Langkah kebangkitan Persebaya dimulai dengan kemenangan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya di Jalan Raya Arjuna Surabaya, Jawa Timur. Di sanalah Persebaya 1927 yang digawangi PT Persebaya Indonesia memenangkan sengketa penggunaan logo Persebaya dengan PT Mitra Muda Intri Berlian (MMIB). Di sanalah Hakim Ketua, Ari Jiwantara, membacakan gugatan PT MMIB tentang logo dan nama klub sepakbola Surabaya ditolak pada sidang yang diselenggarakan Kamis, 30 Juni 2016.
Artinya, merek dan logo Persebaya yang resmi tetap menjadi milik PT Persebaya Indonesia. Lantas gema takbir berkumandang dari ribuan Bonek,"Merdeka! Merdeka!!". Teriakan lantang itu mengingatkan kepada heroisme Bung Tomo sebagai pahlawan Surabaya dan Indonesia, ketika ia berteriak dalam pidatonya untuk melawan penjajah. Jika kita hanya bisa melihat Bung Tomo dalam arsip dan buku sejarah, maka kita bisa melihat semangatnya masih ada dalam aura para Bonek yang merayakan awal kemerdekaan Persebaya saat itu.
Lagu kebanggaan Bonek untuk Persebaya dinyanyikan dengan gembira, disertai kibaran spanduk dan bendera berlogo klub kebanggaannya tersebut. Nyala kembang api dan red flare (suar) semakin mewarnai kebahagiaan mereka. Ratusan pasukan gabungan Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan dua mobil water canon yang disiagakan, merelakan para Bonek yang berpesta di gedung PN Surabaya.
Usai melangkahkan petak pertama, dibuatkan sebuah surat yang ditujukan kepada Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia. Bonek lebih baik mengirim surat itu agar aspirasinya didengarkan presiden, ketimbang mengemis-ngemis kepada PSSI. Hal itu yang pernah ditegaskan Andie Peci sebagai Juru Bicara Bonek yang dikutip dari Jawa Pos. Surat yang dikirim untuk presiden yang akrab disapa Jokowi itu seperti kerja sama di dalam parlemen negara.
Selanjutnya, Bonek berbondong-bondong menggeruduk Jakarta untuk menindaklanjuti hasil kiriman surat tersebut. Niatan mereka adalah menggelar aksi demonstrasi agar PSS mengembalikan hak Persebaya yang tidak diakui sejak 2013. PSSI pun akhirnya luluh juga. Perwakilan dari mereka mendatangi sekitar seribu Bonek yang ditempatkan di Stadion Tugu, Jalan Logistik Raya, Tugu Selatan, Jakarta Utara pada 3 Agustus lalu.
Tonny Apriliani, Komite Eksekutif (EXCO) PSSI didampingi Gatot S Dewa Broto, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora RI, bersepakat untuk memperjuangkan pengakuan Persebaya. Setelah merasa mendapatkan jaminan itu, geruduk Jakarta dari Bonek pun mulai kembali pulang ke Surabaya. Kemudian Exco PSSI menggelar rapat anggota yang digelar di Solo kemarin, Selasa (6/9). Hasil rapat itu membuat para Persebaya dan Bonek pendukungnya semakin sumringah. Sebab Exco PSSI mengakui hak Persebaya di sepakbola Indonesia.Dan pengakuan itu dijanjikan bakal dibahas pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada 17 Oktober di Makassar.
"Tentunya temen-temen bergembira walau belum fix secara hukum (di KLB), tapi kami tidak terbuai, tentu kami akan tetap mengawal di kongres," ujar Andi ketika dihubungi lewat sambungan telepon. "Nantinya ribuan Bonek dari Surabaya akan berangkat ke Makassar. Di sana pun ada distrik Bonek Sulawesi. Cuma kita masih menunggu di mana (tempat KLB) pastinya. Soalnya kan tempatnya bisa saja dipindah-pindahkan. Tapi yang jelas di manapun tempatnya, kami siap datang," sambungnya.
Rencananya Persebaya akan kembali berkecimpung di kompetisi resmi sepakbola Indonesia di Divisi utama musim depan bukan divisi tertinggi resmi. Alasannya karena terkait dengan penjadwalan pada kompetisi nanti yang sudah diperhitungkan pesertanya. Dan para peserta-peserta itu memiliki pengakuan setidaknya tiga tahun terakhir. Sementara selama tiga tahun terakhir itu Persebaya tidak dianggap oleh PSSI dari hasil KLB 2013. PSSI lebih mengakui gugatan yang dilakukan MMIB sebagai Persebaya Surabaya.
Di sisi lain, Divisi Utama masih ada slot dan masih ada opsi untuk membagi dengan grup-grup lainnya pada kompetisi tersebut. Tapi yang jelas bagi Bonek itu sendiri, yang terpenting adalah pengakuan Persebaya akan dibahas di dalam KLB nanti. Sebagai awal dari kemajuan tersebut, ratusan Bonek mensyukurinya dengan melakukan potong tumpeng di mess Persebaya Surabaya, Jalan Karangayam 1, Surabaya, setelah menjalankan nazar berjalan dari Waru sampai mess Persebaya.
Bahkan mereka bernazar bakal ada beberapa anggotanya yang siap mengendarai sepeda dari Surabaya sampai Jakarta jika Persebaya resmi diakui kembali PSSI. Sementara seluruh prosesi syukuran yang digelar itu penuh dengan warna hijau dari kaos, slayer, hingga bendera. Mereka begitu khidmat menikmatinya. Merasakan awal kemerdekaan dengan kesejukan di dalam hijau seperti menikmati keasrian di Taman Bungkul Surabaya.
Selanjutnya, Bonek tinggal mengawal PSSI sampai KLB karena pengakuan status di Solo itu baru secara de facto. Di sisi lain, pemutihan Persebaya pun tergantung pada para pemilik suara KLB nanti. Kendati suara ditentukan oleh para elit PSSI, tapi yang jelas kemerdekaan Persebaya adalah kemenangan seluruh Bonek dan yang peduli dengan klub tersebut. Perjuangan yang sudah dilakukan bertahun-tahun dan tidak semudah membalikan telapak tangan.
Foto oleh: Abrar Firdiansyah
Komentar