipun.
"Setelah lima minggu rehabilitasi yang berat dan ketidakjelasan apakah punggung saya akan pulih, saya sudah kembali ke lapangan. Saat itu merupakan waktu yang lama bagi klub untuk mendapatkan suatu gelar.
"Kami lebih difavoritkan ketimbang Wigan di semifinal, tapi kami hanya mampu bermain imbang saat waktu normal berakhir. Waktu terus berjalan tanpa seorang pun bisa menyelesaikannya. Saya duduk di bench tanpa ekspektasi pribadi apapun dalam benak. Kemudian tujuh menit tersisa, saya tiba-tiba dimasukkan untuk mengganti Aaron Ramsey yang kelelahan.
"Wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Sekarang, kedua tim harus menentukan laga lewat adu penalti. Sebuah cara sederhana namun cukup terjal untuk dilewati. Sekarang pemahaman tentang permainan, taktik, dan kekuatan fisik tak lagi berarti. Hanya ada kekacauan, kecanggungan, dan kesempatan. Adu penalti bisa membuat Anda menjadi raja atau menjadi kambing hitam. Anda harus mencetak gol. Tekanan akan muncul pada para penendang.
"Saya kemudian mendengar Wenger berteriak menggunakan bahasa Prancis, `Kim, apakah kamu menendang penalti?`. Saya menjawab, `Ya, saya akan senang melakukannya`. Wenger lantas membalas, `Bagus. Kamu penendang kedua`.
"Ketika saya berjalan sendiri menuju titik putih di stadion yang besarnya tiga kali lipat dari stadion di kampung halaman saya, Sandviken, saya tersenyum. Itu seperti perjalanan yang jauh. Tapi saya cukup relaks, mungkin saya bahagia.
"Saya menentukan arah tembakan lebih dulu. kemudian saya menaruh bola di titik putih. Sekarang, saya harus menembak ke arah yang tepat, berlari, dan menendang bola dengan keras ke kiri atas gawang. Itu yang biasanya kulakukan, dan setahu saya selalu berhasil. Saya telah melakukannya ribuan kali sebelumnya jadi tak ada kegugupan.
"Kiper melangkah lebih dulu ke arah berlawanan yang hendak saya mengarahkan bola. Ketika saya melihatnya kembali di Youtube, perasaan itu kembali muncul. Ketenangan dan kesenangan, walau saya cukup kaget ketika bola mengarah ke pojok kiri bawah, berlawanan dengan apa yang saya ingat. Saya sedikit bingung, tapi terpenting bola tersebut masuk.
"Kami kemudian memenangi final Piala FA dan dirayakan oleh 200 ribu penonton di jalanan London. Meskipun kontribusi saya kecil di sejarah 120 tahun kesebelasan, itu merupakan puncak dari karier saya.
"Itu merupakan 15 menit yang luar biasa dalam hidup saya. Karena setelahnya, saya tak mengingat lagi apa yang telah terjadi. Setelahnya, di manakah saya berada? Tak sadar, kaget, mengigau, koma, sebut saya dengan apapun yang Anda inginkan.
"Hal yang saya tahu dengan yakin bahwa olahraga dan sepakbola memang tidak bisa dimengerti. Itulah mengapa kita menyukainya. Selama memori saya terus mengingat pada tendangan penalti yang berakhir di jala Wigan itu, pengalaman saya itu nyata. Saya yakin tak akan bisa saya lupakan."
***
Cerita di atas memang menjadi hal yang paling dikenang Kallstrom. Ia merupakan fans Arsenal dan sudah lama ingin bermain di Arsenal. Meskipun begitu, penaltinya di atas tak cukup membuatnya untuk bisa mendapatkan medali Piala FA. Ada peraturan tertentu yang membuatnya tak mendapatkan medali, Apalagi ia hanya sekali bermain di Piala FA itu pun sebagai pemain pengganti.
Setelah enam bulan di Arsenal, Kallstrom tak dipermanenkan ataupun masa peminjamannya tak diperpanjang. Ia pun kembali ke Spartak Moscow hingga kontraknya berakhir pada 2015 lalu yang membuatnya hijrah ke kesebelasan asal Swiss, Grasshopper.
Komentar