Mario Goetze hanya terduduk di bangku cadangan. Sementara ia terduduk di sana, rekan-rekannya sedang berlarian di lapangan, di atas rumput yang sudah ia kenal bau dan rasanya. Di dalam lapangan tersebut, di dalam arena tempat ia tumbuh dan berkembang menjadi pemain yang dikenal sebagai pencetak gol kemenangan Piala Dunia 2014, sedang diselenggarakan sebuah pertandingan yang cukup besar.
Seperti halnya kompetisi-kompetisi di negara lain di Eropa, Jerman pun memiliki sebuah pertandingan yang mempertemukan antara juara Bundesliga dengan juara DFB Pokal (Piala Liga Jerman). Nama ajang tersebut adalah DFL-Supercup, atau dalam istilah Bahasa Indonesianya adalah Piala Super Jerman.
Untuk tahun ini, tepatnya pada 2016, ajang Piala Super Jerman kembali diadakan. Borussia Dortmund dan Bayern Muenchen adalah dua tim yang bertarung dalam ajang yang kali ini dihelat di kandang Dortmund, Signal Iduna Park. Meski tidak meraih gelar juara DFB Pokal ataupun Bundesliga musim lalu (yang kebetulan dua-duanya diraih oleh Muenchen), Dortmund menjadi lawan Muenchen karena mereka adalah runner-up Bundesliga musim lalu, dan sesuai peraturan, mereka harus menghadapi Die Bayern.
Singkat cerita, pertandingan berakhir 2-0 untuk kemenangan Bayern lewat gol dari Arturo Vidal dan Thomas Mueller. Namun, cerita tidak berakhir di situ saja. Mari kita kembali melihat ke arah bangku cadangan, dan memerhatikan sosok Mario Goetze. Ia hanya terduduk lesu, karena, selain tidak diturunkan oleh sang pelatih, Thomas Tuchel, ada catatan lain yang sukses ia catatkan. Catatan apakah itu?
Wah, tidak menarik kalau diberitahukan di sini, marilah, sejenak kita memerhatikan kembali sejarah dari ajang DFL-Supercup ini ke 2013, atau tepat ketika Goetze pertama kali pindah ke Bayern.
Sejak 2013 sampai 2015, Bayern Tak Pernah Juara Piala Super Jerman karena... Goetze
Pada 2013 silam, Goetze meresmikan kepindahannya ke Bayern Muenchen dengan harga 30 juta euro. Kepindahannya ini disertai dengan banjir kritikan dari para suporter. Mereka mengata-ngatai Goetze sebagai pemain yang tidak setia dan lebih cinta uang, sehingga memilih untuk pindah ke Allianz Arena.
Lalu, mulailah awal mimpi buruk itu. Pertemuan antara Goetze dan Dortmund ternyata lebih cepat dari perkiraan. Hengkang ke Muenchen pada awal Juli 2013, Muenchen dan Dortmund ternyata langsung bersua dalam ajang Piala Super Jerman 2013 yang digelar pada 23 Juli 2013. Dalam pertandingan tersebut, Bayern kalah 4-2.
Kekalahan ini tentunya mengundang ejek-ejek dari para suporter, dan juga para situs-situs troll football. Bahkan, ada salah satu troll yang menurut penulis cukup unik, yang berisikan sebuah sindiran dari sahabat Goetze, Marco Reus, kepada dirinya.
Troll itu ternyata hanya awal dari kesialan karier Goetze di Muenchen. Selama tiga musim berseragam Muenchen, ia sulit untuk mendapatkan tempat inti di tim asal Jerman selatan tersebut. Bukan hanya itu, lebih sialnya lagi, Muenchen pun tidak pernah lagi memenangkan Piala Super Jerman sejak Goetze masuk menjadi pemain Muenchen, meski dalam ajang lain Muenchen tetap digdaya.
Pada 2014, mereka kembali kalah oleh Borussia Dortmund dengan skor 4-2. Lalu, pada 2015, mereka kalah oleh VfL Wolfsburg lewat babak adu penalti. Selama tiga kali perhelatan Piala Super Jerman, tiga kali juga Muenchen gagal meraihnya. Semua terjadi saat Goetze ada di Muenchen.
Jadi, apakah Muenchen gagal meraih Piala Super Jerman karena ada Goetze?
Goetze Pindah ke Dortmund, Muenchen Meraih Piala Super Jerman
Singkat cerita, Goetze pun pindah lagi ke Dortmund. Harapan pun tersemat dalam diri pemain kelahiran Memmingen ini supaya ia mendapatkan jam terbang lebih saat ia pindah ke Die Borussen, tempat ia bersinar saat muda dahulu. Namun, baru saja pulang kampung ke Signal Iduna Park, ternyata ada satu kesialan lain yang masih mengikutinya.
Pertengahan 2016, Borussia Dortmund dan Bayern Muenchen kembali bertemu dalam ajang Piala Super Jerman. Kali ini, banyak sekali pemandangan berbeda yang terjadi, dan tentunya yang cukup mencolok adalah Mats Hummels, kapten sekaligus bek andalan Dortmund beberapa tahun belakangan, yang sekarang mengenakan jersey merah khas Bayern Muenchen. Goetze, yang selama tiga musim ke belakang mengenakan jersey merah itu, sekarang mengenakan jersey kuning, seperti ketika masa remaja dulu.
Lalu, tebak apa yang terjadi. Yap, kembali lagi, tim yang ada nama Goetze di dalamnya takluk dalam ajang DFL-Supercup ini. Kali ini, Dortmund yang menjadi korban usai takluk dengan skor 2-0 di tangan Muenchen. Kutukan yang selama tiga musim berada di kubu Muenchen, berpindah ke Dortmund dalam laga tersebut.
Menjawab pertanyaan di atas, apakah Muenchen gagal meraih Piala Super Jerman karena adanya Goetze, jawabannya, mungkin saja.
***
Menilik kisah Goetze dan Piala Super Jerman, maka bisa saja kita menyebutkan bahwa ia seolah mendapatkan kutukan kisah sedih di Piala Super Jerman. Seperti halnya Koes Plus yang pernah menciptakan lagu tentang kisah seseorang yang kerap bersedih di Hari Minggu, maka, kisah sedih Goetze, terlepas dari labelnya sebagai pemain juara dunia, ada di Piala Super Jerman, dengan lirik yang kira-kira seperti ini.
Kisah sedih, di Piala Super Jerman. Yang selalu menyiksaku. Ku takut ini kan kubawa. Sampai mati.
Nasibmu, Goetze...
Komentar