Tak bisa dimungkiri, sepakbola pria dan perempuan memiliki jarak yang cukup jauh. Bukan hanya soal pemain yang masih minim, tapi juga soal dana yang dikeluarkan oleh sebuah kesebelasan untuk gaji, perhatian media, hingga ke penonton per pertandingannya.
Minimnya perhatian ke sepakbola perempuan sebenarnya telah dipahami oleh FIFA selaku federasi sepakbola dunia. Melalui beragam kegiatan dan keputusan, mereka berupaya untuk membuat sepakbola perempuan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Dan, Jumat (30/9) akan menjadi salah satu hari di mana sepakbola akan selalu dikenang oleh perempuan. Pasalnya, hari itu tidak hanya bertepatan dengan sepak mula Piala Dunia perempuan U17, tapi juga menjadi hari pertama kerudung diperbolehkan oleh FIFA untuk dipergunakan dalam pertandingan resmi.
Di awal perkembangan sepakbola perempuan, kerudung bukan merupakan suatu masalah besar. Dominannya pesepakbola perempuan asal negara barat, serta masih minimnya pesepakbola perempuan yang mengenakan kerudung membuat FIFA tak memiliki aturan khusus mengenai pakaian ini. Namun seiring perkembangan sepakbola yang diinisiasi oleh FIFA untuk semua kalangan, penggunaan kerudung bagi pesepakbola perempuan muslim mulai menimbulkan persoalan.
Kasus mengenai penggunaan kerudung di sepakbola perempuan pertama kali terjadi di Kanada pada 2007 lalu. Diketahui, perempuan berusia 11 tahun bernama Asmahan Mansour, dilarang bermain dalam suatu pertandingan sepakbola oleh Quebec`s Soccer Federation (QSF) karena mengenakan kerudung.
Sontak larangan tersebut membuat Asmahan kecewa. Ia merasa tidak ada masalah dengan kerudung yang ia gunakan. Sementara QSF, selaku pihak yang melarang Asmahan mengenakan kerudung, mengatakan bahwa mereka melakukan hal tersebut karena berkaitan dengan aturan FIFA.
Saat itu, FIFA sendiri mengategorikan kerudung sebagai salah satu benda yang dilarang digunakan dalam sepakbola. Dalam aturan nomor empat mengenai pakaian, FIFA menyebutkan bahwa pemain dilarang menggunakan benda atau mengenakan sesuatu yang membahayakan dirinya atau pemain lain (termasuk perhiasan).
Pelarangan terhadap penggunaan kerudung dalam sepakbola tidak berhenti di Asmahan. Pada tahun 2011, tim sepakbola perempuan Iran dilarang berlaga dalam laga babak kualifikasi kedua Olimpiade 2012 melawan Yordania. Pelarangan tersebut terjadi usai pemain Iran disebut tidak mau melepas kerudung yang mereka kenakan.
Pelarangan tersebut pada akhirnya membuat Iran dilarang bertanding dalam laga tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga dihukum kalah 3-0 dari Yordania dan secara tidak langsung membuat peluang mereka untuk bermain di Olimpiade London 2012 berakhir.
Pemberian hukuman yang dilakukan oleh FIFA kepada pesepakbola perempuan yang mengenakan kerudung membuat banyak pihak melakukan protes. Negara-negara Timur Tengah yang mayoritas kaum hawa-nya mengenakan kerudung menjadi pihak yang paling banyak melontarkan kekecewaan.
“Kerudung memiliki kaitan yang begitu erat dengan budaya Islam dan muslim. Perempuan muslim jelas tidak bisa mengambil bagian dalam setiap kegiatan jika tidak menggunakan kerudung,” ucap Bahram Afsharzadeh, ketua Olimpiade Iran saat itu.
Protes-protes keras yang diajukan oleh negara-negara Timur Tengah kepada FIFA pada akhirnya membuat federasi yang kini dipimpin oleh Gianni Infantino tersebut luluh. Pada 2014, FIFA memperbolehkan penggunaan kerudung di lapangan sepakbola.
“Hal itu kami lakukan karena kami ingin mereka (perempuan muslim) dapat menutupi kepala dan leher mereka,” ujar Jerome Valcke, sekjen FIFA saat itu seperti dilansir Aljazeera.
Selayaknya peraturan baru, peraturan mengenai kerudung ini tidak dapat langsung digunakan. Federasi yang mengurus peraturan sepakbola dunia, IFAB, mengatakan bahwa penggunaan kerudung di lapangan sepakbola akan diuji coba dalam kurun waktu dua tahun.
“Peraturan ini bakal berlaku mulai hari ini,” lanjut Valcke, “Dan akan dievaluasi sebelum Piala Dunia perempuan U17, Oktober 2016.”
Dua tahun berselang, harapan perempuan muslim untuk mengenakan kerudung dalam pertandingan sepakbola menjadi kenyataan. Dua pemain timnas U17 Yordania, Rand Albustanji dan Tasneem Abu-Rob, terlihat mengenakan kerudung dalam hari pertama kompetisi dua tahunan tersebut.
Berlakunya peraturan mengenai kerudung ini bukan hanya akan menegaskan sepakbola sebagai permainan untuk penyetaraan derajat saja. Tapi, juga permainan yang mencerminkan “keindahan”.
Komentar