Memberi Hormat Kepada Joe Hart

Cerita

by Redaksi 34

Redaksi 34

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Memberi Hormat Kepada Joe Hart

Salah satu penasihat finansial, politisi, dan penulis asal Amerika Serikat, Harry Browne, pernah berkata, “Semua hal yang Anda inginkan di dunia memiliki sebuah harga.” Pernyataan tersebut dimaksudkan Browne bahwasanya akan ada sebuah perjuangan yang harus dibayarkan untuk mendapatkan sebuah keberhasilan.

Salah satu hal yang bisa dihubungkan dengan pernyataan Browne tersebut adalah sepakbola. Sepakbola tidak mengenal segala sesuatu dengan gratis. Pengorbanan harus dilakukan terlebih dahulu jika pemain maupun kesebelasan ingin mendapatkan sebuah gelar. Pengorbanan tersebut bisa berupa transfer yang memakan dana yang tak sedikit bahkan sampai bangkrut.

Di musim ini, pepatah tersebut mungkin cocok untuk diberikan kepada pelatih Manchester City, Josep Guardiola. Pelatih yang akrab disapa Pep tersebut mendapatkan amanah berat dari milyuner Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan.

Sejak diakuisisi oleh Sheikh Mansour pada September 2008 ada satu piala yang hingga saat ini belum menghiasi lemari trofi Manchester City, yakni trofi Liga Champions. Kegagalan mendapatkan trofi Liga Champions tentu menyakiti perasaan Sheikh Mansour yang menurut transferleague.co.uk telah mengeluarkan 904,3 juta paun untuk belanja pemain sejak 2008.

Tak heran, demi memuaskan nafsu sang pemilik kesebelasan, Pep melakukan beragam cara ekstrem. Mulai dari membuang semua staf bekas manajer lama City, Manuel Pellegrini, hingga mengacuhkan beberapa pemain senior City, seperti Yaya Toure, Samir Nasri, dan Joe Hart.

Ketiga pemain tersebut memiliki nasib sama di bawah kendali Pep, diasingkan. Meski, ketiganya masih dilibatkan dalam latihan, dan dua diantara mereka, Yaya dan Hart, mulai bertanding dalam laga City melawan Steaua Bukares Kamis, (25/8) dini hari WIB, namun sikap Pep terhadap ketiganya dalam dua laga terakhir Liga Primer memberi bukti bahwa ketiganya kemungkinan besar tidak akan masuk ke dalam skemanya musim ini.

Joe Hart menjadi salah satu nama yang terancam terusir dari Etihad. Berstatus kiper utama Inggris di Piala Eropa 2016 lalu, Hart pelan-pelan mulai terancam kehilangan kursi kiper utama City. Mulai dari menjadi cadangan Willy Caballero, hingga City yang tinggal selangkah lagi mendatangkan Claudio Bravo.

Jika melihat riwayat karier, nasib paling sial pun layak diberikan kepada Hart. Pasalnya, Hart tidak pindah ke City karena uang atau gelar, seperti halnya dua pemain lain yang disingkarkan Pep. Ia bahkan sudah pindah ke City sejak jabatan presiden klub masih dipegang John Wardle.

Hart yang sebelumnya bermain di Shrewsbury Town, saat itu rela memilih City yang menurut Wardle hanya menghargainya setara dengan 100 ribu paun. Angka yang terbilang cukup kecil mengingat Hart saat itu juga diincar oleh kesebelasan Liga Primer lain yang menawarkan angka lebih besar dari penawaran City.

Kecintaan Hart terhadap City tidak hanya dibuktikan dari keputusannya memilih City di awal kariernya. Tapi juga kemauannya bertahan di City, di tengah ketidakpastian posisi penjaga gawang utama. Seperti yang diketahui, Hart tidak sekali menjadi kiper ketiga di City, namun sudah berkali-kali dan membuatnya rela mengikuti keputusan klub untuk meminjamkannya ke kesebelasan lain.

Melihat sumbangsih yang sudah diberikan kepada City, apa yang diberikan oleh Hart memang tak sefantastis Yaya dan Nasri. Namun hal tersebut bukan berarti Hart minim kontribusi. Jika ingin bukti, mari kembali ke musim 2010/11, musim pertamanya dipercaya menjadi kiper inti City oleh Sven-Goran Eriksson.

Di musim 2010/11, Hart menjadi salah satu nama kunci di City, kendati di musim tersebut City mendatangkan Yaya Toure, David Silva, Edin Dzeko, dan masih banyak lagi. Satu momen yang harus diingat tentu adalah keberhasilan City mencapai final Piala FA untuk pertama kali dalam 30 tahun terakhir usai mengalahkan Manchester United 1-0. Keberhasilan tersebut terasa cukup spesial bagi Hart usai ia menggagalkan peluang Dimitar Berbatov di awal pertandingan.

Cap legenda untuk Hart selanjutnya bisa dilihat dalam laga City melawan Barcelona pada babak 16 besar Liga Champions musim 2014/15. Dalam pertandingan tersebut, Lionel Messi bahkan menjulukinya “phenomenon” setelah ia membuat 10 penyelamatan dan menjadikannya sebagai kiper Inggris yang paling banyak melakukan penyelamatan dalam satu pertandingan di Liga Champions.

Di akhir musim 2014/15, Hart semakin menahbiskan diri sebagai idola di Etihad setelah ia mencatatkan 300 penampilan di semua ajang bagi City. Catatan yang bakal sulit disusul pemain mana pun yang bermain di kesebelasan dengan target besar macam City.

Nasib Hart berubah 180 derajat di musim 2016/17 setelah Pep lebih menyukai Caballero. Rumor yang berkembang, Caballero dipilih karena lebih baik soal memberikan umpan daripada Hart.

Namun, alasan yang membuat Hart disingkarkan; memberikan umpan, berhasil diubahnya tadi malam. Dalam laga playoff Liga Champions menghadapi Steaua, Hart berhasil membukukan catatan 100% akurasi umpan dan membuatnya menjadi pemain dengan akurasi umpan terbaik di lapangan.

Tak heran, dengan semua yang telah ia berikan kepada City, terutama di pertandingan tadi malam, ia diberikan penghormatan oleh penggemar City. Pendukung City yang hadir rela memberikan spanduk dukungan kepada Hart, selain itu di akhir pertandingan mereka juga memberikan applause kepada Hart.

Hart sendiri merasa cukup kaget dengan penghormatan tersebut. Ia berkata, “Saya berterima kasih kepada seluruh penggemar Manchester City. Oleh karena itu, tempat ini (Etihad) akan selalu menjadi tempat yang spesial buat saya. Tidak hanya itu, ia pun mengunggah foto di akun instagram-nya disertai caption, “This will be never be forgotten. Thank you.”

Hart mungkin tengah mengalami situasi yang begitu sulit di City saat ini, setelah statusnya sebagai kiper utama sepertinya akan tergusur. Namun, seperti halnya pahlawan yang telah berjuang di medan perang, Hart juga telah berjuang untuk City, dan membuatnya pantas dikenang sebagai legenda.

Setelah pertandingan tersebut, Joe Hart kemudian ditanya soal keberhasilannya melakukan umpan 100%. Sesuatu yang dirasa sulit ia lakukan, karena jadi kelemahannya sehingga harus tersingkir. Jawabannya singkat: "Babi saja bisa terbang, iya kan?"

Komentar