Kematian suporter ketika menyaksikan pertandingan sepakbola dimulai dari Suhermansyah yang merupakan anggota Bonek pendukung Persebaya Surabaya. Ia meninggal karena terhimpit dan terjatuh ketika menyaksikan pertandingan Persebaya melawan tuan rumah PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida pada 28 Januari 1995. Waktu itu pertandingan antara kedua kesebelasan tersebut mengundang antusias besar kedua pendukungnya mengingat persaingan antara Persebaya dengan PSIM waktu itu.
Bisa dibilang meninggalnya Suhermansyah adalah musibah. Begitu juga dengan tiga anggota Bonek dan sembilan anggota Panser Biru pendukung PSIS Semarang yang mengalami kecelakaan kereta api. Tapi berikutnya, kematian suporter di Indonesia kian tidak wajar. Menurut data dari Litbang Save Our Soccer (SOS), Imam Siswanto dari Panser Biru merupakan suporter pertama yang tewas karena pengeroyokan di Stasiun Manggarai, Jakarta pada 27 Mei 2001.
Selanjutnya, satu per satu nyawa karena kekerasan antara suporter di Indonesia semakin berjatuhan. Sudah tidak bisa dihitung jumlah jari lagi. Baru-baru ini, anggota The Jak Mania pendukung Persija Jakarta bernama Harun Al Rasyid harus meregang nyawa akibat bentrokan dengan warga di Tol Palimanan, Minggu (6/11). Ia terlibat dengan bentrokan dalam perjalanan pulang ke Jakarta usai menyaksikan laga antara Persija dengan Persib Bandung di Stadion Manahan Solo, Sabtu (5/11).
Lalu untuk kesekian kalinya, setiap ada anggota suporter yang tewas karena permusuhan, aksi saling menyalahkan pun mulai ramai dibicarakan. Sumpah serapah terhadap terduga pembunuh mengalir deras. Pihak yang terugikan dan kehilangan menuntut hukuman yang pantas. Sementara yang terjadi adalah aksi saling balas. Sampai Harun menjadi korbannya baru-baru ini.
Padahal dalam waktu dekat ini pun sudah ada satu suporter yang tewas. Peristiwa naas itu dialami Muhammad Rovi Arrahman yang merupakan pendukung Persib. Ia tewas dikeroyok oleh oknum yang mengaku pendukung Persija ketika dalam perjalanan menuju Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Sabtu (2/10). Sama dengan Harun, Rovi juga tewas akibat pengeroyokan menggunakan benda tumpul. Bahkan tersiar kabar bahwa sampai ada beberapa oknum yang membawa senjata tajam.
Jika cara pengeroyokan sampai tewas itu benar, maka permusuhan antara suporter sepakbola Indonesia sudah sangat bar-bar. Situasi di sini sudah terlalu jauh dari akal sehat permusuhan-permusuhan suporter sepakbola. Permusuhan antara suporter klub Indonesia lebih banyak disebabkan oleh situasi yang bisa dibilang sepele dalam urusan sepakbola.
Kebanyakan penyebabnya adalah karena kesalahpahaman. Entah itu diawali karena kesalahan ketika menyambut suporter tamu, hasil pertandingan yang tidak bisa diterima, saling ejek atau kejadian-kejadian lainnya. Berbeda dengan penyebab permusuhan suporter di Eropa yang dilatarbelakangi oleh dampak budaya, ideologis, lingkungan sosial, peperangan dan lainnya yang cukup layak dijadikan sebuah alasan untuk saling membenci.
Permusuhan Antar Suporter di Indonesia yang Salah Kaprah
Mengapa harus dituduhkan ke sepakbola Eropa? Karena tidak dipungkiri bahwa kedua negara itu adalah kiblat sepakbola dunia, termasuk juga atmosfer suporternya. Tapi permusuhan antara sepakbola di Eropa tidak sekeras suporter di Indonesia. Kendati begitu banyak garis keras yang terlibat di sana. Dan tidak dipungkiri jika permusuhan suporter Indonesia pun tidak lepas dari perspektif budaya permusuhan suporter di Eropa.
Dengan teknologi yang semakin maju, juga kemudahan dalam mengakses Internet, lebih mudah untuk mencari dan membaca media-media yang membahas ketegangan suporter di Eropa. Tidak jarang jika kekerasan antara suporter Eropa dianggap keren untuk eksistensi suporter klub Indonesia, atas nama ultras maupun hooliganisme. Dari informasi di Eropa itu jugalah, suporter Indonesia mengenal rivalitas antara West Ham United dengan Millwall FC, AS Roma dengan Lazio, Borussia Dortmund dengan Schalke 04, Barcelona dengan Real Madrid dan lainnya.
Selintas memang jika permusuhan antar suporter di Eropa telah ditiru di negara ini, terutama ultras. Tidak bisa dipungkiri bahwa atmosfer kelompok suporter di Indonesia lebih condong meniru ultras, mengingat jika iklim suporter di Indonesia lebih transparan menunjukan atribut kesebelasan sepakbolanya baik main di kandang maupun tandang. Gaya dukungannya pun sama-sama menggunakan koreografi di tribun yang diiringi nyanyian dan dentuman alat musik pukul.
Apalagi jika mengingat pada tahun 1990-an, sepakbola Italia sedang berjaya dan disiarkan di televisi Indonesia. Sepakbola Italia adalah salah satu negara yang kental dengan ultras dibandingkan negara Eropa lainnya. Tapi sekali lagi, soal permusuhan antara suporter, justru dikonsumsi kebablasan dan ditelan secara mentah di Indonesia. Imbasnya, kasus meninggal suporter di sini mayoritas karena pengeroyokan dan diperparah dengan luka hasil serangan benda-benda keras, tumpul, maupun tajam.
M Aziz (suporter Pelita Jaya), Ovick Arangga (PSIS Semarang), Nurul Huda (PSIM), Rangga Cipta Nugraha (Persib), M Ikhwanuddin (PSCS Cilacap), Tegar (PSPS), Wisnu (PSM Makassar), Stanislaus Gandhang Deswara (PSS Sleman), merupakan korban yang meregang nyawa karena dihiasi serangan memakai senjata tajam. Maka sesungguhnya terjadi kesalahpahaman jika aksi kekerasan suporter di Indonesia merupakan implementasi dari sepakbola Eropa. Toh seorang Ultras CSKA Moscow pun pernah melayangkan keberatan tentang pertarungan yang tidak adil di situs forum ultras.
Ia protes bahwa ultras di Italia telah melanggar kode etik ultras yang tidak tertulis, yaitu menggunakan senjata tajam. Di sana memang ada tradisi ketika suporter harus berkelahi untuk menentukan pemenang antara permusuhan suporter. Tapi secara pandangan perkelahian antara lelaki, bisa dibilang di Eropa lebih fair. Sebab di sana harus berkelahi dengan jumlah yang sama dan menggunakan tangan kosong tanpa senjata. Dan terpenting adalah: tidak sampai membunuh.
Perkelahian itu hanya cukup sampai lawan terkapar. Setelah terkapar dan tidak berdaya, cukup sudah. Tidak ada pembantaian yang bertubi-tubi secara lanjut seperti di Indonesia. Maka sesungguhnya jika melakukan pengeroyokan kepada lawan yang sudah terkapar di tanah dan tidak berdaya, bahkan sampai memakai benda tumpul maupun tajam adalah pecundang. Jika melihat situasi di Indonesia, mayoritas masih menganiaya suporter musuh yang sudah terkapar tidak berdaya. Bahkan terus disiksa sampai ia tidak bernyawa.
Jika pun berkelahi memakai senjata, hal itu terjadi ketika ada serangan dadakan. Para penyerang pun datang dengan tangan kosong untuk melakukan baku hantam. Menggunakan senjata cuma memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitaran area perkelahian untuk bertahan. Kejadian seperti itu terjadi ketika Ultras Slask Wroclaw menyerang Ultras Sevilla. Tujuan mereka tidak hanya menjatuhkan musuh, melainkan merebut bendera atau spanduk lawan. Bukan mencari nyawa musuhnya.
Namun situasi berbeda terjadi ketika tim nasional berlaga. Ketegangan antara garis keras mereka hilang untuk sementara. Permusuhan mereka raib di atas tribun nasional karena sama-sama mendukung negaranya yang bertanding. Atribut yang digunakan pun hanya untuk timnasnya. Selentingan nama klub dalam bendera timnas cuma sekedar menjadi identitas perwakilan daerahnya.
Contohnya seperti ada tulisan Manchester di bendera Inggris, atau ada tulisan Florence di bendera Italia dan lainnya. Berbeda dengan ketika timnas Indonesia yang bermain. Masih ada sikap selektif terhadap kelompok suporter manapun di tribun Gelora Bung Karno maupun stadion-stadion lainnya.
Rasanya memang sulit jika rules ultras asli dan sportif secara perkelahian lelaki itu diilhami suporter klub di Indonesia. Mengingat di sini tidak lepas dari latar belakang sosial dan ekonomi. Indonesia masih identik dengan tawuran antar kampung, geng motor, ras, kedaerahan yang selalu melibatkan senjata. Yang selalu mengutamakan melukai bahkan membunuh lawannya adalah kemenangan. Padahal sejujurnya, sepakbola bukanlah pertarungan untuk nyawa.
Nyawa terlalu mahal bagi suatu permusuhan di dalam suatu kegiatan olahraga dan permainan. Toh, trofi pun tidak akan didapatkan jika pun berhasil menghilangkan nyawa seseorang karena alasan kesebelasan sepakbola yang dicintainya. Kekerasan antara sepakbola Indonesia sudah bukan soal harga diri lagi. Sebab bertarung antara kesebelasan sepakbola adalah untuk harga diri kesebelasannya. Bukan menjadi seorang pembunuh.
“Korban Nyawa” Sepak Bola Indonesia
Sumber: Tim Litbang Save Our Soccer (SOS)
No | Nama | Waktu | Pertandingan | Keterangan |
01 | Suhermansyah (Bonek) | 28-01-1995 | PSIM vs Persebaya | Terhimpit dan jatuh |
|
|
|
|
|
02 | Tiga Bonek | 1996 | Tour Jakarta | Jatuh dari kereta api |
03 | Sembilan Suporter PSIS | 1999 | Tour Jakarta | Terlindas kereta api di Lenteng Agung |
04 | Imam Iswanto, 17 (Panser Biru) | 27-05-2001 | Persija vs PSIS | Pengeroyokan di Stasiun Manggarai, Jakarta |
05 | Tri Sadono (Pasoepati) | 24-04-2002 | Persijatim vs Persema | Terlindas truk |
06 | Beri Mardias (Semen Padang) | 22-05-2002 | Persija vs Semen Padang (10 Besar LI) | Dikeroyok |
07 | Subari | 23-12-2002 | Indonesia vs Filipina | Jatuh dari bus |
08 | Rahmat Hidayat (Bonek) | 27-07-2003 | Persela vs Persebaya | Terlindas truk |
09 | Dimas Aditya (Bonek) | 14-12-2003 | Persija vs Persebaya (PialaEmas Bang Yos) | Pukulan benda keras |
10 | Ahmad “Mat Togel” Dani (Aremania) | 11-04-2005 | Persekabpas vs Arema | Pukulan benda keras |
11 | Fajar Widya Nugraha (Aremania) | 13-07-2005 | Arema vs Persija | Terhimpit penonton |
12 | Fathurrahman (The Jakmania) | 25-09-2005 | Persija vsPersipura | Dikeroyok |
13 | Makarius Puji Sulistyo (Panser Biru) | 10-12-2005 | Perjalanan ke Jakarta mendukung PSIS di Piala Bang Yos | Jatuh dari kereta api di Batang |
14 | Mince (Persipuramania) | 26-02-2006 | Persipura vs Persiwa | Diinjak-injak |
15 | Fathul Mulyadin (The Jakmania) | 06-02-2008 | Persija vs Persipura | Dikeroyok |
16 | Dian Rusdiana, 16 tahun, (NJ Mania) | 20-09-2008 | Persitara Vs Pelita Jaya | Ditusuk senjata tajam |
17 | Fauzan, 19 (Persikmania) | 09-02-2010 | Persik vs Persib | Terinjak-injak |
18 | Handoyo, 24 tahun (Panser Biru, PSIS) | 17-01-2011 | Gresik United vs PSIS | Terjatuh dari kereta api |
19 | Muhammad Tommy, 17 (Viola, Persita) | 19-04-2011 | Bentrokan suporter Tangerang: Persita - Persikota | Dipukul rantai besi, kayu, dan batu |
20 | Ahmad Hariri, 15 (Viola, Persita) | 19-04-2011 | Bentrokan suporter Tangerang: Persita - Persikota | Dipukul rantai besi, kayu, dan batu |
21 | M. Aziz, 12 tahun, (Pelita Jaya) | 25-04-2011 | Pelita Jaya vs Arema | Bacokan samurai |
22 | Gilang, 24 tahun (LA Mania) | 22-05-2011 | Insiden di Kereta Api dengan Bonekmania | Tusukan di leher kiri |
23 | Reno Alvino Arena, 21 | 21-11-2011 | Final Sea Games | Terinjak-injak |
24 | Kusmanto, 29 | 21-11-2011 | Final Sea Games | Terinjak-injak |
25 | Kunto, 30 (Bonek) | 12-12-2011 | Kisruh Deltamania dan Bobotoh Deltras vs Persib | Pukulan benda keras |
26 | Ovick Arangga, 19 tahun (SNEX Semarang) | 14-01-2012 | SNEX vs Panser Biru | Ditusuk senjata tajam |
27 | M. Nurul Huda, 16 (Maiden Brajamusti PSIM) | 12-03-2012 | Bentrok antar suporter PSIM | Empat luka tusuk bagian dada |
28 | Sudarmadji, 27 tahun
| 10-04-2012 | Persibo vs Persebaya | Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela |
29 | Miftahul Huda, 15 tahun (Bonek)
| 10-04-2012 | Persibo vs Persebaya | Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela |
30 | Abdul Farid, 15 (Bonek)
| 10-04-2012 | Persibo vs Persebaya | Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela |
31 | Soimul Fadli, 15 tahun (Bonek)
| 10-04-2012 | Persibo vs Persebaya | Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela |
32 | No Name (Bonek) | 10-04-2012 | Persibo vs Persebaya | Luka lemparan batu di Kereta diserang suporter Persela |
33 | Rangga Cipta Nugraha, 22 tahun, (Bobotoh) | 27-05-2012 | Persija vs Persib | Tusukan senjata tajam |
34 | Lazuardi, 29 tahun (Bobotoh) | 27-05-2012 | Persija Vs Persib | Pengeroyokan |
35 | Dani Maulana, 17 tahun (Bobotoh) | 27-05-2012 | Persija Vs Persib | Pengeroyokan |
36 | Purwo Adi Utomo | 03-06-2012 | Persebaya 27 vs Persija | Gas air mata dan terinjak |
37 | M. Ikhwanuddin (Lanus/PSCS) | 12-10-2012 | Perjalanan pulang usai Persis Solo vs PSCS | Tusukan benda tajam suporter Sleman |
38 | Erik Setiawan, 17 (Bonek Gresik) | 08-03-2013 | Bentrok suporter di luar lapangan | Dikeroyok rombongan Aremania |
39 | Tegar, 15 (PSPS) | 11-03-2013 | PSPS Vs Persepam Bentrok sesama suporter PSPS | Luka pukulan benda tajam di kepala |
40 | Wisnu, 16 (Macz Man, PSM) | 07-09-2013 | PSM vs Persepar | Ditikam senjata tajam |
41 | Jupita (Paserbumi) | 12-02-2014 | Bentrok antar suporter Persiba Bantul saat menjamu Persiram Raja Ampat | Pendarahan di otak |
42 | Andika (Singamania) | 18-02-2014 | Sriwijaya vs Persijap | Ditusuk benda tajam |
43 | Joko Riyanto (Pasoepati) | 22-10-2014 | Persis vs Martapura | Kerusuhan. Tembakan di bagian dada. |
44 | Khoirul Anam, 21 (Aremania) | 06-06-2014 | Bentrok Aremania dan Bonek di Tol Simo | Pengeroyokan |
45 | Udin Zaenal, 32 tahun (Aremania) | 06-06-2014 | Bentrok Aremania dan Bonek di Tol Simo | Pengeroyokan |
46 | Ahmad Fadila, 28 tahun (Aremania) | 06-06-2014 | Bentrok Aremania dan Bonek di Tol Simo | Pengeroyokan |
47 | Eko Prasetyo (Aremania) | 19-12-2015 | Piala Jenderal Sudirman | Dipukul batu |
48 | Slamet (Aremania) | 19-12-2015 | Piala Jenderal Sudirman | Pengeroyokan |
49 | M. Fahreza, 16 (The Jakmania) | 13-05-2016 | Persija vs Persela | Pengeroyokan |
50 | Stanislaus Gandhang Deswara, 16, (BCS, PSS Sleman) | 22-05-2016 | Bentrok dengan suporter PSIM yang baru kembali dari Semarang | Luka bacok di kepala dan tusuk di badan |
51 | Naga Reno Cenopati, 16 (Singamania) | 13-10-2016 | Bentrok Singamania Korwil Radial dan Singamania Korwil Senopati usai laga Sriwijaya FC vs Persegres Gresik United | Pengeroyokan |
52 | Muhammad Rovi Arrahman alias Omen, 17 (Bobotoh) | 23-10-2016 | Persib vs Persegres Gresik United (Stadion Wibawa Mukti) | Pengeroyokan |
53 | Gilang, 24 (The Jakmania Pekalongan) | 06-11-2016 | Perjalanan pulang usai Persija vs Persib di Stadion, Manahan, Solo | Jatuh dari kendaraan |
54 | Harun Al Rasyid Lestaluhu alias Ambon, 30 (The Jakmania Kali Malang) | 06-11-2016 | Perjalanan pulang usai Persija vs Persib di Stadion, Manahan, Solo | Pengeroyokan di Tol Palimanan, Cirebon |
Komentar