Kontribusi Besar Sang Ibu di Balik Deretan Prestasi Gian Zola dan Beckham Putra

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi 26337

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kontribusi Besar Sang Ibu di Balik Deretan Prestasi Gian Zola dan Beckham Putra

Yuyun sudah terbiasa menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga lebih sering dihabiskan di pinggir lapangan sepakbola untuk menemani anaknya. Maklum, berkat kemampuan yang dimiliki kedua anaknya, Yuyun harus sering menemani anaknya yang mengikuti berbagai turnamen sepakbola. Sementara turnamen sepakbola sering digelar sehari penuh.

“Turnamen dari pagi, sampai rumah baru malam. Keluar jam tujuh pagi, sampai rumah jam tujuh malam. Sekarang turnamen hampir tiap bulan, bahkan tiap minggu ada. Setiap hari pernah kayak gitu, udah biasa.”

“Kalau gak ada mamah suka liat-liat ke pinggir. Ada kelihatan pas liat mamah langsung tenteram gitu ke hati dianya. Kasihan kalau ada anak yang gak dianter atau ditemenin. Saya suka perhatiin. Saya suka panggil, kasih minumannya, makanannya… Karena saya juga bisa ngerasain gimana kalau anak saya gak ditemenin, apalagi kalau dari pagi sampai sore.”

Hal tersebut diamini oleh Ayah Zola-Beckham. Menurutnya, seringkali terlihat anak-anaknya tersebut mencari ibunya ketika bermain di lapangan.

“Motivasi buat anak juga. Kadang anak-anak tuh kalau lagi main suka liat ke pinggir, liat ada ibunya atau enggak. Begitu liat, main lagi. Mungkin jadi tenang juga. Kalau gak ada, bakal terus nyari gak konsen main, karena ada perasaan kehilangan gitu kayanya,” tutur Budi Nugraha yang juga seorang mantan pemain sepakbola nasional.

Yuyun sendiri sering turut prihatin jika ada anak yang tak ditemani orang tuanya. Ia berpendapat jika kehadiran orang tua sangat penting, bahkan memengaruhi permainan anak tersebut. Hal itu bisa berpengaruh juga pada perkembangan sang anak.

“Makanya saya kalau anak-anak lagi latihan gak pernah ngebeda-bedain temennya sama anak saya. Makanannya sama, minumannya sama, kasih aja. Karena kelihatan, suka jadi diam (anak yang tidak ditemani orang tua). Gak ceria. Beda kalau ada orang tuanya. Ada dampaknya juga ke mainnya.”

“Saya makanya selalu nonton anak-anak main ke mana juga. Kaya kemarin ke Madura waktu Piala Menpora, beberapa hari saya di sana buat nemenin. Ngebela-belain ga punya uang waktu itu. Pokoknya demi anak. Uang mah bisa dicari. Yang penting anak bisa seneng mainnya,” sambungnya.

Yuyun mengakui jika kegiatan mendukung anak-anaknya untuk bisa menekuni dunia sepakbola sangat menguras finansialnya. Terlebih SSB yang menjadi tempat Beckham dan Zola berlatih selalu meminta tambahan biaya ketika mereka mengikuti turnamen. Meskipun begitu Yuyun mewajarkan hal tersebut

“Hampir 75% pengeluaran buat anak, itu juga pasti ada kaitannya ke karier anak. Apalagi kalau ada turnamen ke luar kota, harus bayar bisa sampai 800 ribu buat anak aja, buat baju baru. Belum bekalnya. Ibu ikut, biaya lagi.”

Yuyun sendiri tidak main-main dalam mengupayakan anaknya untuk mencapai potensi terbaiknya. Makanan anak-anaknya pun ia atur sedemikan rupa, tidak sembarangan. Ia pun sampai rela menghabiskan biaya untuk sering berkonsultasi dengan dokter terkait perkembangan anak-anaknya.

“Saya konsultasi sama dokter apa yang bagus. Untungnya anaknya nurut kalau disuruh makan ini itu,” tukas Yuyun. “Makanan udah pasti nomor satu. Saya makan sama apapun, bahkan cuma kerupuk aja, gak apa-apa asal anak bisa terpenuhi kebutuhannya. Saya tenang. Buah-buahan, vitamin, yang kaya gitu penting. Jam sembilan juga harus udah pada tidur.”

“Saya suka stok jus, buah-buahan dijus. Karena katanya buah-buahan lebih bagus dijus. Bikin sendiri. Di kulkas juga saya banyaknya buah-buahan aja sama jus. Biar merekanya juga gampang konsumsinya. Setiap pagi diatur seperti susu, makan kadang nasi merah, gak asal makan pokoknya. Walau nomor satu pasti harus ada ayam mereka pengennya.”

Zola dan Beckham memang sangat dekat dengan pada kedua orang tua, terlebih ibu. Hingga saat ini, menurut Yuyun, tak ada sikap yang berubah dari keduanya meski sudah mulai dikenal banyak orang dan beranjak dewasa. Yuyun pun sebisa mungkin untuk terus mendampingi mereka.

“Kalau Zola main ke mana-mana, saya berusaha untuk ikut terus. Karena mereka meski sudah mulai dewasa, tapi masih kayak anak-anak. Zola dari dulu sampai sekarang jadi pemain Persib, gak ada perubahan gimana-gimana ke ibu. Kalau packing mau main ke luar kota aja masih harus sama ibu, sampai celana dalamnya harus sama ibu disiapin.

“Pernah waktu itu saya nyoba cuek pas dia harus packing, pura-pura ngobrol sama si Bapak, pengen lihat apakah anak udah bisa sendiri atau belum. Eh, Zola malah bilang gini, ‘Bu, Zola mau berangkat besok. Pangnyiapin atuh, malah ngobrol’. Di situ saya tahu kalau mereka masih butuh ibu.”

“Pas Beckham waktu umur 11 tahun, dia juga pernah nangis. Dia nangis, saya nangis. Waktu itu dia di Jepang sama timnas U12, pertama kali dia ke luar negeri. Dari Jepang dia nelpon, nangis pengen pulang. Ibu di sini juga sampai gak bisa makan karena inget terus ke Beckham waktu itu.”

Lewat sepakbola juga, orang tua Zola merasakan roda kehidupan yang terus berputar. Bahkan pada suatu ketika, bisnis ayah Zola mengalami kebangkrutan, membuat karier Zola dan Beckham terancam. Yuyun jugalah yang mengupayakan anak-anaknya untuk tetap bisa berlatih sepakbola meski sedang dirundung masalah finansial.

“Dulu mah gak punya uang buat beli bola, bikin dari plastik dibuntel-buntel pake lakban biar kayak bola. Ya apapun diusahakan, karena waktu Zola masih belum bisa jalan dia udah nendang-nendang segala,” kenang Yuyun lagi.

“Dulu rumah di sana, di sini baru satu tahun setengah. Sertifikat rumah digadaikan gak ketebus sampai harus ke mertua. Usaha bapaknya, rongsok, bangkrut. Padahal sebelumnya usahanya maju. Mobil buntung [colt] ada dua, bisa bikin ibu punya toko, punya xenia, tapi ya namanya bisnis, tiba-tiba jatuh. Semuanya sampai habis,” kenang Yuyun.

“Saya akhirnya ngobrol sama pemilik UNI, meminta keringanan waktu itu karena Beckham sama Zola kan sampe nunggak iuran tiga bulan, 750 ribu. Belum lagi kalau turnamen di UNI harus bayar seenggaknya 300-500 ribu buat ongkos pelatih, kaos tim baru, dsb. Kalau turnamennya di luar kota, bisa habis 800 ribu sampai satu juta. Kita sebagai orang tua ya ngebela-belain lah tetep meski keadaannya kaya gimanapun juga. ”

Pada hari ibu, biasanya Gian Zola dan Beckham beserta sang kakak, Gilang, seringkali memberikan bunga. Namun kali ini, tak ada bunga yang diberikan untuk hari Ibu tahun ini. Meskipun begitu, Yuyun mendapatkan kado istimewa dari Zola.

“Biasanya mah pada ngasih bunga, sekarang enggak. Tapi Minggu, tanggal 1 (Januari), Zola umrohkan ibu, Alhamdulillah. Nazar sebelum masuk Persib. Dulu dia bilang gini pas sebelum masuk SSB, ‘Mah, Eka Ramdani juga umrohin ibunya’. Ya saya bilang, ‘sok sama ibu didoain supaya Zola juga bisa jadi pemain bola, pemain profesional, bisa ngangkat (derajat) mamah. Alhamduillah, mungkin sudah dituliskan.”

Ya, berkat perjuangan dan doa dari sang ibu, kini Zola mulai menapaki kariernya sebagai pemain profesional, sebagai pemain Persib Bandung. Bahkan berkat Zola, juga Beckham yang turut berprestasi, masa-masa sulit kedua orang tuanya bisa dilewati.

Sekarang, Zola sekeluarga mulai bisa menikmati jerih payah kedua orang tuanya di masa lalu, tak terkecuali peran sang ibu. Dan ya, karier Zola, serta Beckham, mungkin tak bisa seperti sekarang ini, jelas merupakan upaya keras sang ibu, Yuyun Zawariah, dalam mendidik, membesarkan dan membimbing keduanya untuk bisa menjadi pemain yang diambang kesuksesan.

Seperti apa cerita di balik penamaan Gian Zola dan Beckham? Nantikan artikel berikutnya....

Komentar