Petenis kenamaan, Rafael Nadal, pernah mengucapkan sebuah kutipan mengenai kekalahan. Begini isi kutipannya, "Losing is not my enemy. Fear of losing is my enemy."
Kemenangan dalam pertandingan liga bukanlah kemenangan yang bersifat mutlak. Berbeda dengan kemenangan di turnamen yang sifatnya mutlak, karena dapat meloloskan sebuah tim menuju fase selanjutnya. Kemenangan dalam liga dapat berarti kuasa sementara terhadap sebuah kesebelasan, yang mungkin di lain waktu bisa dibalas oleh kesebelasan yang kalah.
Maka, dalam sebuah pertandingan liga, kekalahan dapat menjadi ruang untuk belajar. Belajar mengeksplorasi kesalahan, belajar untuk menerima dan menyadari, bahwa masih ada kelemahan-kelemahan dalam tim yang menjadi faktor sebuah kekalahan terjadi. Itulah yang harus segera dilakukan oleh Pep Guardiola, manajer dari Manchester City.
Manchester City memang salah satu kandidat juara Liga Primer Inggris musim ini. Mereka belum terkalahkan. Mereka pun akrab dengan raihan poin sempurna. Tapi, dengan kekalahan ini, Pep pun harus mulai membuka mata dan sadar bahwa kekalahan dapat mengintai timnya kapan saja bila tidak siaga.
Sebenarnya, tanda-tanda bahwa ada yang macet di Manchester City sudah mulai terasa kala mereka menghadapi Glasgow Celtic dalam ajang Liga Champions Eropa 2016/2017. Bertanding di Celtic Park, City hanya mampu meraih hasil imbang 3-3. The Citizens kerepotan menghadapi serangan-serangan balik dari para pemain Celtic sehingga pertandingan pun pada akhirnya berakhir imbang.
Kemacetan yang dialami Manchester City dalam ajang Liga Champions ini ternyata berbuntut kepada laga di kompetisi domestik. Mereka kalah oleh Tottenham Hotspur, tim peringkat tiga Liga Primer Inggris musim 2015/2016 yang terkenal akan strategi counter-pressing nya.
Dalam pertandingan tersebut, para pemain City tampak cukup kesulitan menghadapi high-pressing yang diterapkan oleh para pemain Tottenham Hotspur. Selain itu, tidak adanya sosok Kevin de Bruyne yang lazim menjadi motor serangan (hal inilah yang membuat Dele Alli begitu bersinar sebagai pemain no. 10 Spurs), ditambah dengan penampilan Victor Wanyama yang cemerlang membuat serangan City kerap mandeg ataupun tidak menemui gawang.
Lain halnya dengan Spurs. Melalui permainan high-pressing nya, mereka beberapa kali mampu merepotkan gawang City yang dikawal Claudio Bravo. Para pemain bertahannyapun tampak gugup ketika menerima serangan dari Spurs, yang pada ujungnya berakhir dengan gol bunuh diri Aleksandr Kolarov.
Baca analisis lengkap Tottenham Hotspur vs Manchester City di kanal About the Game detikSport
Mengenai kekalahan perdananya dalam ajang Liga Primer Inggris ini, Pep pun mengungkapkan bahwa timnya memang kalah dari segala aspek dari Spurs. "Mereka (Tottenham) lebih unggul di atas kami. Sekarang, kami hanya bisa mengucapkan selamat kepada mereka," ujar Guardiola seperti dilansir The Guardian.
"Mereka memiliki pemain-pemain berbakat. Kami tahu seberapa agresifnya mereka ketika bermain, baik itu kandang maupun tandang. Melawan mereka adalah salah satu pertandingan yang cukup sulit. Kami tidak bisa mengontrol permainan dengan cara kami sendiri sehingga mengakibatkan kami menderita kekalahan," tambahnya.
Pochettino, orang yang membuat Pep belajar. Sumber: sportinglife.com
*
Saat sebuah tim kalah dalam pertandingan liga, perlu diperhatikan juga attitude dari para pemainnya usai kalah, apakah ia merasa kesal atau ia merasa biasa saja. Attitude itu kelak nantinya akan berpengaruh bagi tim dalam mengarungi pertandingan selanjutnya, apakah ia akan memperbaiki kesalahan yang ia lakukan saat kalah, atau malah berperilaku seolah tidak terjadi apa-apa.
Melihat gelagat yang ditunjukkan oleh para penggawa City setelah menderita kekalahan tersebut, sepertinya Pep harus senang. Beberapa pemain seperti Fernando, Jesus Navas, Pablo Zabaleta, dan Kolarov tampak tidak begitu puas dengan kekalahan yang mereka derita ini. Ini adalah salah satu modal positif yang bisa diandalkan oleh Pep untuk mengarungi pertandingan-pertandingan ke depan.
"Kami harus memanfaatkan kekalahan ini, dan mempelajari sesuatu dari kekalahan ini agar kesalahan yang sama tidak kembali terulang. Sepakbola adalah sebuah proses. Terkadang Anda menang, terkadang Anda kalah. Ketika Anda kalah, Anda tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam tim Anda, dan Anda belajar dari kesalahan tersebut. Kami harus tetap melangkah," ujar Pep seperti dilansir ESPN FC.
Setidaknya, melalui kekalahan ini juga, Pep akan disadarkan (meski mungkin ia sudah sadar, namun baru kali ini mengalami) bahwa ketatnya Liga Primer Inggris itu niscaya dan bukanlah isapan jempol semata. Jarak antara kekalahan dan kemenangan begitu tipis, setipis jarak antara hidup dan mati.
Juga, bukankah pada awal karier kepelatihannya di tim senior Barca, ia juga pernah kalah 1-0 dari Numancia dalam laga awal, kan?
Komentar